Sukses

Lira Terus Tertekan, Ekonomi Turki Diprediksi Melambat

Lira terus melemah antara lain terpicu kekhawatiran kondisi keamanan di Turki.

Liputan6.com, Jakarta Mata uang Turki Lira terus melemah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS). Lira kembali merosot meski pemerintah Turki berupaya mendorongnya dengan kebijakan lelang forex swap.

Analis menilai pemerintah Turki perlu mengambil langkah kenaikan suku yang agresif untuk menopang kondisi keuangan di negaranya.

Melansir laman Reuters, Rabu (18/1/2017), Bank sentral Turki telah meluncurkan serangkaian langkah-langkah untuk menstabilkan kondisi ekonomi negaranya sejak pekan lalu. Puncaknya, dengan langkah lelang forex swap sebagai upaya menguatkan mata uang negara ini yang telah jatuh hinngga 10 persen pada tahun ini, dan di atas dua digit pada 2016.

Beberapa ekonom dan pedagang menyebut aksi bank sentral sebagai "pengetatan rahasia" demi membela mata uangnya tanpa melakukan kenaikan suku bunga langsung. Namun mereka menyatakan diperlukan tindakan yang lebih tegas untuk menenangkan pasar.

"Kami percaya kenaikan konvensional perlu dilakukan segera, dan komunikasi memerlukan kejelasan," ujar analis UBS dalam catatannya pekan ini.

"Tindakan agresif dalam waktu dekat akan membantu kekhawatiran bahwa bank sentral mengutamakan pertumbuhan selain inflasi," mengutip penjelasan UBS.

Lira terus melemah antara lain terpicu kekhawatiran kondisi keamanan di negara ini dan keengganan Presiden Tayyip Erdogan menaikkan suku bunga, yang membuat bank sentral mengambil langkah pengetatan.

Erdogan, merupakan seorang yang menganut kebijakan ekonomi kerakyatan yang menginginkan pemberian kredit murah untuk meningkatkan perekonomian.

Lira melemah ke posisi 3,7808 terhadap dolar. Ini lebih rendah 0,5 persen dari pada penutupan Selasa kemarin.

Bank sentral mengatakan akan mengalokasikan US$ 500 juta dalam lelang deposito forex setelah menerima tawaran senilai US$ 611 juta.

Ekonomi Diprediksi Melambat

Kondisi perekonomian negara ini tampaknya tak jauh berbeda dengan Lira. Investor terlihat tidak begitu yakin dengan kondisi ekonomi di Turki.

Jajak pendapat yang digelar Reuters terhadap 33 ekonom memperkirakan pertumbuhan ekonomi Turki bakal jatuh, jauh dari target pemerintah dalam tiga tahun sampai 2018.

Prediksi ini mencerminkan kekhawatiran tentang nilai tukar lira dan dampak gagalnya aksi kudeta yang terjadi pada Juli tahun lalu.

Momok inflasi menambah keraguan. Inflasi diprediksi bisa mencapai dua digit untuk pertama kalinya dalam hampir lima tahun di kuartal pertama, menurut dua pejabat ekonomi senior Turki kepada Reuters pekan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.