Sukses

Indonesia Mau Impor Gula 991 Ribu Ton, ID Food Tunggu Aba-Aba

Kementerian Perdagangan disebut akan melakukan impor gula konsumsi sebanyak 991.000 ton tahun ini. Pelaksana impor nantinya, disebut-sebut adalah BUMN.

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Perdagangan disebut akan melakukan impor gula konsumsi sebanyak 991.000 ton tahun ini. Pelaksana impor nantinya, disebut-sebut adalah BUMN.

Dalam hal ini, Holding BUMN Pangan atau ID Food yang menjadi perusahaan pelat merah di bidang pangan. Namun, perusahaan belum mendapat penugasan untuk melakukan impor tersebut.

Direktur Pengembangan dan Pengendalian Usaha ID Food Febriyanto tak menampik rencana impor gua tersebut. Hanya saja, pihaknya masih menunggu penugasan atas hal itu.

"Belum ada (penugasan), nanti kan itu penugasan juga," kata dia saat ditemui di Kementerian BUMN, ditulis Kamis (12/1/2023).

Febriyanto menerangkan perihal impor gula sendiri merupakan penugasan dari pemerintah. Kendari begitu, dia mengaku perusahaan bakal siap melaksanakan penugasan tersebut.

"Kalau gula impor itu kan penugasan, kita lagi nunggu juga (perintah penugasan), kalau BUMN ditugaskan kita akan siap," sambungnya.

Informasi, di penghujung tahun lalu Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengungkap Indonesia akan melakukan impor gula kristal putih (GKP) sebanyak 991.000 ton. Ini sebagai pemenuhan kebutuhan di dalam negeri.

Selain itu, pemerintah juga akan impor gula kristal rafinasi (GKR) sebanyak 3,6 juta ton di tahun ini. Jumlah ini akan disalurkan untuk kebutuhan industri makanan dan minuman.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Industri Minta Impor Dibuka

Industri makanan dan minuman (mamin) kekurangan pasokan gula kristal rafinasi (GKR) untuk memproduksi berbagai macam produk dan terancam berhenti berproduksi apabila tidak ada kebijakan untuk menambah stok gula dari pemerintah.

Head of Corporate Communication & Relation PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (GOOD) Dian Astriana mengatakan pihaknya berharap pemerintah dapat membuka keran impor bahan baku untuk gula rafinasi agar dapat memenuhi kebutuhan industri makanan dan minuman.

"Tentu kami berharap pemerintah dapat menambah kuota sehingga dapat memenuhi kebutuhan industri makanan dan minuman," kata Dian dikutip dari Antara, Senin (5/12/2022).

Menurut Dian, gula kristal rafinasi merupakan salah satu bahan baku utama yang harus terpenuhi dalam memproduksi mayoritas produk Garudafood. Apabila pasokan gula terkendala, maka bisa berdampak pada penghentian kegiatan produksi.

"Garudafood menggunakan GKR sebagai bahan baku produksinya. Terkait ketersediaan pasokan GKR, apabila terkendala maka tentu berpotensi mempengaruhi kelancaran produksi kami" kata dia.

 

3 dari 4 halaman

Ganggu Produksi

Seretnya pasokan gula kristal rafinasi untuk industri makanan dan minuman juga dialami produsen makanan ringan atau snack, PT Arnott's Indonesia, yang saat ini mengalami kesulitan pasokan gula.

"Arnott's juga mengalami kesulitan pasokan gula," kata Oktaviana Quinta Dewi dari Arnott's.

Menurut Oktaviana, seretnya pasokan gula ini berisiko mengganggu kegiatan produksi di saat stok gula di gudang sudah sangat menipis.

"Betul terancam stop produksi, shortage gula ini memberikan risk diproses produksi kami. Kami berharap pemerintah bisa segera mengeluarkan kebijakan," katanya.

 

4 dari 4 halaman

Bersurat ke Pemerintah

Para pelaku industri makanan dan minuman disebutkan sudah mengirimkan surat ke pemerintah terkait berkurangnya pasokan gula kristal rafinasi menjelang akhir tahun.

Proyeksi pertumbuhan bisnis makanan dan minuman tahun 2023 minimal 5 persen juga diyakini bisa terganggu jika terkendala pasokan bahan baku yang terhambat. Terganggunya pasokan GKR akan berdampak pada berhentinya produksi.

Industri makanan dan minuman di Indonesia memiliki peranan penting bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Pada triwulan III-2022 industri makanan dan minuman tumbuh 3,57 persen atau lebih tinggi dibanding periode sebelumnya 3,49 persen. Meskipun terdampak pandemi Covid-19, subsektor makanan dan minuman masih mampu tumbuh dan berkontribusi pada pertumbuhan industri nonmigas yang mencapai 4,88 persen.

Kinerja ekspor produk makanan dan minuman juga mencatatkan nilai 36 miliar dollar AS (termasuk kelapa sawit) pada Januari-September 2022. Sedangkan impor produk makanan dan minuman pada periode yang sama sebesar USD 12,77 miliar.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.