Sukses

Ini Alasan Ciptakan Pengusaha Tak Mudah di Indonesia

Indonesia memiliki tantangan untuk mengembangkan jiwa dan menciptakan pengusaha di kalangan generasi muda.

Liputan6.com, Yogyakarta - Membangun jiwa dan menciptakan pengusaha di generasi muda Indonesia memiliki tantangan. Hal itu mengingat bangsa Indonesia tidak mewarisi budaya dan jiwa pedagang yang baik sejak zaman penjajahan Belanda.

Menteri Pendidikan, Muhadjir Effendy menyampaikan hal itu saat memberikan sambutan pada acara kelas inspirasi dengan tema Mencetak Entrepenuer Tangguh Bersama Arif P Rachmat di SMA Negeri I Yogyakarta, pada Sabtu (4/2/2017).

Muhadjir menuturkan, saat ini pengusaha di Indonesia jumlahnya kurang dari 1 persen. Padahal idealnya suatu negara maju memiliki pengusaha mencapai 4 persen.

Muhadjir menuturkan, tidak mudah untuk mendorong generasi muda menjadi pengusaha di Indonesia. Itu karena Indonesia tidak mewarisi budaya dagang yang baik dari sejak zaman penjajahan Belanda.

"Tidak memiliki kultur dan mewarisi bidang wirausaha ini. Kenapa? Karena dalam zaman penjajahan Belanda tidak didorong jadi pedagang. Pekerjaan bergengsi dulu menjadi tangan kanan penjajah. Itu pekerjaan mulia. Pekerjaan pedagang tidak dianggap bagus," ujar Muhadjir, di Yogyakarta.

Lebih lanjut ia menceritakan, kesadaran mengembangkan jiwa pengusaha atau wirausaha muncul di Yogyakarta dan Solo pada 1908. Hingga akhirnya wirausaha menjadi pilihan untuk membangun masa depan bangsa Indonesia.

"Kemudian muncul serikat dagang. Pelopor di Yogyakarta. Sebetulnya kesadaran kebangsaan justru dimulai dari para saudagar bukan politis. HOS Cokroaminoto pun mendirikan serikat dagang Islam pada 1912," kata dia.

Ia pun mengingatkan kepada generasi muda untuk memiliki nasionalisme dan keagamaan yang kuat. Kedua hal itu saling menyempurnakan untuk sebagai syarat hidup berbangsa di Indonesia.

"Indonesia ini apa pun agamanya kalau melaksanakan agamanya sungguh-sungguh maka lakukan kebangsaan yang baik. Kalau nasionalisme kurang maka cara beragama yang salah. Sebaliknya nasionalis kental sekali sehingga agama ancam NKRI maka nasionalisasinya salah. Oleh karena itu keduanya itu dikuatkan terutama dalam pembentukan karakter," jelas dia.

Selain itu, Ia mengharapkan ada kelas inspirasi dapat menjadi contoh bagi sekolah-sekolah lain untuk mendorong dan menciptakan pelaku usaha ke depannya. Muhadjir menuturkan, siswa kelas XI di SMAN I Yogyakarta beruntung lantaran memiliki kesempatan yang tak dimiliki siswa sekolah lain dalam kelas inspirasi soal wirausaha.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.