Industri Konten dan Aplikasi Booming, Operator Kena Getahnya

Data lembaga Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) menunjukkan porsi terbesar di bisnis komunikasi nirkabel dikuasai konten dan aplikasi.

oleh Denny Mahardy diperbarui 06 Jul 2013, 11:01 WIB
Pertumbuhan pasar perangkat pintar terus meningkat di hampir seluruh wilayah di dunia. Seiring dengan hal itu, industri konten dan aplikasi pun semakin booming, termasuk di Indonesia.

Data dari lembaga Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) menunjukkan porsi terbesar di bisnis komunikasi nirkabel dikuasai oleh konten dan aplikasi.

"Nilai bisnis layanan operator komunikasi 35 persennya untuk konten, 25 persen untuk operator dan sisanya untuk layanan broadcasting via internet," ungkap Ketua Umum Mastel, Setyanto P. Santosa saat ditemui Liputan6.com di Bandung, kemarin.

Prosentase tersebut menunjukkan bahwa operator rugi. Sebab, investasinya lebih banyak dinikmati oleh pihak lain seperti pengembang maupun penyedia layanan broadcasting online.

Potensi yang ada di industri konten Indonesia menurut Setyanto masih sangat besar. Salah satu indikasinya adalah pergeseran tren masyarakat sekarang dimana mayoritas orang tidak lagi bicara melalui voice dan SMS, tetapi melalui layanan data seperti chatting dan social media.

"Industri konten jadi peluang bisnis ke depan. Terlebih dari sisi investasi, pengembang konten tidak terlalu besar dibandingkan industri telekomunikasi yang harus membangun infrastruktur seperti BTS dan kabel serat optik," papar Setyanto.

Ia menilai operator di Indonesia tampaknya kaget dengan perkembangan konten yang sangat besar ketika layanan data mulai dibuka pada tahun 2006. Sementara itu, layanan suara dan SMS yang selama ini jadi andalan operator menurun drastis.

Meningkatkan Jumlah Developer

Muhammad Suryandityo Noor, Developer Evangelist BlackBerry Indonesia, mengatakan pihaknya berusaha untuk mendongkrak jumlah pengembang di Indonesia. BlackBerry menawarkan pembagian pendapatan hasil penjualan aplikasi dengan prosentase 70 persen untuk developer lokal dan 30 persen untuk BlackBerry.

"Saat ini sedikitnya ada 4 ribu aplikasi lokal yang sudah tersedia di BlackBerry World dari 1.500 developer. Di kategori top paid kelas dunia adalah Motion Avatars dan Stickers, keduanya adalah aplikasi untuk BlackBerry 10 yang dibuat oleh Eddy Lin dari Medan," ujarnya.

BlackBerry mengklaim akan terus berusaha untuk melahirkan banyak developer di Indonesia. Perusahaan itu mengklaim terus melakukan edukasi dan menggelar kompetisi guna meningkatkan jumlah developer di Tanah Air.

"SDK untuk membuat aplikasi di BlackBerry sangat mudah dioperasikan. Tapi, kami punya standar Build for BlackBerry sehingga pengembang harus membawa keunikan dan cita rasa khas BlackBerry yang terasa sangat kental di aplikasinya," pungkas Suryandityo lagi.

(den/dew)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya