Pertamina Angkat Bicara Stok dan Harga BBM di Tengah Perang Israel Iran

Ketegangan geopolitik perang Israel Iran dan pengurangan pasokan OPEC+ telah mengerek harga minyak dunia tahun ini naik hampir 18%.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 16 Apr 2024, 19:16 WIB
Kilang milik PT Pertamina. Harga minyak mentah jenis Brent berjangka diperdagangkan di atas USD 90 setelah ditutup 1,1% lebih tinggi pada Rabu 10 April 2024, sementara harga West Texas Intermediate (WTI) mendekati USD 86 per barel. Ini terkait perang Israel Iran.

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak mentah dunia menguat pasca serangan Israel ke Iran. Serangan balik dilakukan Iran kepada Israel. Ketegangan ini mendorong harga minyak mentah jenis Brent berjangka diperdagangkan di atas USD 90 setelah ditutup 1,1% lebih tinggi pada Rabu 10 April 2024, sementara harga West Texas Intermediate (WTI) mendekati USD 86 per barel.

Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga Riva Siahaan mengatakan ketegangan geopolitik dan pengurangan pasokan OPEC+ telah mengerek harga minyak dunia tahun ini naik hampir 18%. Di tengah kenaikan harga minyak mentah dunia, Pertamina Patra Niaga akan terus menjaga pasokan BBM nasional serta stabilitas harga. 

“Kecenderungan harga minyak mentah naik, namun kami tetap memastikan pasokan BBM nasional dalam kondisi aman. Kami juga komitmen menjaga harga BBM domestik tetap stabil agar tidak berdampak pada inflasi dan daya beli masyarakat,” ujar Riva dalam keterangannya, Selasa (16/4/2024).

Riva menambahkan, Pertamina mengambil kebijakan mempertahankan harga walaupun biaya produksi BBM meningkat seiring kenaikan harga minyak dunia. "Sebagai perusahaan negara, kami mendukung upaya Pemerintah menjaga perekonomian nasional lebih stabil dan kondusif,"imbuh Riva.

Di tengah kondisi tersebut, Pertamina Patra Niaga juga memastikan stok BBM nasional aman selama masa Satgas RAFI. Pasokan tersedia jauh lebih tinggi untuk mengantisipasi lonjakan permintaan selama arus mudik dan balik Lebaran.  Saat ini, stok Pertalite tercatat di level 20 hari, Pertamax 41 hari, Turbo 58 hari, Solar dan Biosolar 22 hari, Dex 70 hari serta Avtur 41 hari.

“Penambahan stok selama masa Satgas RAFI telah disiapkan sejak Satgas Natal dan Tahun Baru untuk memastikan kebutuhan nasional terpenuhi dengan baik,” imbuh Riva.

Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting menambahkan, setelah memenuhi kebutuhan BBM dan LPG pada arus mudik, Pertamina Patra Niaga masih terus bersiaga menyiapkan kebutuhan masyarakat pasca libur Idulfitri dan arus balik yang saat ini masih berlangsung.

“Satgas RAFI terus siaga dan kebutuhan BBM pemudik menjadi perhatian  Pertamina Patra Niaga untuk memastikan masyarakat dapat melakukan perjalanan dengan aman dan lancar,” ujar Irto.

 

2 dari 4 halaman

Selat Hormuz: Jalur Penting Perdagangan Dunia, Penjaga Stabilitas Harga Minyak

Trump mengatakan USS Boxer mengambil tindakan setelah drone itu berada dalam jarak 1.000 yard. (Craig Z Rodarte / AFP)

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto berencana untuk menghitung ulang anggaran subsidi bahan bakar minyak (BBM). Menyusul, kenaikan harga minyak mentah akibat konflik Iran dengan Israel.

"Kita dihadapkan dengan berbagai tantangan dalam negeri terutama tertentu terkait dengan subsidi, kita harus mengkalibrasi lagi anggaran yang digunakan," kata Airlangga dalam acara Halal Bihalal Media di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta Pusat, Selasa (16/4).

Saat ini, pemerintah masih melakukan pengamatan terkait potensi peningkatan konflik Iran dan Israel yang mendorong kenaikan harga minyak mentah lebih tinggi. Dengan, ini penyesuaian subsidi BBM tidak dilakukan dalam waktu dekat.

"Kita melihat satu, dua bulan situasi seperti apa, jadi kalah tidak ada eskalasi kita harap harga minyak bisa flatten (tetap), tetapi kalau ada eskalasi tentu berbeda," bebernya.

