Rupiah Lebih Baik Dibanding Rupee dan Baht

Penguatan nilai tukar Rupiah dalam beberapa waktu terakhir sejalan dengan konsistensi kebijakan moneter Bank Indonesia dan mulai meredanya ketidakpastian pasar keuangan global.

oleh Tim Bisnis diperbarui 21 Des 2023, 16:52 WIB
Petugas menghitung uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Senin (9/11/2020). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bergerak menguat pada perdagangan di awal pekan ini Salah satu sentimen pendorong penguatan rupiah kali ini adalah kemenangan Joe Biden atas Donald Trump. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak sangat fluktuatif dalam beberapa pekan terakhir dan cenderung mengalami pelemahan. Namun pelemahan rupiah ini tidak sedalam mata uang lainnya.  

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menjelaskan, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang Dolar Amerika Serikat (AS) lebih baik dari Baht Thailand hingga Ruppe India.

Per 20 Desember 2023, nilai tukar Rupiah menguat secara rata-rata sebesar 0,44 persen dibandingkan dengan perkembangan pada November 2023.

"Dengan perkembangan tersebut, nilai tukar Rupiah menguat 0,37 persen dibandingkan dengan level akhir Desember 2022," ujar Perry dalam konferensi pers di Gedung BI, Jakarta Pusat, Kamis (21/12/2023).

Sementara itu, pergerakan mata uang Peso Filipina, Rupee India, dan Baht Thailand justru mengalami pelemahan pada periode yang sama. Perry mencatat, masing-masing mata uang tersebut melemah sebesar 0,05 persen, 0,53 persen, dan 0,85 persen.

Perry menyebut, penguatan nilai tukar Rupiah dalam beberapa waktu terakhir sejalan dengan konsistensi kebijakan moneter Bank Indonesia dan mulai meredanya ketidakpastian pasar keuangan global. 

Di samping kebijakan stabilisasi Bank Indonesia, berlanjutnya apresiasi nilai tukar Rupiah didorong oleh masuknya aliran portofolio asing, menariknya imbal hasil aset keuangan domestik, serta tetap positifnya prospek ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian perekonomian global.

"Strategi operasi moneter pro-market melalui instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI terus dioptimalkan guna meningkatkan manajemen likuiditas institusi keuangan domestik dan menarik masuknya aliran masuk modal asing dari luar negeri," tutur Perry.

Ke depan, Bank Indonesia tetap akan mewaspadai sejumlah risiko yang mungkin muncul dan memastikan terjaganya stabilitas nilai tukar Rupiah.

Selain itu, Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah, perbankan, dan dunia usaha untuk mendukung implementasi instrumen penempatan valas Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) sejalan dengan PP Nomor 36 Tahun 2023.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

2 dari 2 halaman

Menunggu Pengumuman BI, Rupiah Tak Banyak Bergerak

Pegawai menunjukkan mata uang rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Kamis (5/1/2023). Nilai tukar rupiah ditutup di level Rp15.616 per dolar AS pada Kamis (5/1) sore ini. Mata uang Garuda melemah 34 poin atau minus 0,22 persen dari perdagangan sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah tipis pada perdagangan Kamis ini. Inevstor tengah menunggu hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) yang akan mengumumkan suku bunga acuan.  

Pada Kamis (21/12/2023), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta menurun sembilan poin atau 0,06 persen menjadi 15.520 per dolar AS dari sebelumnya 15.511 per dolar AS.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menjelaskan, mata uang rupiah bergerak tak banyak bergerak di awal perdagangan Kamis, menjelang pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur BI.

"Rupiah diperdagangkan sideways menjelang rapat terakhir Bank Indonesia tahun 2023 hari ini," kata Josua dikutip dari Antara. Josua memperkirakan Bank Indonesia akan terus mempertahankan suku bunga kebijakan pada level 6% di tengah sikap Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed yang relatif dovish pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) terbaru.

Hal itu juga mempertimbangkan kondisi bahwa surplus perdagangan Indonesia berlanjut, dan inflasi domestik terkendali.

Surplus neraca perdagangan Indonesia pada November 2023 sebesar USD 2,41 miliar, meskipun lebih rendah dibandingkan dengan surplus pada Oktober 2023 sebesar USD 3,47 miliar.

Inflasi pada November 2023 tetap terjaga dalam kisaran sasaran tiga plus minus satu persen. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) November 2023 tercatat sebesar 0,38 persen secara month to month (mtm), sehingga secara tahunan menjadi 2,86 persen year on year (yoy).

Infografis Rupiah dan Bursa Saham Bergulat Melawan Corona (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya