Kedelai Impor Bulog Baru Masuk pada Desember 2013

Bulog kembali mendapatkan izin impor 100 ribu ton kedelai dari Kementerian Perdagangan (Kemendag).

oleh Septian Deny diperbarui 04 Sep 2013, 19:01 WIB
Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) kembali mendapatkan izin impor 100 ribu ton kedelai dari Kementerian Perdagangan (Kemendag).

Namun proses importasi ini kemungkinan besar baru masuk pada Desember 2013. Hal tersebut terkait terbitnya izin impor yang diberikan kepada Bulog.

"Pemerintah telah menyetujui untuk Bulog 100 ribu ton dan diusahakan untuk segera terealisasi. Kalau izin diberikan Maret atau April, Oktober bisa masuk. Tapi karena izin baru keluar, otomatis mundur paling cepat akhir tahun," ujar Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso di Gedung Kementerian Perekonomian, Jakarta Pusat, Rabu (4/9/2013).

Proses importasi yang setidaknya memakan waktu 2 bulan ini, menurut dia, karena Bulog sendiri harus kembali berkomunikasi dengan negara eksportir kedelai yang dituju BUMN ini.

"Karena kita membangun ulang kontak bisnis yang sedang kita lakukan. Tapi kalau bisa langsung ke produsen merangkap eksportir itu bisa lebih murah," lanjut dia.

Dengan jatah impor 100 ribu ton ini, Bulog akan lebih banyak melirik negara penghasil kedelai. Selama ini, impor kedelai Indonesia berasal dari Amerika Serikat (AS).

Sutarto pun menyebutkan beberapa negara yang berpotensi menjadi tujuan impor Bulog seperti India. Ini karena kemungkinan cocok dengan kebutuhan produsen tempe tahu dalam negeri.

Bahkan Myanmar pun, menurut dia, pernah menawarkan kedelainya. Saat ini Bulog tengah melakukan penjajakan ulang dengan kembali melakukan kontak bisnis dengan negara tersebut.

"Dengan jumlah itu tidak mustahil India juga ekspor kedelai. Kan ada Amerika Latin, AS yang sudah intens kontak untuk bisnis. Negara lain seperti Brazil juga ada kemungkinan. Tapi kan lebih lama, tapi kemungkinan dari manapun," jelas dia.

Sementara itu, Sutarto menyebutkan selain menyupayakan impor, Bulog juga melakukan pengadaan kedelai yang berasal dari lokal. "Ini baru 20 ton. Kita beli dari dalam negeri secara bertahap dan tergantung daerahnya," tandas dia. (Dny/Nur)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya