Sukses

Pulihkan Bisnis, Indonesia Giat Kolaborasi dengan Negara Lain

Menlu Retno Marsudi menyatakan pemerintah kini hendak menggiatkan kembali aktivitas bisnis tanpa mengorbankan protokol kesehatan di tengah pandemi Covid-19.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyatakan, pemerintah kini hendak menggiatkan kembali aktivitas bisnis tanpa mengorbankan protokol kesehatan di tengah pandemi Covid-19.

Salah satunya dengan menginisiasi Travel Corridor Arrangement (TCA) dengan negara lain untuk memfasilitasi perjalanan bisnis serta kunjungan dinas dan diplomatik.

"Saat ini Indonesia sudah memiliki pengaturan bilateral TCA dengan persatuan (Uni) Emirat Arab, Korea Selatan, RRT/China, Singapura," kata Retno dalam sesi teleconference, Kamis (19/11/2020).

Saat ini, ia meneruskan, Pemerintah RI tengah bernegosiasi dengan Jepang untuk mendorong pembentukan TCA. Secara framework, hal tersebut telah disepakati dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asean ke-37 kemarin.

"TCA dengan negara-negara tersebut bisa menggerakan lebih dari 50 persen perdagangan Indonesia. Kalau kita lihat, total nilai perdagangan Indonesia dengan Asean plus RRT, UEA, Korea Selatan, Jepang, mencapai USD 188,6 miliar, atau 55,6 persen dari total nilai perdagangan Indonesia dengan dunia," paparnya.

Menurut Retno Marsudi, TCA tersebut tidak hanya penting karena membuka akses ekonomi bagi bisnis yang esensial. Tapi kesepakatan ini juga merefleksikan soliditas dan kepercayaan antar negara dalam upaya keluar dari krisis pandemi secara bersama.

Selain TCA, Retno jug menyoroti penandatanganan perjanjian dagang Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP).

Retno menyebutkan, RCEP jadi kesepakatan perdagangan terbesar di dunia yang mewakili 30,2 persen GDP dunia, 26,4 persen perdagangan dunia, 29,8 persen FDI dunia, dan 29,6 persen populasi dunia.

"Kita tahu, RCEP ini diinisiasi oleh Indonesia tahun 2011, dan indonesia menjadi koordinator perundingannya. Dan ini memberikan signal harapan dan optimisme bagi pemulihan ekonomi di kawasan. Ini juga wujud penguatan kolaborasi dan pengakuan atas sentralitas Asean di kawasan," tutur Retno Marsudi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Simak, Program Jangka Pendek Pemerintah Pulihkan Ekonomi Indonesia

Staf Khusus Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Reza Y. Siregar mengatakan, pandemi Covid-19 memberikan peluang transformasi ekonomi yang sustainable resilience terhadap global shocks.

Menurut Reza, Indonesia bisa banyak belajar dari krisis pandemi Covid-19. Dimana pandemi krisis sebelumnya menyebabkan penurunan permintaan, dan aktivitas sektor produksi terjadi dalam waktu yang bersamaan dan sangat dalam. Akiatnya, terjadi  terganggunya supply dan demand yang cepat.

Oleh karena itu, kebijakan pemerintah jangka pendek (2020-2021) adalah bagaimana memitigasi dampak Covid-19. Terutama pada lapangan kerja, dan mendorong proses pemulihan pertumbuhan.

“Kami melihat pada proses jangka pendek ini pemulihan kepercayaan untuk belanja dan peningkatan demand menjadi target jangka pendek dari kebijakan PC-PEN,” kata Reza dalam Market Outlook 2021 "Resilience to Counter Economic Turbulence - Day 1, Selasa (17/11/2020).

Nantinya, Pemerintah tidak hanya menyiapkan kebijakan-kebijakan untuk menjaga dan memitigasi dampak dari covid-19, tapi ia melihat proses mitigasi dari krisis  ini harus disinergikan dengan transformasi ekonomi yang berkelanjutan.

“Hanya dengan proses yang koheren antara recovery dan transformasi maka kita akan mendapatkan ketahanan ekonomi yang berkelanjutan di masa mendatang,” ujarnya.

Misalnya, reformasi dengan dikeluarkannya UU Cipta-Kerja akan menjembatani program kebijakan mitigasi dampak krisis dengan kebijakan transformasi ekonomi dalam jangka menengah-panjang.

Lebih lanjut, ia mengatakan, pada awal pandemi krisis ini menyebabkan tidak seimbangnya antara demand dan supply. 

“Kalau kita tidak hati-hati maka kelemahan di supply dan demand ini akan saling tarik menarik yang akan terjadi resesi di ekonomi yang berkelanjutan. Jadi salah satu proses awal yang harus kita kuatkan adalah memotong mata rantai antara demand dan supply jangka pendek,” ujarnya.

Dengan begitu, Indonesia bisa melakukan transformasi ekonomi yang sustainable resilience terhadap global shocks, jika supply dan demand terkontrol di pandemi krisis saat ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.