Sukses

Hati-Hati, Begini Dampak Bekerja Terlalu Keras Menurut Penelitian

Bekerja terlalu keras atau memiliki terlalu banyak tanggung jawab justru akan berimplikasi pada terganggunya produktivitas.

Liputan6.com, Jakarta Elon Musk adalah salah satu orang terkaya di dunia dan mungkin salah satu orang yang tersibuk juga. Sebagai CEO Tesla dan SpaceX serta pendiri The Boring Company dan Neuralink, dia sering berbicara tentang bekerja lebih dari 100 jam seminggu. Kemudian rapat hingga jam 2 pagi, dan bahkan tidur di kantornya untuk menghemat waktu. 

Dia juga dikenal sebagai figur seorang ayah dari 6 anak dan bahkan seorang tweeter yang produktif terutama dalam menjawab pertanyaan layanan pelanggan Tesla melalui tweet.

Baru-baru ini, Musk juga telah ditunjuk untuk bergabung dengan dewan direksi di konglomerat bidang hiburan, Endeavour Group Holdings disamping posisinya sebagai dewan direksi Tesla dan SpaceX.

Tentu saja, Musk tidak sendirian dalam hal setuju dengan pola kerja sepanjang waktu dan apa yang disebut sebagai "hustle porn", terutama di dunia teknologi.

Tetapi, apakah bekerja terlalu keras atau memiliki terlalu banyak tanggung jawab justru akan berimplikasi pada terganggunya produktivitas? Melansir dari CNBC, Sabtu (10/4/2021), inilah yang dikatakan para ahli.

Multitasking dapat merusak kinerja

Penelitian menunjukkan, jika pola kerja multitasking atau mengerjakan beberapa tugas dalam satu waktu dan secara konstan mengalihkan perhatian Anda dari satu tugas ke tugas lain dapat merusak kinerja dan hasil kerja.

Hal ini disampaikan oleh Gal Zauberman, profesor di Yale School of Management yang mempelajari peran waktu dalam pengambilan keputusan. 

Multitasking terbukti membuat Anda kurang efisien dan produktif serta justru lebih mungkin membuat kesalahan saat proses kerja.

Meskipun, sebagian besar dari kita mungkin menyukai beberapa variabilitas dan melakukan beberapa tugas berbeda sepanjang hari.

Namun, kenyataannya tidak semua orang ahli dalam beralih antar peran dan pekerjaan dengan sangat cepat dan efisien.

"Pertanyaannya adalah, apakah orang yang mirip Elon Musk memiliki kapasitas untuk melakukan begitu banyak peran berbeda pada waktu yang sama?" tanya Zauberman.

Tetapi, perlu dipikirkan pula bahwa dengan setiap pekerjaan atau peran yang diambil, Anda kemudian harus menukarnya dengan sesuatu yang lain. Hal itu bisa jadi waktu untuk melakukan hobi, meluangkan waktu dengan keluarga, atau bahkan beristirahat.

“Kita hanya punya beberapa menit dalam sehari,” kata Morgan. “Jadi, jika Anda memberikannya (hanya untuk kerja), maka Anda (harus) menyerahkan sesuatu yang lain.”

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Burnout bisa terjadi jika stres tidak dikelola dengan baik

Bahkan Musk sendiri telah mengakui bahwa gaya hidupnya sebenarnya keliru.

"Tidak ada yang seharusnya menghabiskan waktu sebanyak ini dalam pekerjaan," katanya kepada Axios pada tahun 2018. "[Itu] tidak disarankan untuk siapa pun. Anda akan menjadi sedikit gila jika Anda bekerja (selama) 120 jam seminggu.”

“Kita masing-masing memiliki kapasitas untuk bekerja sebelum kualitas pekerjaan kita (justru malah akan) terganggu,” ujar Emily Ballesteros, pelatih manajemen kelelahan akibat kerja di Chicago.

Misalnya, jika sesuatu yang sangat penting seperti tidur sedang dikompromikan, maka pekerjaan dan kehidupan pribadi Anda pasti akan menderita, tambahnya.

Bisa jadi orang-orang seperti Musk telah menemukan cara pribadi untuk meningkatkan kapasitas mereka dalam bekerja, misalnya, mendelegasikan tanggung jawab kepada anggota tim lain atau mempekerjakan orang untuk membantu di bidang lain dalam hidupnya.

Namun, sayangnya tidak semua orang memiliki fleksibilitas serupa. “Namun, kita semua memiliki batasan fisik yang tak terbantahkan,” jelas Ballesteros.

Burnout dapat terjadi sebagai akibat dari stres kronis di tempat kerja yang belum berhasil dikelola. Ini ditandai dengan perasaan seperti kehabisan energi atau kelelahan terus-menerus juga sikap negatif atau sinisme terkait pekerjaan Anda yang akhirnya berdampak pada berkurangnya efektivitas profesional.

“Kita tidak tahu batasan orang,” kata Ballesteros.

Mengingat hal itu, penting bagi setiap organisasi atau perusahaan untuk menetapkan "ekspektasi yang sangat jelas sehingga ada indikator kualitas yang objektif yang akan memberi tahu mereka jika seseorang terlalu banyak bekerja".

"Pada tingkat individu, penting juga untuk senantiasa memeriksa diri Anda sendiri untuk mengetahui kapan harus menetapkan batasan," lanjut Ballesteros.

Anda mungkin bertanya pada diri sendiri: Apakah saya kurang tidur karena stres? Apakah kesehatan saya sudah terpengaruh? Apakah hubungan saya juga menderita? Apakah saya juga telah menghabiskan waktu untuk hal-hal yang penting bagi saya?

Reporter: Priscilla Dewi Kirana

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.