Sukses

Trump Bikin Gangguan Tiap Bulan, Ekonomi RI Kena Imbasnya

Ekonom perkirakan perang dagang antara Amerika Serikat dan China tidak menguntungkan Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Perang dagang Amerika Serikat (AS)-China siapapun pemenangnya akan berdampak buruk pada ekonomi Indonesia.

Ekonomi dunia tengah bergejolak di tengah situasi perang dagang dua negara raksasa AS dan China. Perang dagang yang terjadi antar kedua negara tersebut akan berdampak kepada negara lain, terutama negara-negara berkembang. Selain itu, perang dagang tidak terproyeksi sebelumnya akan ditabuh Presiden AS Donald Trump pada 2018.

"Perang dagang adalah hal yang tidak kami prediksikan secara detail bahwa Trump akan buat gangguan setiap bulannya, semua janji dia terealisasi pada tahun ini," kata Ekonom Senior Bank Mandiri, Andry Asmoro dalam acara Macroeconomic Outlook di Plaza Mandiri, Jakarta, Kamis (30/8/2018).

Andry menegaskan, perang dagang AS-China sama sekali tidak menguntungkan Indonesia. Siapapun yang akan menjadi pemenang akan tetap membawa dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi domestik.

"Dari sisi share, AS-China menempati share paling tinggi bagi Indonesia, ada sekitar 23-24 persen dari ekspor Indonesia. Kalau misalnya dia melemah impornya, akankah bisa diganti non tradisional market? Tapi kami lihat tidak bisa. Misalnya CPO, kalau China nol apakah kita bisa alirkan ke Afrika Selatan? Saya rasa susah," ujar dia.

Perang dagang dipastikan akan membuat pertumbuhan ekonomi di kedua negara tersebut menurun. Sayangnya, pelambatan pertumbuhan ekonomi di kedua negara sama-sama berimbas pada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dampak terbesar yang akan terjadi pada Indonesia adalah dari China. 

"Kalau kedua negara melemah karena perang dagang tersebut, meski mungkin yang terkena impactnya adalah AS menurut sebuah jurnal. Tapi kalau diambil skenario keduanya terpengaruh, maka Indonesia bisa kena juga," tutur dia.

Dia menjelaskan, penurunan satu persen pertumbuhan ekonomi AS membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia terkena dampak sebesar 0,07 persen. Sedangkan penurunan satu persen pertumbuhan ekonomi China, ekonomi Indonesia akan turun 0,09 persen. 

"Dulu perhitungan ini terbukti saat harga komoditas melemah pada beberapa waktu lalu," tutur dia.

Kendati demikian, dia menegaskan negara lain akan terkena dampak yang lebih buruk. "Negara lainnya, itu lebih tinggi, seperti Singapura, Malaysia, Thailand. Tapi kami hitung ini baru direct impact, belum indirect impact kalau negara tetangga kita juga ikut melemah, otomatis pasti akan berdampak lagi ke Indonesia,” ujar dia.

Ia menambahkan, tantangan masih besar pada semester II 2018 yaitu kenaikan suku bunga the Federal Reserve atau bank sentral AS.

"Lalu titik apa volatilitas negara berkembang yang bisa memberi kejutan, salah satunya Turki. Dulu juga pernah Portugal, Ireland, Greece, and Spain itu juga pengaruh volatilitas ekonomi negara berkembang," ujar dia.

 

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

 

* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Antisipasi Krisis Turki, Jokowi Minta Ketahanan Ekonomi RI Diperkuat

Sebelumnya, Presiden Jokowi Widodo (Jokowi) menggelar rapat terbatas (ratas) lanjutan terkait dengan strategi kebijakan memperkuat cadangan devisa. Hal tersebut dalam rangka memperkuat ekonomi Indonesia dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global.

Dalam sambutannya, Jokowi mengatakan, memperkuat cadangan devisa merupakan hal penting yang harus dilakukan agar ketahanan ekonomi Indonesia semakin kuat. Terlebih di tengah kondisi ekonomi global yang masih penuh ketidakpastian akibat perang dagang dan krisis yang melanda Turki.

"Termasuk dampak yang terakhir terjadi di perekonomian di Turki. Kita juga harus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah pada nilai yang wajar, inflasi yang rendah, defisit transaksi berjalan yang aman," ujar dia di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa 14 Agustus 2018.

‎Dalam rangka itu, Jokowi ingin memastikan progres dari pembahasan dalam ratas-ratas sebelumnya. Mulai dari kebijakan pencampuran CPO ke solar sebesar 20 persen (B20) yang diharapkan dapat menekan impor BBM.

"Kemudian juga peningkatan penggunaan TKDN terutama untuk BUMN besar yang sebelumnya banyak menggunakan komponen impor agar ini diperhatikan. Kemudian juga di Kementerian Perdagangan, Bea Cukai, pengendalian impor saya kira harus betul-betul kita cermati secara detail dan cepat sehingga impor-impor barang yang memang sangat penting dan sangat tidak penting itu bisa kita ketahui," jelas dia.

Jokowi juga mengingatkan jajarannya untuk mempercepat pembangunan infrastruktur yang berkaitan dengan pariwisata. Sebab sektor ini diharapkan mampu berkontribusi besar dalam peningkatan cadangan devisa.‎

"Terakhir saya ingatkan perlunya percepatan pembangunan infrastruktur yg mendukung pariwisata, terutama pada lokasi-lokasi pariwisata prioritas yang telah kita tetapkan. Karena sektor ini akan cepat mampu menambah dan memperkuat cadangan devisa kita," tandas dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.