Sukses

BERANI BERUBAH: Taman Baca Cerdaskan Kehidupan Anak Bangsa

Sebelumnya, ide itu muncul sejak ia mulai mengembangkan sekolah terminal. Setelah disertasi doktor, dia merealisasikan niat baik untuk melakukan perubahan dan memilih terminal sebagai sasarannya.

Liputan6.com, Jakarta Sebagai pegiat literari, hati Yusqon tergerak untuk membuka taman baca demi mencerdaskan masyarakat yang masih buta aksara. Hal itu dilakukan dia khususnya di wilayah terminal dan pesisir laut daerah Tegal.

“Jadi saya merasa tergerak ya karena kondisi di beberapa tempat termasuknya saya kenal di terminal itu kaum marginal memang harus menjadi bagian dari kehidupan berbangsa, bernegara. Intinya mencerdaskan kehidupan bagi bangsa dan negara,” ceritanya kepada Tim Berani Berubah.

Sebelumnya, ide itu muncul sejak ia mulai mengembangkan sekolah terminal. Setelah disertasi doktor, dia merealisasikan niat baik untuk melakukan perubahan dan memilih terminal sebagai sasarannya.

“Sekolah terminal itu dulu ide munculnya pada saat saya selesai disertasi doktor tentang knowledge education. Jadi, harus ada change agent, agen perubahan. Agen perubahan itulah yang nanti bisa mewujudkan cita-cita jadi sebuah niat baik untuk perubahan di sebuah tempat yang memang menjadi bagian tujuan bagi masyarakat,” tutur dia lebih lanjut.

Di taman baca tersebut, Yusqon menyediakan beragam buku dari fiksi dan non fiksi, bahkan ada pula buku pelajaran sekolah. Buku tersebut bisa dipinjam secara gratis, tapi hanya untuk relawan.

Setiap Jumatnya, kata Yusqon, para anggota membawa sampah yang kemudian diolah menjadi sebuah kerajinan. Selanjutnya kerajinan itu bisa dijual.

Menumbuhkan Minat Baca Memiliki Banyak Tantangan

Selain di terminal, Yusqon juga membuka taman baca di pesisir laut daerah Tegal. Dia mengungkapkan bahwa wilayah tersebut memiliki tantangan tersendiri baginya.

“Kalau di daerah laut itu memang tantangannya bagaimanakah memberikan kepercayaan kepada mereka kalau anak-anak itu memang harus sekolah,” tutur dia.

Meski demikian, Yusqon bersama para relawan lain terus berupaya untuk menebar manfaat bagi masyarakat di sana. Seperti yang diungkapkan salah satu relawan Roro Kusnabila Erfa.

“Karena saya rasa kita perlu untuk banyak mengembangkan dan terus memberikan manfaat kepada masyarakat yang memang lebih banyak kita konsen di daerah terminal dan daerah pesisir. Karena mereka banyak sekali orang-orang yang mengalami putus sekolah sehingga dengan adanya kegiatan ini untuk memberantas buta aksara,” ujar dia.

Selain Roro, ada lagi relawan lain Nur Rizki Oktaviana. Dia mengatakan bahwa dirinya sendiri merasa tertantang berkecimpung di bidang literasi ini.

“Karena saya tertantang dengan bidang literasi ini. Saya murni relawan di sini tetapi saya di sekolahkan oleh pengelola dan juga lembaga Sakili,” katanya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Menghapus Buta Aksara Kaum Marginal

Sementara itu, Yusqon menuturkan bahwa ada tiga paket yang perlu dikejar para anggota sebagai upaya menghapus buta aksara kaum marginal.

“Pertama, kejar paket. Itu usianya 12 sampai dengan lansia. Itu mereka dulu namanya aksara, keaksaraan. Setelah mereka bisa membaca sekarang menjadi setara. Jadi mereka sudah membaca saya arahkan untuk kejar paket A, B, dan C. Alhamdulillah sudah pada ada yang lulus kejar paket,” urai Yusqon.

Salah satu anggota perpustakaan mengungkapkan bahwa tempat taman baca ini begitu nyaman. Oleh karena itu, dia pun bisa menambah pengetahuan baru dari buku yang dibacanya.

“Untuk tempatnya sangat nyaman sekali. Apalagi di sini kita dapat angin alami, dekat pantai juga. Sejak saya mengunjungi taman baca ini saya jadi nambah wawasan saya membaca buku yang ada di perpustakaan,” ujar Ade Irma Susanto.

Dari idenya ini, Yusqon berharap akan ada taman baca berikutnya yang tersedia di tempat-tempat publik.

“Mimpi saya di setiap masing-masing tempat-tempat publik itu ada taman baca, ada pustakawan, ada relawan dan perhatian. Yang jelas perhatian dari pemerintah karena tantangan dan kendala itu kan satu tubuh. Sebagai pegiat literasi, saya mempunyai tekad yang kuat. Berani berubah!” pungkasnya.

Ikuti kisah ini maupun yang lainnya dalam Program Berani Berubah, hasil kolaborasi antara SCTV, Indosiar bersama media digital Liputan6.com dan Merdeka.com.

Program ini tayang setiap Senin di Program Liputan 6 Pagi SCTV dan Fokus Pagi Indosiar pukul 04.30 WIB, dan akan tayang di Liputan6.com serta Merdeka.com pada pukul 06.00 WIB di hari yang sama.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.