Sukses

Tantangan The Fed Naikkan Suku Bunga

Sejauh ini, tingkat pengangguran di AS yang menjadi salah satu tolak ukur kenaikan suku bunga.

Liputan6.com, New York - Para pengamat pasar keuangan di seluruh dunia kini tengah fokus menanti keputusan pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang berpangsung pada pada 15-16 Desember waktu setempat. Dalam pertemuan tersebut, Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) diyakini akan menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya sejak 2006. Namun, beberapa ekonom dan analis memandang danat-data ekonomi yang ada saat ini belum ideal untuk mendukung The Fed mengambil keputusan tersebut.

Melansir laman CNBC, Selasa (15/12/2015), meski memang tak ada skenario ideal untuk kenaikkan suku bunga, bank sentral AS saat ini tengah menghadapi kondisi yang sangat berat. Harga minyak yang terus menurun ikut menekan angka perekonomian AS, atau setidaknya dapat berdampak negatif pada pasar obligasi.

Tercatat pada perdagangan kemarin, harga minyak jenis Brent yang menjadi acuan harga minyak dunia, untuk pengiriman Januari, turun 1 sen ke level US$ 37,92 per barel. Sedangkan harga minyak acuan AS menguat 69 sen atau 1,94 persen ke level US$ 36,31 per barel. 


Selain penurunan harga minyak, laba perusahaan dan manufaktur kini berada pada level yang menandakan adanya kemungkinan resesi. Beberapa perusahaan besar membukukan kinerja yang mengecewakan atau di bawah prediksi para analis. Sementara itu ekonomi AS juga tidak menunjukkan angka pertumbuhan yang spektakuler hingga akhir tahun ini.

Dari sisi internasional, keadaan juga tampak tak terlalu baik bagi The Fed. Perang global terhadap terorisme kini tengah memanas, ekonomi Eropa tengah kesulitan dan sebagian besar rekanan bisnis The Fed di kancah internasional mengambil langkah berlawanan.

"Pernyataan usai pertemuan rutin FOMC selama dua hari kemungkinan menjadi kebijakan yang paling diantisipasi selama ini," ungkap Chief Economist di Stifel Fixed Income, Lindsey M. Piegza.

Perubahan kebijakan The Fed untuk beralih dari suku bunga rendah yang telah dipertahankan sejak akhir 2008 dapat menjadi uji coba tersendiri bagi para petingginya.

"Saat komite berusaha memutuskan kenaikan suku bunga, para petinggi The Fed, khususnya Janet Yellen akan berupaya keras meyakinkan para koleganya untuk tetap berada pada satu arah. Saat ini, pertemuan mengarah pada kenaikan suku bunga yang dianggap sesuai meskipun dapat menghambat ekspansi ekonomi yang tengah terjadi," tutur Piegza.

Sejauh ini, tingkat pengangguran di AS yang menjadi salah satu tolak ukur kenaikan suku bunga, telah turun menjadi lima persen dan diharapkan dapat menjadi empat persen hingga 2016. Meski begitu, tingkat pengangguran aktual saat menghitung seluruh pegawai yang enggan mencari kerja kembali, angkanya ternyata mencapai 9,9 persen. (Sis/Gdn)



**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini