Sukses

Ekonomi Indonesia Tumbuh, Menko Luhut: Industri Tekstil Untung

Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia, daya beli masyarakat dan segmen kelas menengah juga tumbuh secara signifikan. Perkembangan ini akan memberikan potensi pasar yang menguntungkan bagi industri tekstil di Indonesia.

 

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menjadi pembicara utama pada New Balance Material Summit yang diadakan di Jakarta pada Selasa (9/5/2023). Pada kegiatan ini, Menko Luhut menyampaikan pandangannya terkait investasi di Indonesia.

“Indonesia memegang peran kunci di kancah global karena luas negaranya, lokasinya yang strategis, serta kekayaan sumber daya alam yang melimpah,” tuturnya, Selasa (9/5/2023).

Selama beberapa tahun terakhir, Indonesia telah menunjukkan ketahanan dan kekuatannya terutama di tengah tantangan global yang terjadi selama beberapa tahun ke belakang.

Pemulihan ekonomi Indonesia terus berjalan tahun ke tahun, sehingga ekonominya dapat kembali naik dan mencapai diatas 5 persen pada tahun 2022.

“Implementasi kebijakan hilirisasi selama ini terbukti memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia, dengan meningkatkan nilai ekspor, memberikan kontribusi terhadap PDB, memperbaiki neraca perdagangan, penyerapan tenaga kerja, mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan baru di luar Jawa untuk pemerataan pembangunan dan sebagainya,” tambah Menko Luhut.

Indonesia tengah memajukan transformasi ekonomi, merubah dari penjualan komoditi kasar menjadi produk yang memiliki nilai tambah. Diharapkan melalui transformasi ini, Indonesia dapat menjadi negara dengan pendapatan yang tinggi pada tahun 2045.

Investasi serta perkembangan ekonomi saat ini tidak tertutup hanya pada bidang hilirisasi, tetapi juga merambah ke bidang industri tekstil. Setelah adanya pandemi, baik ekspor maupun impor produk tekstil indonesia mengalami tren kenaikan yang cukup tinggi. Pemerintah menyiapkan berbagai insentif untuk mempertahankan ekonomi di sektor tekstil dan produknya.

Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia, daya beli masyarakat dan segmen kelas menengah juga tumbuh secara signifikan. Perkembangan ini akan memberikan potensi pasar yang menguntungkan bagi industri tekstil di Indonesia.

“Selain itu, reformasi kebijakan investasi yang berkelanjutan telah menarik banyak investasi baru ke dalam negeri. Pemerintah Indonesia akan terus melanjutkan reformasi pada aspek-aspek tersebut,” tutup Menko Luhut.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Baju Bekas Impor Ilegal Marak Beredar, Pengusaha Tekstil Rugi

Pengusaha mengaku merugi akibat maraknya baju-baju bekas impor ilegal yang beredar di pasar lokal. Padahal diakui kalau kualitas baju bekas itu jauh dibawah produk lokal.

Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) menilai peredaran baju bekas ini semakin pesat dalam 3 tahun terakhir. Hingga saat ini menguasai sekitar 30 persen pangsa pasar dalam negeri.

"Sebetulnya pakaian bekas ini kalau dilihat dari share yang ilegal itu hanya sekitar 30 persen saja, tetapi 30 persen ini kalau dilihat dari perkembangan nya, kalau kita bicara 2018 ke belakang itu mungkin 5 sampai 10 persen," tuturnya dalam Konferensi Pers di Hotel Mercure, Jakarta, Jumat (13/3/2023).

Padahal, kata Redma pada masa-masa sebelumnya, dengan porsi pasar yang tak terlalu besar, peredaran pakaian bekas ini tidak mengganggu. Namun, saat ini bisa ditemui di berbagai lokasi perbelanjaan.

"Yang awalnya cuma lima sampai 10 persen saja pertumbuhannya sekarang sudah sampai 30 persen. Ini sudah sangat sangat mengganggu kita," ujarnya.

 

3 dari 3 halaman

Pakaian Produksi Industri

Redma menuturkan kalau saat ini pakaian produksi industri dalam negeri masih menguasai sekitar 70 persen pasar. Namun, dia khawatir akan tren peredaran baju bekas yang terus melesat dari waktu ke waktu.

Di sisi lain, ia mengakui tidak terlalu terganggu dengan impor ilegal bahan tekstil. Kendati ini juga digunakan oleh industri kecil menengah dalam negeri. Dengan persentase yang masih minim, dan perlu pengolahan lanjutan, dia tak takut pasarnya direbut.

"Tapi kalau yang pakaian bekas ini selain persentasenya pertumbuhannya sangat cepat dari 5 persen sampai 30 persen itu kan langsung head to head dengan pakaian jadi yang diproduksi oleh teman-teman IKM. Jadi sangat sangat terpukul baik itu dari Sisi volume maupun harga," pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.