Sukses

Kurangi Biaya, General Motors PHK Ratusan Karyawan

General Motors (GM) dilaporkan akan mengurangi ratusan pekerja tingkat eksekutif. Simak selengkapnya.

Liputan6.com, Jakarta General Motors (GM) dikabarkan memangkas ratusan pekerja tingkat eksekutif.

Mengutip US News, Rabu (1/3/2023) seorang sumber terkait kabar PHK di General Motors menyebut, PHK terjadi dalam upaya perusahaan memotong biaya dan merampingkan operasi.

"Pengurangan karyawan di General Motor kurang lebih mencapai 'ratusan,'" kata sumber itu.

Sebelum kabar PHK datang, Chief People Officer GM Arden Hoffman sempat mengeluarkan surat kepada karyawan yang mengatakan bahwa perusahaan "berkomitmen untuk penghematan biaya sebesar USD 2 miliar dalam dua tahun ke depan.

GM mengungkapkan target pemotongan biaya USD 2 miliar pada bulan Januari. Namun saat itu, pembuat mobil tersebut mengatakan tidak merencanakan PHK dan tidak mencirikan pemotongan biaya sebagai PHK.

"Dalam lingkungan di mana margin pesaing kita membaik, sangat penting bahwa kita bertindak sekarang dan fokus pada efisiensi kita sendiri," kata Hoffman.

Hoffman menambahkan bahwa "untuk memenuhi komitmen dan untuk mengalahkan kompetisi, kami perlu memiliki tim yang menang. Kami membutuhkan perubahan budaya yang memungkinkan kami untuk meminta pertanggungjawaban mencapai tingkat operasi yang lebih tinggi yang sekarang diperlukan. "

Tak hanya GM, badai PHK juga melanda perusahaan otomotif lainnya di Amerika Serikat, salah satunya Ford Motor.

Awal bulan ini, Ford Motor mengatakan telah memangkas satu dari sembilan pekerjanya di Eropa, atau 3.800 karyawan di bagian pengembangan produk dan administrasi untuk mengurangi biaya yang lebih rendah. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Perusahaan AS Eventbrite PHK 8 Persen Tenaga Kerja

Gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) memasuki babak baru di perusahaan perusahaan Amerika Serikat. 

Perusahaan jasa penyedia tiket asal Amerika Serikat, Eventbrite Inc mengungkapkan akan memangkas 8 persen tenaga kerjanya.

Mengutip US News, Rabu (1/3/2023) PHK di Eventbrite terjadi ketika perusahaan itu berusaha memangkas pengeluaran di tengah penurunan ekonomi global.

Eventbrite juga mengatakan berencana untuk memindahkan sekitar 30 persen dari pekerjanya, termasuk memindahkan sejumlah karyawan ke Spanyol, India, Argentina dan AS.

Pekerja yang masuk dalam divisi layanan pelanggan dipastikan akan dipindahkan ke luar AS. Perusahaan mengharapkan seluruh proses akan selesai pada akhir tahun 2023.

Pada 31 Desember 2022, Eventbrite memiliki 881 karyawan penuh waktu, di antaranya 508 di Amerika Serikat dan sisanya di negara lain. 

Selain itu, Eventbrite juga akan mengeluarkan total biaya terkait rencana restrukturisasi sekitar USD 12 juta hingga USD 20 juta, sebelum pajak.

Secara terpisah, penyedia tiket itu melaporkan kenaikan pendapatannya hingga 2 persen pada kuartal keempat 2022, mendapat keuntungan dari peningkatan volume tiket berbayar.

Perusahaan mengharapkan pendapatan di tahun 2023 ini bisa menyentuh USD 312 juta dan USD 330 juta, lebih tinggi dibandingkan USD 260,9 juta pada tahun 2022 lalu.

Adapun saham Eventbrite yang naik hampir 3 persen pada angka USD 9 dalam perdagangan yang diperpanjang.

Perusahaan ini bergabung dalam daftar perusahaan di Amerika yang dilanda badai PHK, ketika menghadapi kekhawatiran resesi.

 

3 dari 4 halaman

Kembali Dilanda PHK, Twitter Pangkas Puluhan Karyawan

Badai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kembali melanda raksasa media sosial Twitter.

Melansir Channel News Asia, Senin (27/2/2023) Twitter dilaporkan memberhentikan puluhan karyawan pada Sabtu (25/2) di tim teknik, termasuk yang mendukung teknologi periklanan, aplikasi utama Twitter, serta infrastruktur teknis untuk menjaga dan menjalankan sistem Twitter.

Ini menandai PHK kedelapan di perusahaan media sosial itu sejak salah satu orang terkaya di dunia, sekaligus bos Tesla Elon Musk membeli Twitter pada akhir Oktober 2022.

Laporan yang beredar di media AS menyebutkan bahwa, PHK terbaru di Twitter bertujuan untuk mengimbangi penurunan pendapatan setelah pengambilalihan oleh Elon Musk dan selanjutnya mengurangi staf yang telah menyusut setidaknya 70 persen menjadi sekitar 2.000.

Sementara itu, pihak Twitter belum memberikan komentar terkait kabar PHK tersebut, yang telah menjadi salah satu dari sejumlah pemangkasan pekerja besar besaran di sektor teknologi AS.

Pada awal November 2022, Twitter telah memberhentikan sekitar 3.700 karyawan sebagai tindakan pemotongan biaya oleh Musk, yang mengakuisisi perusahaan tersebut senilai USD 44 miliar atau sekitar Rp. 671 triliun.

Di bulan yang sama, sang miliarder juga mengungkapkan bahwa platform tersebut mengalami "penurunan pendapatan yang sangat besar" karena pengiklan menarik pengeluaran di tengah kekhawatiran tentang moderasi konten.

4 dari 4 halaman

McKinsey Bakal Pangkas 2.000 Karyawan, Badai PHK Dunia Masih Berlanjut

Raksasa konsultan McKinsey & Co berencana untuk memangkas sekitar 2.000 pekerjanya. Ini menjadi salah satu langkah PHK terbesar.

Kabar Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di McKinsey datang dari laporan Bloomberg News, mengutip sejumlah sumber yang mengetahui berita tersebut.

"Kami mendesain ulang cara tim non-klien kami beroperasi untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade, sehingga tim ini dapat secara efektif mendukung dan menskalakan perusahaan kami," kata juru bicara perusahaan dalam sebuah pesan email, dikutip dari Channel News Asia, Rabu (22/2/2023). 

Laporan Bloomberg menyebut, PHK adalah bagian dari Proyek Magnolia di McKinsey, yang diharapkan perusahaan konsultan akan membantu mempertahankan kumpulan kompensasi mitranya.

Outlet media bisnis itu menambahkan bahwa McKinsey sedang mencari cara untuk merestrukturisasi cara mengatur tim pendukungnya untuk memusatkan beberapa posisi.

Pekan lalu, Financial Times melaporkan bahwa KPMG memangkas hampir 2 persen tenaga kerjanya di Amerika Serikat, sebuah langkah yang menjadikannya yang pertama dari empat perusahaan akuntansi terbesar di dunia yang memangkas pekerjaan di negara tersebut.

Seperti diketahui, Pemutusan Hubungan Kerja atau PHK telah melanda sejumlah perusahaan besar di Amerika Serikat, ketika negara itu dihantui kekhawatiran resesi. 

Ini dengan tujuan agar masih bisa beroperasi dan mengecilkan pengeluaran demi beradaptasi dengan ketidakpastian ekonomi. Meski secara pendapatan masih baik dan jumlah pekerja perusahaan yang memang besar.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.