Sukses

Kemenpar Perkuat Crisis Center Atasi Penutupan Bandara

Sejak terjadi letusan Gunung Raung dari akhir Juni hingga kini berdampak signifikan terhadap pariwisata Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pariwisata, Arief Yahya mengajak pemerintah daerah peduli mengatasi krisis terkait letusan Gunung Raung dan Gamalama terutama saat suasana Lebaran dan liburan sekolah.

Dampak dari letusan Gunung Raung dan Gamalama itu sejumlah penerbangan tertunda baik domestik maupun internasional, mulai dari bandara Ngurah Rai Bali, bandara internasional Lombok Nusa Tenggara Barat, mau pun bandara Juanda Surabaya.

Arief mengatakan, Bali, Lombok dan Surabaya telah menjadi daerah tujuan wisata yang paling diminati oleh sejumlah wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara.

Pihaknya memantau sejak terjadi letusan Gunung Raung akhir Juni 2015 hingga kini, dampaknya terhadap pariwisata Indonesia terutama di Bali cukup signifikan.

"Kondisi ini diperparah dengan letusan yang terjadi di Gunung Gamalama, Ternate Maluku Utara mulai 16 Juli," ujar Arief, seperti dikutip dari Antara, Sabtu (18/7/2015).

Karena itu, Kementerian Pariwisata memperkuat tim "crisis center" untuk mengatasi dampak penutupan bandara akibat erupsi Gunung Raung di Jawa Timur dan Gunung Gamalama di Maluku Utara. Tim crisis center ini dibentuk sejak 10 Juli 2015 ketika Gunung Raung mulai erupsi dan berdampak pada penutupan sejumlah bandara.

"Kini kami semakin berupaya memperkuat "crisis center" setelah sejak bencana erupsi Gunung Raung di Jawa Timur mengeluarkan abu vulkanik yang mengakibatkan terganggunya penerbangan di wilayah sekitar lokasi bencana," kata Arief.

Hal itu kata Arief mendesak dilakukan sebab material erupsi gunung yang berlokasi di tiga kabupaten Banyuwangi, Bondowoso, Jember, dan itu semakin mempengaruhi penerbangan.

Bandara yang terdampak langsung di antaranya Bandara Ngurah Rai Denpasar, Bandara Internasional Lombok, Bandara Selaparang Mataram, Bandara Blimbingsari Banyuwangi, Bandara Notohadinegoro Jember, dan Bandara Juanda Surabaya.

"Kami akan mendirikan pusat-pusat krisis di daerah, terutama yang terkait langsung dengan tertundanya sejumlah keberangkatan pesawat yang berakibat pada wisatawan manca negara dan domestik. Kami imbau seluruh dinas pariwisata di daerah agar juga siap siaga atasi krisis," tutur Arief.

Selain itu, Arief menambahkan masalah penting adalah penanganan terhadap penumpang pesawat yang penerbangannya terganggu, tertunda, atau dihentikannya sementara akibat erupsi. Termasuk di antaranya menyiapkan akomodasi, ketika mereka harus menunggu dalam ketidakpastian.

"Dinas-dinas pariwisata di masing-masing daerah harus tanggap akan masalah ini terutama membantu soal transportasi dan akomodasi," kata Arief.

Rencananya, menghadapi dampak letusan yang terjadi di kedua gunung tersebut, Kementerian Pariwisata  (Kemenpar) akan membuat Posko "Crisis Center" bagi penumpang pesawat bekerja sama dengan lembaga terkait seperti pengelola bandara, maskapai hingga industri pariwisata akomodasi seperti hotel.

"Bisa jadi penumpang pesawat dari luar negeri akan tertahan lama, dan membutuhkan penginapan untuk menunggu, maka posko Crisis Center ini bisa menyalurkan mereka menginap di hotel-hotel dekat bandara untuk menunggu pesawatnya bisa terbang lagi," kata Arief.

Ia menambahkan, posko Crisis Center ini dapat mengusahakan potongan tarif menginap yang cukup membantu para penumpang pesawat itu agar tidak terlunta-lunta di bandara. (Ant/Ahm/Igw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.