Sukses

Rupiah Terus Melemah, Sri Mulyani akan Evaluasi Kebutuhan Impor

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani memastikan, pemerintah akan mengupayakan agar Rupiah dapat menguat kembali.

Liputan6.com, Jakarta Pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) masih terus terjadi meskipun Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga acuan sebanyak 50 basis poin menjadi 5,25 persen. Hari ini nilai tukar Rupiah rata-rata berada pada level Rp 14.400 per USD.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani  memastikan, pemerintah akan mengupayakan agar Rupiah dapat menguat kembali. Salah satunya memperkecil defisit transaksi berjalan melalui pengurangan impor. Sebab, impor Indonesia dalam beberapa bulan terakhir masih lebih kecil dibanding jumlah ekspor.

"Saat yang sama mulai meneliti kebutuhan impor, apakah itu memang betul-betul yang dibutuhkan untuk perekonomian Indonesia dan secara selektif akan meneliti siapa yang membutuhkan. Apakah itu dalam bentuk bahan baku ataupun bahan modal. Dan apakah betul-betul strategis untuk menunjang kegiatan ekonomi dalam negeri," ujar Sri Mulyani di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Selasa (3/7/2018).

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut menambahkan, pemerintah akan terus berkoordinasi dengan Bank Indonesia dan juga Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk mengambil langkah memperkecil defisit transaksi berjalan.

Adapun sektor yang akan digenjot dalam beberapa bulan ke depan selain impor adalah pariwisata. Target pemerintah hingga akhir tahun, defisit hanya berada 2,5 persen terhadap PDB.

"Kita bersama BI dan OJK melakukan koordinasi bagaimana meningkatan CAD menjadi lebih mengecil dengan mendukung ekspor dan pariwisata berbagai kegiatan yang bisa menghasilkan devisa bagi negara," tandasnya.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ingin Rupiah Stabil, Pemerintah Diminta Adopsi Ideologi Pancasila dalam Sistem Ekonomi

Nilai tukar rupiah dalam beberapa hari belakangan terus mendapat tekanan dari sentimen global. Rapuhnya rupiah dinilai tidak terlepas dari sistem ekonomi Indonesia yang kurang dalam.

Menurut Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Arif Budimanta, kurang dalamnya ekonomi Indonesia akibat mulai memudarnya aplikasi ideologi Pancasila di dalam sistem ekonomi Indonesia.

Dia menilai, jika sistem ekonomi ini mengadopsi ideologi Pancasila maka kekuatan ekonomi negara ini tidak hanya dikuasai oleh segelintir orang-orang konglomerat.

"Pancasila ini harus diaplikasikan ke sistem ekonomi, maka kemudian kita nggak mudah ada problematika mengenai rupiah seperti belakangan ini," terang Arif dalam Seminar Nasional: Ekonomi Pasar Pancasila: Jalan Baru Ekonomi Indonesia di Hotel Le Meridiean, Jakarta, Selasa (3/7/2018).

Dia menyarakan, ekonomi Indonesia ini harus merata, salah satunya dengan meningkatkan peran koperasi sebagai agen masyarakat untuk mendapat akses pembiayaan.

"Memang negara ini punya BUMN, tapi itu biasa-biasa saja, itu kekuatannya juga tidak lebih besar dari 40 orang terkaya di Indonesia," kata dia.

Tidak hanya langsung dari pemerintah, peningkatan peran koperasi ini juga harus dilakukan oleh BUMN dengan sistem pendampingan.

Dengan terus meningkatnya peran koperasi di masyarakat maka aktivitas ekonomi akan lebih merata, dan tidak terlalu tergantung dengan dolar AS.

"Makanya dalam diskusi ini kita coba ingatkan kembali hal ini, supaya tidak kebablasan," pungkas dia. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.