Sukses

Subsidi BBM Masih Tinggi, BI Tak Bakal Turunkan BI Rate

Cadangan devisa Filipina terhadap utang luar negeri jangka pendek berada level 4,7 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mengisyaratkan tidak akan menurunkan tingkat suku bunga acuannya atau BI Rate yang saat ini berada di level 7,5 persen  jika tingkat impor bahan bakar minyak (BBM) masih tinggi.

Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara menjelaskan, tingginya impor BBM berpengaruh kepada kerentanan tingkat inflasi di Indonesia. "Subsidi BBM dampaknya ke inflasi. Itulah yang menyebabkan inflasi naik, lalu rendah, lalu naik, dan seterusnya. Hal itu yang menyebabkan BI Rate sulit untuk rendah secara permanen," ungkap Mirza saat menjalani fit and proper test di Komisi XI DPR RI, Jakarta, Senin (9/6/2014).

Mirza menyatakan, Indonesia seharusnya bisa meniru Filipina. Di negara tersebut, sebelumnya pernah mengalami neraca keuangan yang buruk. Namun saat ini justru kebalikannya. Neraca keuangan negara tersebut terus baik.

"Dulu Filipina itu rasio makronya jelek, sekarang rasio makronya baik. Baiknya rasio tersebut berdampak pada curent account, inflasi, dan suku bunga. Indonesia harusnya bisa memperbaiki juga", jelas Mirza.

Filipina memiliki current account surplus, yakni 1,5 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Selain itu, cadangan devisa Filipina terhadap utang luar negeri jangka pendek berada level  4,7 persen.

Sedangkan di Indonesia, terdapat perbedaan yang cukup signifikan. Cadangan devisa Indonesia terhadap utang luar negeri jangka pendek hanya berada level 2,2 persen.

"Ini menunjukkan Indonesia mempunyai problem struktural di energi dan punya problem di sektor ekspor. Harusnya, kita melakukan perubahan. soalnya ekspor komoditas kita tergantung harga dunia", jelas Mirza. (Yas/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.