Sukses

Cara Bangun Kilang Blok Masela Bukan Penentu Kesejahteraan Rakyat

Mantan Deputi SKK Migas Aussie Gautama mengharapkan pemerintah tidak mengulur waktu pengembangan blok Masela.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah belum juga memutuskan pengembangan Blok Masela, Maluku. Pemerintah tampak berhati-hati dalam mengambil keputusan pembangunan kilang di blok ini mengingat besarnya potensi gas dan potensi pengembangan industri turunan yang mampu menimbulkan multiplier effect bagi masyarakat di sekitarnya.

Mantan Deputi Perencanaan Satuan Kerja Khusus Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) Aussie Gautama mengatakan, perdebatan mengenai dua opsi pengembangan lapangan abadi ini yaitu dengan sistem kilang terapung di laut (offshore) atau di darat (onshore) dinilai tidak menjadi penentu apakah multiplier effect dari blok ini bisa menyentuh masyarakat di sekitarnya atau tidak ke depannya.

Dia mencontohkan, tambang emas di Papua yang dikelola oleh PT Freeport Indonesia selama puluhan tahun hingga saat ini tidak juga membawa kemakmuran bagi masyarakat Papua. Padahal, tambang tersebut terletak di darat.

"Multiplier effect ini bukan masalah onshore atau offshore. Kita lihat Freeport, tambangnya di tengah Irian, tapi makmur kah Irian? Kemudian di Bontang. Orang-orang di sekitar Bontang ketika diwawancara mengatakan di dalam situ makmur ada lapangan golf, tapi kita di sini miskin, kumuh, tidak ada listrik," ujar dia di Jakarta, Sabtu (2/12/2015).

Meski demikian, dia berharap pemerintah tak perlu mengulur-ulur waktu untuk memutuskan pembangunan kilang di ladang gas abadi tersebut.

"Proyek ini sudah dibicarakan sejak 2008, studi sudah dilakukan berbagai pihak, sekarang tinggal eksekusi dan final decision di 2018 dan akan menghasilkan di 2024. Ini proyek senilai US$ 30 miliar, dan akan makan waktu 4 tahun," tandas dia.

Sebelumnya, Satuan Kerja Khusus Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyatakan, pembangunan infrastruktur dalam upaya pengembangan Blok Masela akan memakai konsultan internasional untuk memilih dua skenario yaitu sistem kilang terapung di laut (offshore) atau di darat (onshore).

Biaya pengembangan lapangan untuk membangun kilang di darat diperkirakan akan lebih mahal jika dibandingkan laut. Jika dibangun di darat setidaknya membutuhkan investasi sebesar US$ 19,3 miliar. Sedangkan jika dibangun di laut hanya membutuhkan US$ 14,8 miliar.(Dny/Ahm)

 

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.