Sukses

Minta Kepala Daerah Turun Tangan Kendalikan Inflasi, Airlangga: Jangan Semua Nunggu dari Pusat

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto meminta para kepala daerah untuk saling bekerja sama dalam rangka pengendalian inflasi. Salah satunya dengan memberikan subsidi terhadap angkutan pangan dari daerah penghasil ke daerah konsumen.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto meminta para kepala daerah untuk saling bekerja sama dalam rangka pengendalian inflasi. Salah satunya dengan memberikan subsidi terhadap angkutan pangan dari daerah penghasil ke daerah konsumen.

"Daerah ini bisa mengaturnya lewat transportasi dengan memberikan subsidi dari penghasil ke daerah konsumen," kata Airlangga saat memberikan sambutan dalam Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di Kantor Bupati Purwakarta, Purwakarta, Jawa Barat, Rabu (5/4).

Kerja sama perlu dilakukan tanpa harus menunggu instruksi Pemerintah Pusat. Apalagi saat ini sedang menghadapi bulan Ramadan dan menuju lebaran Idulfitri.

"Jadi tidak semua nunggu dari pusat, tapi kerja sama daerah ini penting," katanya.

Airlangga mengatakan selama momen Ramadan dan Lebaran Pemerintah baik pusat maupun daerah harus bisa memberikan kepastian terhadap ketersediaan barang kebutuhan pokok. Ketersediaan ini erat kaitannya dengan harga yang terjangkau. Sebaliknya jika barang harganya menjadi tinggi, bisa dipastikan ketersediaan barang sangat terbatas.

"Kalau barang ada, harga terjangkau. Kalau harga tinggi, barang belum tentu ada. Makanya pemerintah dukung dengan operasi pasar," kata dia.

Tekan Harga Beras

Selain itu, untuk menekan harga beras agar tidak melambung tinggi, Pemerintah akan membagikan beras kepada masyarakat miskin yang terdaftar dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) sebanyak 21 juta penerima..

Masing-masing akan mendapatkan bantuan beras 10 kg sebelum lebaran yang dibagikan di 514 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. "Diharapkan bantuan beras ini bisa diberikan sebelum lebaran," katanya.

Berbagai upaya tersebut dilakukan dalam rangka menjaga ekspektasi masyarakat terhadap harga-harga. Sebab hal ini juga menjadi salah satu kunci keberhasilan pesat demokrasi menuju pemilu 2024. "Kita semua berharap masyarakat bisa sejahtera dan pemilunya lancar," pungkasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Jaga Inflasi Tak Meledak di Lebaran, Bos BI: Yang Punya Bahan Pangan Ojo Disimpen

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan prospek dan tantangan pengendalian inflasi di tahun 2023 ini.

"Inflasi IHK 2023 diprakirakan kembali ke sasaran 3 persen kurang lebih 1 persen dengan beberapa tantangan," demikian paparan Perry Warjiyo dalam acara Kick Off Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan Jawa 2023 yang disiarkan pada Rabu (5/4/2023).

Gubernur BI juga mengutip data IMF yang mencatat bahwa inflasi global masih berada di angka yang tinggi, namun berhasil turun signifikan dari 8,8 persen tahun lalu menjadi 5,2 persen tahun ini.

Terkait inflasi inti, Perry Warjiyo mengatakan, permintaan domestik menguat, ekspektasi inflasi perlu terus dikelola, juga dampak nilai tukar Rupiah terhadap inflasi perlu dijaga, serta transmisi harga impor ke harga jual domestik.

Dengan situasi harga pangan yang bergejolak, Perry Warjiyo mengingatkan bahwa "risiko kekeringan perlu diwaspadai, fluktuasi produksi (antarwaktu dan antardaerah) masih terjadi, kenaikan permintaan Horeca".

Katahanan PanganDengan demikian, dia menyerunkan pentingnya mendorong ketahanan pangan dan produksi pangan dengan agrifarming, dan digitalisasi.

Memasuki musim libur Lebaran, Gubernur BI juga menghimbau pasar pasar untuk segera memastikan bahwa stok dagangan bahan pangan sudah cukup tersedia. 

"Yang punya barang ojo disimpen, rakyat membutuhkan. Beras, minyak goreng, telur, ayam, apapun buat opor harus ada di pasar, sehingga ini betul betul supply nya ada," ujar dia.

3 dari 4 halaman

Inflasi Maret 2023 Capai 0,18 Persen, Airlangga: Relatif Terkendali

Kinerja impresif industri manufaktur Indonesia terus ditunjukkan dengan berada di level ekspansif selama 19 bulan berturut-turut. Sementara itu, Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Maret 2023 mencapai level 51,9 dan tercatat naik dari posisi bulan lalu yang sebesar 51,2 serta merupakan level tertinggi sejak September 2022.

Hal itu diperkuat dari rilis S&P Global PMI yang menyatakan bahwa kuatnya laju permintaan dalam negeri di Indonesia terus menopang penguatan aktivitas manufaktur. Aktivitas perusahaan menunjukkan peningkatan signifikan dalam hasil produksi, pesanan baru, pembelian, serta perbaikan dari sisi ketenagakerjaan. Hal ini sekaligus memperlihatkan kepercayaan bisnis terhadap prospek ekonomi Indonesia juga semakin tinggi.

"PMI Indonesia masih solid dengan melanjutkan level ekspansif yang stabil dan berkelanjutan. Ini menunjukkan aktivitas produksi dalam negeri yang terus menggeliat dan ditopang permintaan domestik yang masih kuat," ungkap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.

Badan Pusat Statistik (BPS) juga telah merilis data realisasi inflasi Indonesia yang pada Maret 2023 tercatat sebesar 4,97 persen (yoy). Realisasi tersebut lebih rendah dari Februari 2023 yang sebesar 5,47 persen (yoy), tetapi lebih tinggi dibandingkan inflasi Maret 2022 sebesar 2,64 persen (yoy).

"Secara bulanan, inflasi Maret 2023 tercatat sebesar 0,18 persen (mtm). Angka tersebut relatif terkendali mengingat bulan ini sudah memasuki bulan Ramadan. Artinya pasokan di level konsumen masih aman dan distribusi tidak terganggu," jelas Menko Airlangga.

 

4 dari 4 halaman

Inflasi Harga

Berdasarkan komponen, inflasi harga diatur pemerintah (Administered Prices/AP) mengalami inflasi sebesar 0,12 persen (mtm) sehingga tingkat inflasi tahun ke tahun sebesar 11,56 persen (yoy). Inflasi AP terutama didorong oleh kenaikan tarif angkutan udara, bensin, dan rokok kretek filter.

"Adanya momen libur panjang di awal Ramadan serta adanya event besar seperti ASEAN Summit 2023 akan mendorong peningkatan permintaan transportasi, terutama angkutan udara," kata Menko Airlangga.

Sementara itu, inflasi harga pangan bergejolak (Volatile Food/VF) tercatat mengalami inflasi sebesar 0,29% (mtm) atau 5,83% (yoy). Komoditas utama penyumbang inflasi VF bulan ini (mtm) adalah beras dan cabai rawit dengan andil masing-masing 0,02%, namun tekanan inflasi VF masih dapat terbantu dengan penurunan harga bawang merah dan cabai merah. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.