Sukses

Harga Emas Naik Didukung Kejatuhan Dolar AS

Harga emas telah naik sekitar 29 persen tahun ini, didukung oleh ketidakpastian ekonomi yang berasal dari pandemi serta pemilu AS yang akan datang.

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas naik pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta). Pendorong kenaikan harga emas adalah kejatuhan dolar AS ke level terendah dalam dua tahun karena perubahan kebijakan dovish Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed).

Namun jika dilihat secara bulanan, harga emas jatuh untuk pertamakalinya setelah lima bulan berturut-turut membukukan kenaikan.

Mengutip CNBC, Selasa (1/9/2020), harga emas di pasar spot naik 0,2 persen menjadi USD 1.967,68 per ounce, setelah mencapai level tertinggi sejak 19 Agustus di USD 1.976,14 per ounce.

Untuk Agustus ini, harga emas turun 0,3 persen, setelah melonjak ke puncak tertinggi sepanjang masa di USD 2.072,49 per ounce pada 7 Agustus.

Untuk harga emas berjangka ditutup naik 0,2 persen ke level USD 1.978,60 per ounce.

"Nilai tukar dolar AS yang lebih lemah dan mungkin akan terjadi ke depannya juga menyebabkan beberapa kenaikan kecil harga emas," kata pendiri Circle Squared Alternative Investments, Jeffrey Sica.

Dolar AS jatuh ke level terendah dalam dua tahun, tertekan oleh kebijakan target inflasi rata-rata terbaru the Fed, yang akan memungkinkan suku bunga tetap rendah bahkan jika inflasi naik sedikit di masa depan.

Suku bunga rendah cenderung mendukung harga emas, yang merupakan lindung nilai terhadap inflasi dan depresiasi mata uang.

Harga emas telah naik sekitar 29 persen tahun ini, didukung oleh ketidakpastian ekonomi yang berasal dari pandemi serta pemilu AS yang akan datang.

** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Harga Emas Diperkirakan Kembali Tembus USD 2.000 per Ounce pada Pekan Ini

Sebelumnya, setelah selama dua pekan terus konsolidasi di bawah USD 2.000 per ounce, harga emas diperkirakan akan mulai merangkak naik dan menembus kembali level psikologis di pekan ini.

Mengutip Kitco, Senin (31/8/2020), harga emas kembali melonjak jelang akhir pekan atau pada Jumat lalu. Aksi jual di pasar modal dan juga dolar AS menjadi tenaga penopang kenaikan harga emas.

 

“Secara teknis, grafik mingguan harga emas terlihat bearish tetapi saya tidak akan menjual emas pada saat ini,” kata Presiden Darin Newsom Analysis, Darin Newsom.

“Emas dan perak adalah satu-satunya instrumen lindung nilai yang diinginkan investor dengan semua ketidakpastian di seluruh dunia. Anda tidak bisa membantah sentimen itu." tambah dia.

Dari hasil jajak pendapat, para analis di Wall Street mayoritas menyerukan harga emas akan melambung. Dari 15 analis Wall Street yang mengambil bagian dalam jajak pendapat minggu, 12 analis atau 80 persen menyerukan harga emas naik.

Sedangkan tiga analis atau 20 persen menyatakan harga emas stabil. Selain itu tidak ada satu suara pun yang menyatakan harga emas akan turun.

Kepala Perdagangan MKS (Switzerland) SA,Afshin Nabavi mengatakan, harga emas berhasil menahan support kritis jangka pendek di atas USD 1.900 per ounce.

Ia melanjutkan, dengan dolar AS tidak dapat menembus di atas titik resistensi penting, sepertinya harga emas bisa bergerak lebih tinggi dan terdorong ke USD 2.000 per ounce.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.