Sukses

Harga Telur dan Ayam Mulai Beranjak Turun

Herman (29), pedagang telur di Pasar Kebayoran Lama mengaku telah menurunkan harga jual telur ayamnya sejak sekitar 3 hari lalu.

Liputan6.com, Jakarta Memasuki awal pekan kedua 2019 ini, harga telur dan ayam potong di Pasar Kebayoran Lama mulai beranjak turun. Harga telur turun Rp 1.000  per kilogram (kg), sedangkan ayam potong menurun hingga Rp 7.000 per ekor.

Herman (29), pedagang telur di Pasar Kebayoran Lama mengaku telah menurunkan harga jual telur ayamnya sejak sekitar 3 hari lalu.

"Telur ayam dalam negeri sekarang lagi Rp 26 ribu per kg. Sudah 3 hari, tadinya Rp 27 ribu per kg," ungkap dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Senin (7/1/2019).

Kisaran harga serupa juga diamini Udin (19), pedagang telur lain di pasar serupa. "Iya, Rp 26 ribu, udah 3 hari," sebutnya.

Sementara itu, harga beberapa produk lainnya terpantau masih stabil. Seperti telur ayam kampung, dimana Herman menawarkan Rp 1.800 per butir, sedangkan Udin Rp 2.000 per butir.

Lalu telur bebek, yang keduanya jual Rp 2.300 per butir. Kemudian telur puyuh, dimana Herman dan Udin memasang harga sekitar Rp 28 ribu per kg.

Di sisi lain, penurunan harga juga turut dirasakan produk ayam potong. Titi (45), seorang pedagang di Pasar Kebayoran Lama mengatakan, ayam potong yang dijualnya telah terpangkas Rp 7.000 sejak 3 hari silam.

"Ayam potong sekilo sekarang Rp 33 ribu. Udah 3 hari turun, tadinya sampai sekitar Rp 40 ribu per kg, pas Natal (2018) dan Tahun Baru (2019) kemarin" ujar dia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Inflasi Jakarta Capai 3,27 Persen pada 2018

Ditutup dengan inflasi Desember sebesar 0,60 persen (mtm), inflasi Jakarta sepanjang tahun 2018 tetap terkendali. 

Inflasi DKI Jakarta pada 2018 tercatat sebesar 3,27 persen (yoy), sejalan dengan sasaran inflasi nasional tahun 2018 yang ditetapkan sebesar 3,5 plus minus 1 persen. Angka inflasi tersebut juga lebih rendah dibandingkan dengan tingkat inflasi tahun 2017 yang sebesar 3,72 persen (yoy). 

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta, Trisno Nugroho menjelaskan, beberapa faktor yang mendukung terkendalinya inflasi 2018 yaitu terkendalinya ekspektasi inflasi masyarakat, tarif transportasi yang terjaga dan semakin solidnya program-program TPID Jakarta dalam menjaga kestabilan harga pangan di ibu kota.

Optimalisasi peran BUMD pangan dalam pengendalian harga, tetap menjadi model bisnis utama TPID Jakarta di ibu kota.

"Dari dinamika bulanan, inflasi Jakarta pada Desember 2018 mengalami peningkatan sesuai dengan pola musimannya," terang dia, Kamis (3/1/2019).

Inflasi Jakarta tercatat sebesar 0,60 persen (mtm), meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang hanya mencapai 0,30 persen (mtm). 

"Kenaikan musiman ini terutama berasal dari kelompok bahan makanan seiring dengan meningkatnya permintaan akan beberapa bahan pangan utama dan adanya kenaikan tarif transportasi, khususnya transportasi udara," tambah Trisno.

Meskipun angka inflasi Desember 2018 masih lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata tiga tahun sebelumnya (0,55 persen mtm), angka tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional (0,62 persen mtm). Inflasi bahan makanan lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Meningkatnya inflasi bahan makanan terutama disebabkan oleh naiknya beberapa harga pangan utama seperti telur ayam ras, daging ayam ras dan beras. 

Musim hujan berpengaruh terhadap pasokan hortikultura yang masuk ke Ibukota, karena hasil produksi di daerah produsen lebih mudah rusak karena cuaca.

Pasokan beras tipe medium yang cenderung berkurang memengaruhi kenaikan harga beras. Namun, langkah pemerintah dalam melakukan operasi pasar beras sejak November 2018 berkontribusi dalam menahan gejolak harga yang berlebih. 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.