Sukses

Tahun Baru Imlek 2023, Penjual Pernak-pernik di Singapura Sepi Orderan

Pedagang pernak-pernik perayaan Tahun Baru Imlek di Singapura menghadapi permintaan yang rendah dan penjualan yang melambat karena tingginya biaya hidup di negara itu.

Liputan6.com, Jakarta - Selama dua tahun pandemi Covid-19, perayaan Tahun Baru Imlek terhambat karena risiko pada kesehatan masyarakat.

Kali ini, para pedagang pernak-pernik perayaan Tahun Baru Imlek di Singapura menghadapi permintaan yang rendah dan penjualan yang melambat karena tingginya biaya hidup di negara itu.

Mengutip Channel News Asia, Senin (23/1/2023) seorang pengusaha yang ikut membuka lapak di pameran Imlek di pusat perbelanjaan Vivocity, Singapura mengungkapkan bahwa dia sudah mengharapkan permintaan yang lebih tinggi tahun ini, menyusul pencabutan pembatasan Covid-19 yang menghambat aktivitas ekonomi.

Tetapi sayangnya, harapan itu harus kandas karena situasi ekonomi yang masih belum mendukung daya beli konsumen.

"Penjualan sedikit lebih baik dari tahun lalu tapi masih lambat karena banyak orang di sini hanya melihat-lihat tapi tidak benar-benar membeli," kata salah satu promotor kafe lokal Careshop de Cafe, yang enggan mengungkapkan identitasnya.

"Bisa jadi karena ekonomi tidak begitu baik, jadi mereka tidak mau menghabiskan banyak uang untuk barang-barang ini," tambahnya.

Adapun seorang pengusaha kue di Singapura bernama Sally Tay, yang sudah menorehkan penjualan yang lebih rendah meski perbatasan antara Singapura dan Malaysia sudah dibuka.

Hal itu dikarenakan persaingan di antara pengecer kue di kedua negara.

"Kebanyakan pelanggan tetap kami masih datang ke sini untuk membeli (kue kami) tapi tidak sebanyak dulu. Jadi dari biasanya 10 kotak, mereka mungkin hanya akan membeli empat," cerita Sally.

"Yang bergerak lebih cepat adalah barang khas kami seperti kue tar nanas dan keripik biji labu, tetapi untuk makanan ringan yang lebih umum seperti biskuit surat cinta, pelanggan mungkin akan pergi ke tempat lain seperti Malaysia untuk membelinya karena mungkin lebih murah di sana," sebutnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Sejumlah Pengusaha Optimis Daya Beli Akan Pulih Jelang Tahun Baru Imlek

Meski adanya kenaikan biaya, sejumlah peritel di Singapura masih menaikkan harga produk mereka menjelang Tahun Baru Imlek.

Salah satunya adalah toko roti lokal Singapura Home's Favorite, yang mengatakan menaikkan harga produknya sebesar 5 persen, meskipun penjualan sedikit lebih rendah dari tingkat pra-pandemi.

"Kami tidak punya pilihan karena semuanya sudah naik (termasuk biaya) bahan, tenaga kerja dan bahkan pengiriman," kata Jason Lee, direktur pengelola Home's Favorite.

"Tapi kami sudah mencoba menyerap sebagian sehingga kami bisa menjaga harga tetap terjangkau (untuk pelanggan)," dia menjelaskan.

Menurut berbagai laporan media lokal bulan lalu, harga bak kwa (daging panggang) yang menjadi salah satu hidangan Imlek juga naik harga di seluruh toko di Singapura.

Meskipun kenaikan biaya dan penjualan lambat, pengecer tetap optimis tentang prospek bisnis mereka.

"Kami melihat permintaan yang lebih kuat dari pelanggan korporat kami dan juga konsumen reguler, jadi, ini pasti menjadi lebih baik," kata Peter Thang, direktur pengembangan bisnis pemasok produk makanan BizGen International.

"Kita dapat melihat bahwa daya beli perlahan kembali," ujarnya.

3 dari 4 halaman

Hadiah Tahun Baru Imlek 2023 buat Warga China, Ekonomi Pulih Lebih Cepat

Sejumlah ekonom memperkirakan ekonomi China akan membaik lebih awal dari yang diperkirakan, menyusul pencabutan kebijakan nol Covid-19 dan aktivitas perjalanan yang kembali berjalan menjelang musim libur Tahun Baru Imlek 2023.

Sebelumnya, China hanya mencatat pertumbuhan ekonomi 3 persen selama setahun penuh di tahun 2022 — tingkat pertumbuhan paling lambat kedua yang pernah terlihat sejak 1976.

"Kami melihat pasar dan pembuat kebijakan karena semua mata tertuju pada kekuatan dan keberlanjutan pemulihan China pasca-Covid-19 – pembukaan kembali terjadi lebih cepat dan lebih awal, dan begitu juga pemulihan," kata ekonom Citi, yang dipimpin oleh kepala ekonom China Xiangrong Yu, dikutip dari CNBC International, Rabu (18/1/2023).

"Untuk indikator bulanan, kejutan rebound dalam penjualan ritel dan ketahanan pasar tenaga kerja sama-sama menonjol," beber ekonom Citi. 

"Kami memperkirakan akan melihat pemulihan ekonomi yang berkelanjutan pada tahun 2023 sebagai hasil dari pembukaan kembali dan stimulus kebijakan," ucap pakar strategi pasar global JPMorgan, Chaoping Zhu.

4 dari 4 halaman

Industri Jasa dan Barang Konsumsi.China Bakal Ikut Untung dari Pemulihan Permintaan

Zhu menambahkan bahwa pemulihan permintaan kemungkinan akan menguntungkan industri jasa dan barang konsumsi.

"Sektor jasa akan menjadi penerima manfaat awal ketika permintaan yang terpendam dikeluarkan. Penjualan barang-barang konsumen mungkin juga meningkat karena meningkatnya kepercayaan dan dukungan kebijakan yang berkelanjutan," ungkapnya.

Adapun ekonom senior S&P Global Market Intelligence yakni Yating Xu yang menyebutkan bahwa China sudah menunjukkan tanda-tanda pemulihan lebih lanjut dalam permintaan.

"Kami telah melihat pemulihan bertahap dalam mobilitas, jumlah penerbangan penumpang, dan konsumsi pribadi," jelasnya.

Xu memperkirakan, ekonomi China akan melihat rebound tajam pada kuartal kedua tahun 2023 karena terus memprioritaskan pemulihan ekonominya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.