Airlangga menerangkan bahwa konflik antara Iran dan Israel akan memberikan tekanan besar terhadap tiga sektor perekonomian. Pertama, mendorong tren kenaikan suku bunga yang lebih tinggi.

Kedua, kenaikan harga minyak mentah yang berdampak pada lonjakan anggaran subsidi dan kompensasi BBM. Ketiga, kenaikan harga logistik akibat gangguan rantai pasok.

"Tiga hal menjadi isu (ekonomi), satu, interest rate global (suku bunga), dua, harga minyak, ketiga harga logistik," ujar Airlangga.

Oleh karena itu, pemerintah berupaya untuk menjaga laju inflasi tetap terkendali dan memperhatikan risiko kenaikan suku bunga. Selain itu, pemerintah juga akan melanjutkan reformasi struktural untuk menjaga perekonomian nasional tetap positif.

"Dari segi makro kita menjaga juga makroprudensial untuk (target) perekonomian kita di tahun ini," pungkas Airlangga.

 

3 dari 4 halaman

Subsidi BBM Siap-Siap Naik Imbas Perang Iran vs Israel

Mesin pengisian ulang bahan bakar minyak di salah satu SPBU, Jakarta. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto berencana untuk menghitung ulang anggaran subsidi bahan bakar minyak (BBM). Menyusul, kenaikan harga minyak mentah akibat konflik Iran dengan Israel.

"Kita dihadapkan dengan berbagai tantangan dalam negeri terutama tertentu terkait dengan subsidi, kita harus mengkalibrasi lagi anggaran yang digunakan," kata Airlangga dalam acara Halal Bihalal Media di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta Pusat, Selasa (16/4).

Saat ini, pemerintah masih melakukan pengamatan terkait potensi peningkatan konflik Iran dan Israel yang mendorong kenaikan harga minyak mentah lebih tinggi. Dengan, ini penyesuaian subsidi BBM tidak dilakukan dalam waktu dekat.

"Kita melihat satu, dua bulan situasi seperti apa, jadi kalah tidak ada eskalasi kita harap harga minyak bisa flatten (tetap), tetapi kalau ada eskalasi tentu berbeda," bebernya.

Airlangga menerangkan bahwa konflik antara Iran dan Israel akan memberikan tekanan besar terhadap tiga sektor perekonomian. Pertama, mendorong tren kenaikan suku bunga yang lebih tinggi.

Kedua, kenaikan harga minyak mentah yang berdampak pada lonjakan anggaran subsidi dan kompensasi BBM. Ketiga, kenaikan harga logistik akibat gangguan rantai pasok.

"Tiga hal menjadi isu (ekonomi), satu, interest rate global (suku bunga), dua, harga minyak, ketiga harga logistik," ujar Airlangga.

Oleh karena itu, pemerintah berupaya untuk menjaga laju inflasi tetap terkendali dan memperhatikan risiko kenaikan suku bunga. Selain itu, pemerintah juga akan melanjutkan reformasi struktural untuk menjaga perekonomian nasional tetap positif.

"Dari segi makro kita menjaga juga makroprudensial untuk (target) perekonomian kita di tahun ini," pungkas Airlangga.

 

4 dari 4 halaman

Anggaran Subsidi

Sejumlah kendaraan mengantri di SPBU kawasan Kuningan, Jakarta. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sebelumnya, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Tutuka Ariadji memprediksi anggaran subsidi dan kompensasi bahan bakar minyak (BBM) akan  naik menjadi Rp 249,86 triliun dari asumsi APBN 2024 sekitar Rp160,91 triliun.

 Proyeksi kenaikan BBM ini seiring meningkatnya harga minyak mentah akibat konflik Iran dan Israel.

Asumsi kenaikan anggaran subsidi dan kompensasi BBM ini mempertimbangkan pada harga jual minyak mentah di Indonesia (Indonesian Crude Oil Price/ICP) USD 100 per barel dan asumsi kurs Rp15.900 per USD.

Bahkan, anggaran subsidi dan kompensasi BBM bisa membengkak menjadi Rp 287,24 triliun dari asumsi APBN 2024 sekitar Rp160,91 triliun.

Proyeksi kenaikan anggaran subsidi dan kompensasi BBM ini mempertimbangkan pada harga jual minyak mentah di Indonesia (Indonesian Crude Oil Price/ICP) USD 110 per barel dan asumsi kurs Rp15.900 per USD.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya