Liputan6.com, Tegal: Ribuan penganut Kong Hu Cu mengarak 11 dewa dalam Perayaan Zhong Qiu di Kota Tegal, Jawa Tengah, baru-baru ini. Hari raya Zhong Qiu dipercaya sebagai peristiwa saat Dewa-dewa penguasa bumi turun ke dunia untuk memberi berkah.
Dalam kepercayaan Kong Hu Cu, Zhong Qiu atau disebut Padang Bulan ditandai dengan munculnya bulan purnama penuh yang pada penanggalan Imlek jatuh pada tanggal 15 bulan ke delapan. Para penganut keyakinan itu meyakini dewa-dewa penguasa bumi turun dan memberi keberkahan kepada setiap umatnya. Mereka juga mempercayai jika dewa dalam tandu digoyang-goyang dengan kencang, maka akan semakin mendapat keberkahan dari dewa tersebut.
Perayaan tahun ini diikuti hampir seluruh klenteng di Pulau Jawa seperti dari Jakarta, Indramayu, Cirebon, dan Cilacap. Ribuan penganut Kong Hu Cu berbaur dengan masyarakat lain, menikmati arak-arakan yang diiringi musik kencer dan tambur, serta aroma dari dupa. Perayaan berakhir di Klenteng Tek Hay Kiong. Di sini, semua dewa dikumpulkan dan umat bersembahyang bersama. Mereka berharap semua Dewa Bumi akan memberi berkah dan dijauhkan dari marabahaya.(COK/Sugihartono dan Budi Harto)
Dalam kepercayaan Kong Hu Cu, Zhong Qiu atau disebut Padang Bulan ditandai dengan munculnya bulan purnama penuh yang pada penanggalan Imlek jatuh pada tanggal 15 bulan ke delapan. Para penganut keyakinan itu meyakini dewa-dewa penguasa bumi turun dan memberi keberkahan kepada setiap umatnya. Mereka juga mempercayai jika dewa dalam tandu digoyang-goyang dengan kencang, maka akan semakin mendapat keberkahan dari dewa tersebut.
Perayaan tahun ini diikuti hampir seluruh klenteng di Pulau Jawa seperti dari Jakarta, Indramayu, Cirebon, dan Cilacap. Ribuan penganut Kong Hu Cu berbaur dengan masyarakat lain, menikmati arak-arakan yang diiringi musik kencer dan tambur, serta aroma dari dupa. Perayaan berakhir di Klenteng Tek Hay Kiong. Di sini, semua dewa dikumpulkan dan umat bersembahyang bersama. Mereka berharap semua Dewa Bumi akan memberi berkah dan dijauhkan dari marabahaya.(COK/Sugihartono dan Budi Harto)
