Operasi Penjatuhan Jokowi

Jokowi bikin ketar-ketir. Khususnya bagi partai politik pesaing. Beredar kabar ada tim untuk menjatuhkan Jokowi. Siapa mereka?

oleh Eko Huda Setyawan diperbarui 20 Nov 2013, 00:05 WIB
Jokowi. Kader PDIP ini bikin ketar-ketir. Khususya bagi partai politik pesaing. Betapa tidak, pria bernama lengkap Joko Widodo itu kini tengah naik daun. Popularitasnya terus melangit di berbagai survei. Jokowi disebut jadi calon presiden potensial dari PDIP pada Pemilu 2014.

Wajar saja ada kalangan yang khawatir dengan Jokowi. Sampai-sampai, kabar beredar ada kelompok yang membentuk tim khusus untuk menjatuhkan Gubernur DKI Jakarta tersebut. Menghambat laju politik putra Solo ini.

Adanya kelompok penjatuhan Jokowi itu pertama kali diungkap oleh Sekjen PDIP Tjahjo Kumolo. Tujuannya jelas. Tim khusus itu ingin mencabik-cabik citra PDIP, khususnya Megawati Soekarnoputri yang juga Ketua Umum partai dan Jokowi. Terutama menjelang Pemilu 2014.

"Kalau manuver politik terhadap Pak Jokowi itu ada, itu manuver saingan. Itu saja partai belum putuskan capres, sudah diserang dan langsung ada yang cari kelemahan Jokowi dan Bu Mega," kata Tjahjo di Gedung DPR, Jakarta, Senin 18 November yang lalu.

Tjahjo menyebut tim khusus itu melakukan kontra intelijen. "Mereka membentuk tim khusus untuk men-down grade Jokowi. Tapi faktor X dalam tahun politik itu menarik, ada upaya mencari tsunami untuk memorakporandakan PDIP," jelas dia.

Tim khusus itu bahkan dikabarkan sampai bertandang ke kampung Jokowi di Solo untuk mengorek 'dosa-dosa' Jokowi yang mungkin bisa 'digarap' di Jakarta. Untuk menggali informasi keburukan Jokowi, tim khusus itu juga dikabarkan berupaya mengumpulkan bekas anak buah mantan Walikota Solo itu.

Tak hanya mencari 'dosa' Jokowi, Tjahjo menyebut tim khusus itu juga bergerak ke para pemilik media massa untuk mengurangi porsi pemberitaan Jokowi. Memang, Jokowi kini berjaya di media, khususnya di dunia maya.
‪‪
Sementara, Ketua DPP PDIP Puan Maharani mengatakan sudah kentara siapa pihak-pihak yang berusaha menjatuhkan Jokowi itu. Kelompok itu gampang dilacak dari pernyataan di media massa.

"Nggak usah diantisipasi juga semua orang sudah lihat. Terbuka kan, si ini ngomong ini di media, semua orang juga terbuka bilang kenapa ada kebakaran terus-terusan. Lah emang Pak Jokowi ngebakarin begitu jadi gubernur? Itu kan suatu pernyataan yang nggak masuk akal," tutur Puan saat berkunjung ke kantor Liputan6.com, Jakarta, Selasa (19/11/2013).

Bagi putri Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri ini, memang gampang membeber kekurangan orang. Namun untuk mengangkat apa yang telah dikerjakan orang sangatlah sulit.

"Kita sih selalu memberikan semangat kepada Pak Jokowi. Ya sudahlah pokoknya kerja dulu yang benar, tunjukkan prestasi, walaupun kami juga paham dalam waktu 1 tahun ini nggak mungkin bisa melakukan segala hal yang sudah kusut di Jakarta ini. Tapi paling nggak bisa diperlihatkan kerja baik dan sungguh-sungguh melakukan hal itu," jelas dia.

