Sukses

Sri Mulyani: Harga Pangan Terjaga, Ekonomi Tumbuh di Atas Perkiraan

Pendorong utama dari pertumbuhan tersebut adalah konsumsi rumah tangga yang tumbuh sebesar 5,14 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,27 persen pada kuartal II 2018 lebih tinggi dari yang diperkirakan.

Dia mengungkapkan, dalam rapat dengan anggota DPR beberapa waktu lalu, pertumbuhan ekonomi diprediksi hanya sekitar 5,17 persen. Namun nyatanya di kuartal II ekonomi mampu tumbuh hingga 5,27 persen.

"Ini di atas yang kami perkirakan. Kementerian Keuangan di DPR kami memprediksi di kuartal II adalah 5,16 persen-5,17 persen. Jadi kalau sekarang 5,27 persen, itu lebih tinggi," ujar dia di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (6/8/2018).

Menurut dia, pendorong utama dari pertumbuhan tersebut adalah konsumsi rumah tangga yang tumbuh sebesar 5,14 persen. Hal ini lantaran terjaganya harga pangan saat Lebaran dan pecairan tunjangan hari raya (THR) bagi pegawai negeri sipil (PNS).

"Yang sangat bagus adalah konsumsi, itu meningkat itu 5,17, jauh lebih tinggi. Berarti apa yang kita lakukan selama ini, seperti stabilisasi harga itu bisa menjaga, lalu hari raya, puasa, libur panjang, itu menimbulkan pengaruh yang cukup bagus bagi kuartal kedua. Bergesernya panen. Lalu THR dan gaji ke-13 itu juga memberikan hal yang positif," jelas dia.

Namun demikian, yang disayangkan pertumbuhan investasi pada kuartal II mengalami penurunan. Hal ini yang harus menjadi evaluasi pemerintah.

"Yang agak turun adalah investasi. saya melihat itu agak di bawa yang kita harapkan. Karena pertumbuhan PMTB (Pembentukan Modal Tetap Bruto) itu 7 persen sudah tiga kuartal berturut-turut, sekarang tiba-tiba turun di bawah 6 persen. Itu harus kita sikapi secara hati-hati. Apakah kemarin karena libur panjang, karena dari manufaktur juga rendah, jadi mungkin ada korelasi, trade off antara konsumsi yang jadi bagus, tapi manufaktur dan investasi agak lemah," jelas dia.

Kemudian juga ekspor yang ternyata melemah dibandingkan apa yang diperkirakan. Hal ini juga menjadi pekerjaan rumah (PR) yang harus diperbaiki ke depan.

‎"Kemudian kalau kita dari ekspor dan impor, kalau kita lihat ekspornya lebih lemah dari yang kita bayangkan, impornya lebih tinggi. Jadi ini salah satu faktor. Artinya, secara singkat saya komentar adalah pertumbuhannya lebih tinggi dan kita harapkan bagus, itu terutama karena merupakan hasil domestic demand yang kuat. Itu bagus. Kita masih punya PR untuk terus memacu investasi, agar dengan pertumbuhan di atas 5,2 persen tidak menimbulkan komplikasi dari sisi neraca pembayaran," tandas dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ekonomi RI Tumbuh 5,27 Persen pada Kuartal II 2018

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi di kuartal II 2018 sebesar 5,27 persen. Angka ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan periode sama tahun lalu hanya 5,01 persen.

"Pertumbuhan ini cukup bagus. Dan pendorong utamanya karena di triwulan II ini ada momen Ramadan dan Lebaran," kata Kepala BPS Suhariyanto di kantornya, Senin (6/8/2018).

Dia menjelaskan selain lebih tinggi jika dibandingkan periode sama 2017, angka ini juga lebih tinggi dibandigkan pertmbuhan ekonomi triwulan I 2018 yang saat itu 5,06 persen.

"Memang ini cukup bagus, namun kalau di 2018 ditargetkan sebesar 5,4 persen, ini masih belum capai target," tambah dia. 

Realisasi pertumbuhan ekonomi di kuartal II 2018 ini di atas perkiraan ekonom. Pengamat Ekonomi ‎Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira, mengatakan, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2018 diprediksi berada pada kisaran 5,15 persen.

Salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi di kuartal II adalah pencairan tunjangan hari raya (THR) dan libur panjang Lebaran. Hal ini menjadi stimulus bagi konsumsi rumah tangga.

"Konsumsi rumah tangga memang terbantu besarnya kenaikan THR dan libur panjang. Serapan belanja pemerintah, khususnya belanja pegawai, juga menstimulus ekonomi nasional. Meskipun tantangannya kelas menengah masih menahan belanja untuk antisipasi kenaikan harga BBM nonsubsidi dan pangan di semester II," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.