Sukses

Antisipasi Hadapi El Nino, Guru Besar Pertanian Minta Kementan Buat Pemetaan

Menurutnya, salah satu antisipasi yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan pemetaan potensi masalah. Dengan begitu, pemerintah bisa segera mencari solusi bersama, terutama hal yang berkaitan dengan pertanian.

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah pusat dan daerah disarankan untuk segera melakukan antisipasi terhadap datangnya kemarau kering atau fenomena El Nino mendatang. Demikian dikatakan Guru Besar Pertanian Universitas Padjadjaran (Unpad), Prof. Dr. Tualar Simarmata. 

Menurutnya, salah satu antisipasi yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan pemetaan potensi masalah. Dengan begitu, pemerintah bisa segera mencari solusi bersama, terutama hal yang berkaitan dengan pertanian. 

"Salah satu hal yang pasti adalah petani karena berkaitan dengan air, bagaimana caranya supaya tanaman tidak kekeringan, itu mungkin yang bisa diantisipasi. Jadi sekarang dari pemerintah pusat atau pemerintah daerah harus membuat pemetaan, dimana saja lokasi yang akan terdampak," katanya.

Setelah adanya pemetaan tersebut, pemerintah bisa segera mencari solusi terbaik. Termasuk dengan menggunakan teknologi yang tepat guna, misalnya dengan pompa air atau teknik irigasi tertentu.

"Kemudian diidentifikasi juga kalau tidak ada hujan, ada nggak sumber air yang bisa digunakan. Kalau ada sumber airnya, teknologi apa yang bisa digunakan agar air itu bisa sampai ke lahan, apakah dengan bantuan pompa, kemudian berikutnya langsung pelaksanaan," ujar Prof. Simarmata

Guru Besar Pertanian itu juga mengingatkan pemerintah agar tidak bekerja seperti pemadam kebakaran. Antisipasi harus dibuat sekarang supaya dukungan terhadap petani bisa maksimal. 

"Saya kira mesti dilakukan sekarang, kalau terlalu dadakan seperti pemadam kebakaran. Kaitannya juga dengan masalah anggaran kan. Kalau begitu, mestinya segera dirapatkan dengan anggota dewan," katanya. 

Sejalan dengan hal tersebut, Kementerian Pertanian melakukan berbagai antisipasi untuk menghadapi musim kemarau kering. Langkah antisipasi itu dilakukan dengan membangun infrastruktur pengairan guna memastikan air sampai ke lahan petani. 

Kementan melalui Direktorat Prasarana dan Sarana Pertanian telah mengalokasikan pembangunan Embung 500 unit, Perpompaan 629 unit, perpipaan 250 unit, Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (RJIT) 3.213 unit, dan hibah pompa air untuk daerah rawan kekeringan 1.900 unit pada tahun 2023. 

Sebelumnya, sepanjang 2020-2022 Kementan telah melakukan kegiatan irigasi untuk meningkatkan ketersediaan air pada musim kemarau, antara lain kegiatan RJIT sebanyak 11.866 unit, Perpompaan 2.177 unit, Perpipaan 439 unit, dan pembangunan Embung 1.531 unit. Berbagai infrastruktur yang sudah dibangun itu juga dapat dimanfaatkan untuk mengantisipasi dampak El Nino.

Tak hanya membangun sarana dan prasarana, Kementan juga mendorong para petani ikut dalam program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) sebagai bentuk mitigasi apabila nanti terjadi gagal panen karena adanya kekeringan. Tak hanya itu, koordinasi dengan BMKG juga dilakukan untuk menyamakan validasi cuaca sehingga bisa mengantisipasi perubahan cuaca ekstrem yang berdampak pada pertanian. 

Menteri Pertanian RI,  Syahrul Yasin Limpo mengatakan untuk menghadapi musim kering ekstrim atau El Nino, dia meminta jajaran Kementan berada di lapangan dan membantu para petani yang kesulitan. 

" Kemudian saya juga meminta persiapan dari semua daerah di seluruh Indonesia," kata Mentan Syahrul. 

 

(*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.