Sukses

Neraca Perdagangan RI Surplus US$ 598,3 Juta di Juli

Secara kumulatif sepanjang Januari-Juli ini, ‎ekspor turun 12,02 persen (yoy) menjadi US$ 79,58 miliar.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia mencetak surplus neraca perdagangan sebesar US$ 598,3 juta di Juli 2016. Realisasi ini lebih rendah dibanding pencapaian surplus pada Juni lalu yang sebesar US$ 900,2 juta‎. Penyebabnya karena melemahnya kinerja ekspor dan impor Indonesia ke negara lain.

Kepala BPS Suryamin mengungkapkan, surplus perdagangan pada bulan ketujuh ini mencapai US$ 598,3 juta, ditopang dari nilai ekspor yang masih lebih tinggi sebesar US$ 9,51 miliar dibanding impor ‎senilai US$ 8,92 miliar.

"Surplus di Juli US$ 598,3 juta lebih rendah dibanding Juli di 2015 sebesar US$ 1,38 miliar. Tapi kalau di 2013 dan 2014 yang mengalami defisit US$ 2,3 miliar dan ‎defisit US$ 269 juta, perolehan Juli ini lebih tinggi," ujar dia saat Rilis Neraca Perdagangan Juli di kantornya, Jakarta, Senin (15/8/2016).

Sementara surplus sepanjang Januari-Juli, kata Suryamin, mencapai US$ 4,17 miliar karena ekspor US$ 79,88 miliar lebih tinggi dibanding impor di periode sama US‎$ 74,91 miliar. Data BPS menunjukkan pada Januari-Juli 2015, realisasinya surplus US$ 5,86 miliar, lalu defisit US$ 1,09 miliar, defisit lagi US$ 5,67 miliar dan surplus US$ 240,6 juta di 2012.

Dirinci lebih dalam, ‎kinerja ekspor Indonesia anjlok 26,67 persen menjadi US$ 9,51 miliar di Juli 2016 ‎terhadap periode bulan sebelumnya sebesar US$ 12,97 miliar. Sementara dibanding Juli 2015 sebesar US$ 11,47 miliar, ekspor bulan ketujuh ini merosot 17,02 persen.

"Penyebabnya pada Juli ini terjadi Lebaran Idul Fitri jatuh pada 6-7 Juli sehingga sebelum dan sesudah Lebaran, pelaku usaha banyak menghentikan kegiatannya untuk libur Lebaran. Pengaruh lain karena ekonomi global masih melambat," jelas Suryamin.

Secara kumulatif sepanjang Januari-Juli ini, ‎ekspor turun 12,02 persen (yoy) menjadi US$ 79,58 miliar. Ekspor non migas di periode tersebut melorot 8,78 persen menjadi US$ 7,59 miliar. Kontribusi terbesar dari lemak dan hewan minyak nabati US$ 9,14 miliar, dan bahan bakar mineral US$ 7,59 miliar.

Pangsa pasar terbesar ekspor Indonesia berasal dari‎ Amerika Serikat US$ 8,87 miliar (12,39 persen) , Jepang US 7,25 miliar (10,39 persen), serta China US$ 7,01 miliar (9,79 persen). Ekspor non migas ke ASEAN mencapai US$ 15,67 miliar (21,88 persen) dan Eropa Rp 7,99 miliar (11,16 persen).

Dari sisi kinerja impor mengalami pelemahan 26,28 persen menjadi US$ 8,92 miliar dibanding Juni 2016. ‎Dibandingkan Juli 2015 yang sebesar US$  10,08 miliar, realisasi bulan ketujuh ini turun 11,56 persen.

Dari kelompok migas turun 16,84 persen dari US$ 1,77 miliar menjadi US$ 1,47 miliar di Juli 2016. Impor non migas US$ 10,32 miliar menjadi US$ 7,44 miliar atau turun 27,91 persen.

Kinerja impor US$ 74,91 miliar sepanjang Januari-Juli ini atau turun 10,85 persen. Sedangkan ekspor non migas US$ 64,77‎ atau turun 5,69 persen. Mesin dan peralatan mekanik dengan nilai impor terbesar US$ 11,65 miliar serta mesin dan peralatan listrik US$ 8,32 miliar.

Negara impor terbesar Indonesia, yakni China dengan realisasi US$ 16,75 miliar (25,87 persen), Jepang US$ 7,18 miliar (11,09 persen), dan Thailand US$ 5,11 miliar (7,89 persen).(Fik/Nrm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini