Sukses

Harga Minyak Meroket, Brent Naik 3,5 Persen Level USD 89,32

Harga minyak naik karena kejutan penurunan minyak mentah AS, stok bahan bakar

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak naik pada perdagangan Rabu menyusul penarikan tak terduga stok minyak mentah dan bahan bakar di Amerika Serikat (AS). Hal ini melebihi tekanan ke bawah dari berlanjutnya penguatan dolar AS.

Dikutip dari CNBC, Kamis (29/9/2022), harga minyak mentah Brent naik 3,5 persen dan menutup perdagangan di level USD 89,32. Sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 4,65 persen menjadi USD 82,15 per barel.

Stok minyak mentah AS turun 215.000 barel dalam minggu terakhir, sementara persediaan bensin dan sulingan masing-masing turun 2,4 juta dan 2,9 juta barel, karena aktivitas penyulingan menurun menyusul beberapa pemadaman.

Di Teluk Meksiko, sekitar 190.000 barel per hari produksi minyak atau 11 persen dari total produksi di wilayah tersebut, ditutup karena Badai Ian.

Harga BBM grosir telah meningkat di Amerika Serikat juga setelah penyulingan di Midwest dan West Coast tutup.

Ekuitas global turun dari posisi terendah dua tahun pada hari Rabu, setelah Bank of England mengatakan akan masuk ke pasar obligasi untuk membendung kenaikan yang merusak akibat biaya kredit, sehingga meredam kekhawatiran investor akan penularan di seluruh sistem keuangan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kurs Dolar AS

Nilai tukar dolar mencapai puncak baru dua dekade terhadap sekeranjang mata uang pada perdagangan Rabu karena kenaikan suku bunga global memicu kekhawatiran resesi. 

Dolar yang kuat mengurangi permintaan minyak dengan membuatnya lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.

Goldman Sachs memangkas perkiraan harga minyak 2023 pada hari Selasa, karena ekspektasi permintaan yang lebih lemah dan dolar AS yang lebih kuat tetapi mengatakan kekecewaan pasokan global hanya memperkuat prospek bullish jangka panjangnya.

Kelompok produsen OPEC+ bertemu pada 5 Oktober, di mana Rusia kemungkinan akan mengusulkan pengurangan produksi sekitar 1 juta barel per hari.

3 dari 4 halaman

Harga Minyak Dunia Lebih Mahal, Imbas Pembatasan Pasokan AS

Sebelumnya, harga minyak dunia naik pada Selasa dari level terendah sembilan bulan sehari sebelumnya. Didukung oleh pembatasan pasokan di Teluk Meksiko AS menjelang Badai Ian dan sedikit melemahnya dolar AS.

Ekspektasi analis bahwa Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, dapat mengambil tindakan untuk membendung penurunan harga dengan memotong pasokan juga memberikan dukungan. OPEC+ bertemu untuk menetapkan kebijakan pada 5 Oktober.

Dikutip dari CNBC, Rabu (28/9/2022), harga minyak mentah Brent mengakhiri hari di USD 86,27 per barel untuk kenaikan 2,6 persen. Pada hari Senin jatuh serendah USD 83,65, terendah sejak Januari. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS mengakhiri hari 2,33 persen lebih tinggi pada USD 78,50 per barel.

Harga minyak mentah melonjak pada awal 2022, dengan Brent mendekati level tertinggi sepanjang masa di $147 pada Maret setelah Rusia menginvasi Ukraina, menambah kekhawatiran pasokan. Kekhawatiran tentang resesi, suku bunga tinggi dan kekuatan dolar sejak itu membebani.

“Minyak saat ini berada di bawah pengaruh kekuatan finansial,” kata Tamas Varga dari pialang minyak PVM. "Sementara itu, aksi unjuk rasa bantuan, seperti yang terjadi pagi ini yang disebabkan oleh Badai Ian di Teluk AS, dipandang sebagai fenomena sementara," lanjutnya.

Jeda dalam kekuatan dolar AS, yang sebelumnya mencapai level tertinggi 20 tahun, memberikan beberapa dukungan. Dolar yang kuat membuat minyak mentah lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain dan cenderung membebani aset berisiko.

4 dari 4 halaman

Pasokan Dipangkas

Pemotongan pasokan kembali menjadi fokus pada hari Selasa memberikan beberapa dukungan. BP dan Chevron mengatakan pada hari Senin bahwa mereka menutup produksi di anjungan lepas pantai di Teluk Meksiko saat Badai Ian mendekati wilayah tersebut.

Penurunan harga telah meningkatkan spekulasi bahwa OPEC+ dapat melakukan intervensi. Menteri perminyakan Irak pada hari Senin mengatakan kelompok itu memantau harga dan tidak menginginkan kenaikan tajam atau keruntuhan.

“Hanya pengurangan produksi oleh OPEC+ yang dapat mematahkan momentum negatif dalam jangka pendek,” kata Giovanni Staunovo dan Wayne Gordon dari bank Swiss UBS.

Fokus juga pada hari Selasa adalah laporan inventaris AS terbaru, yang diperkirakan para analis akan menunjukkan peningkatan 300.000 barel dalam stok minyak mentah. Laporan American Petroleum Institute keluar pada 2030 GMT. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.