Sukses

Kekhawatiran Investor Bikin Wall Street Anjlok

Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street tertekan didorong kekhawatiran investor terhadap kondisi politik dan ekonomi global.

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street tertekan sehingga menghapus keuntungan indeks saham Dow Jones dan S&P 500 dalam setahun. Hal itu didorong investor mencari kepastian dan keamanan di tengah kekhawatiran ekonomi dan politik global.

Selain itu sentimen lain dengan melemahnya data penjualan rumah sehingga mendorong kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi dan keuntungan perusahaan.

Pada penutupan perdagangan saham Rabu (Kamis pagi WIB), indeks saham Dow Jones melemah 608,15 poin atau 2,41 persen ke posisi 24.583,28. Indeks saham S&P 500 tergelincir 84,53 poin atau 3,08 persen ke posisi 2.656,16. Indeks saham Nasdaq terpangkas 329,14 poin atau 4,43 persen ke posisi 7.108,40.

Indeks saham CBOE yang mengukur kecemasan investor naik 4,52 poin ke posisi 25,23, dan level ini tertinggi sejak 12 Februari.

Investor mencermati sejumlah masalah termasuk beberapa laporan keuangan perusahaan yang mengecewakan, ketidakpastian atas brexit, spekulasi anggaran Italia dengan Komisi Uni Eropa.

Selain itu, pemilihan kongres Amerika Serikat dan tekanan terhadap Arab Saudi atas pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.

"Kelihatannya lebih panik dan ketakutan karena penjualan terus bergulir," ujar Chris Zaccarelli, Chief Investment Office Advisor Alliance, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (25/10/2018).

Seiring rilis laporan keuangan keluar menunjukkan ada permintaan melambat. Ini ditunjukkan dari hasil produsen chip Texas Instruments dan STMicroelectronics. Selain itu, prediksi mengecewakan dari Caterpillar dan 3M.

Saham Texas Instruments melemah 8,5 persen sehingga dorong indeks Philadelphia Semiconductor turun 6,6 persen. Saham Intel merosot 4,7 persen.

Volume perdagangan saham di wall street tercatat 9,6 miliar saham. Angka ini lebih tinggi dari rata-rata 20 harian sekitar 8 miliar saham.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kondisi Pasar Uang dan Komoditas

Di pasar uang, dolar AS naik tajam terhadap euro setelah data PMI menunjukkan pertumbuhan bisnis di zona euro melambat lebih cepat dari yang diperkirakan karena berkurangnya pesanan.

Harga obligasi surat berharga AS naik didorong investor mewaspadai saham yang volatile dan imbal hasil obligasi surat berharga AS bertenor 10 tahun turun ke posisi terendah dalam tiga minggu.

"Ini adalah perdagangan global besar yang berisiko. Kami memiliki beberapa tantangan suku bunga lebih tinggi pengaruhi perumahan, tarif yang sebabkan biaya ke produsen naik sehingga membuat penghasilan tidak begitu bagus, tetapi itu tidak berarti ekonomi berguling,” ujar Paul Zemsky, Chief Investment Officer Voya Investment Management.

Data ekonomi AS menunjukkan penjualan rumah turun ke posisi terendah dalam dua tahun pada September.  Sentimen lainnya pengaruhi pasar yaitu laporan Beige Book Federal Reserve mengenai kondisi ekonomi yang menunjukkan pabrik AS menaikkan harga karena tarif. Sedangkan inflasi cenderung moderat.

Indeks saham MSCI global pun melemah 2,07 persen Harga minyak melemah usai penarikan jauh lebih besar di bensin dan solar AS. Namun, pelaku pasar khawatir terhadap permintaan di seluruh dunia.

Harga minyak mentah AS turun 0,29 persen menjadi USD 66,24 per barel dan harga minyak Brent susut 1,3 persen ke posisi USD 75,45.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.