Namun, Puan enggan menuding siapa di balik pembentukan tim penjatuhan Jokowi ini, termasuk apakah mereka berasal dari partai politik saingan PDIP di Senayan. "Saya nggak akan dan tidak dalam kapasitas mengatakan ini permainan si A. Namanya permainan gerakan tertutup itu kan pasti tidak akan dilakukan terbuka," ucap dia.

Puan tetap tak mau menunjuk kelompok mana yang ingin menjatuhkan Jokowi itu, termasuk menyebutkan apakah kelompom itu berwarna biru atau kuning yang mewakili parpol? "Hahaha... waduh, pastinya nggak pakai baju warna-warnalah, hitamlah pastinya," ujar dia.

Yang jelas, jika ingin membuka kelompok ini, harus dengan jalur hukum. Melapor ke polisi atau ke pengadilan dengan membawa tumpukan bukti. Namun, PDIP rupanya lebih memilih menghadapinya secara tertutup.

"Ini suatu gerakan yang harus diantisipasi dengan cara tertutup juga. Kita sama-sama tahu itu terjadi. Tapi ya namanya tertutup itu kan nggak bisa dibuktikan," kata Puan.

Sementara, Jokowi selalu mengelak jika ditanya soal capres. Dia terus berdalih urusan itu menjadi kewenangan Megawati sebagai Ketua Umum PDIP. Bahkan, dia mengaku bosan ditanya soal kemungkinan maju sebagai capres dalam Pemilu 2014 mendatang. Meski demikian, nama besar Jokowi rupanya sudah membuat gentar lawan.

Demokrat Tersindir?

Kabar adanya tim penjatuhan Jokowi membuat Ketua Fraksi Partai Demokrat Nurhayati Ali Assegaf berpendapat. Entah karena merasa tersindir atau tidak, yang jelas perempuan yang pernah mengkritik Jokowi soal kebakaran di Ibukota ini punya wejangan khusus untuk Jokowi.

"Saya kira sebagai politisi semua orang harus siap menang, siap kalah, dan harus siap dikritik," ujar Nurhayati yang juga Wakil Ketua Umum Partai Demokrat itu di Gedung DPR.

Menurut Nurhayati, tidak hanya Jokowi yang diserang untuk dijatuhkan citranya. Bahkan, Susilo Bambang Yudhoyono pernah mendapat serangan politik sebelum dan sesudah menjadi presiden.

"Dulu Pak SBY waktu jadi presiden juga pernah muncul isu-isu itu, ada black campaign, macam-macam. Itu biasa. Saya sebagai anggota Dewan juga kena isu seperti itu. Sebagai politisi ya harus dihadapi," tutur Nurhayati.

Sebelumnya, anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Melani Leimena Suharli juga angkat bicara soal ramainya kritik untuk Jokowi. Dia mengatakan, kritik-kritik yang diarahkan ke Jokowi tidak bertujuan menjatuhkan pria yang dikenal gemar blusukan itu. Sebab belum tentu juga Jokowi menjadi capres PDIP pada Pilpres 2014.

"Ngapain menjatuhkan, kandidat capres kan belum jelas. PDIP kan belum tentu capresnya Jokowi," ujar Melani di Gedung DPR, Jakarta, Kamis 7 November yang lalu.

Meski demikian, bukan berarti tidak boleh melontarkan kritik ke Jokowi. Jika ada kinerja Jokowi yang kurang bagus, maka pantas dikritik. Tapi itu bukanlah serangan politik. "Kita melihat nggak bagus, ya dikritisi, mengkritiksi kalau perlu, nggak usah takut kita di-bully, toh yang kita nyatakan benar," cetus Melani.

Wakil Ketua MPR ini juga mengajak anggota parlemen dari fraksi manapun untuk memberikan masukan, tanpa perlu takut dihujat masyarakat. "Mengatakan sesuatu yang tidak benar, sesuatu yang benar, kita harus siap bila kita memang benar," tegas Melani. (Eks)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya