Gejala Rabies pada Hewan yang Bisa Diwaspadai, Salah Satunya Berubah Jadi Tiba-Tiba Ganas

Rabies bisa jadi begitu berbahaya untuk hewan itu sendiri maupun manusia yang ada di sekitarnya. Ada pula gejala rabies pada hewan yang sebenarnya bisa diwaspadai.

oleh Diviya Agatha diperbarui 05 Jun 2023, 08:00 WIB
Ada beberapa gejala rabies pada hewan termasuk anjing yang bisa diwaspadai. (Arun SANKAR/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Tak semua pemilik hewan yang menjadi sumber penularan utama seperti anjing dapat dengan cepat menyadari gejala-gejala rabies. Alhasil, seringkali rabies tidak terdeteksi lebih awal dan tidak dicegah penularannya.

Padahal, rabies bisa jadi begitu berbahaya untuk hewan itu sendiri maupun manusia yang ada di sekitarnya. Ada pula gejala rabies pada hewan yang sebenarnya bisa diwaspadai. Lantas, apa sajakah itu? Berikut diantaranya.

1. Tiba-Tiba Ganas dan Ogah Nurut

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Dr Imran Pambudi mengungkapkan gejala pertama hewan yang terkena rabies adalah tiba-tiba berubah jadi ganas.

"Hewan itu menjadi ganas dan tidak nurut pada pemiliknya. Jadi hati-hati, kalau biasanya punya anjing yang penurut kemudian suatu saat dia tidak menurut bahkan menggigit. Itu hati-hati," ujar Imran dalam konferensi pers bersama Kemenkes RI ditulis Minggu, (4/6/2023).

2. Muncul Perubahan di Area Mulut

Imran menjelaskan, gejala kedua berkaitan dengan kemampuan anjing untuk menelan dan keluarnya air liur yang berlebihan. Dalam hal ini meliputi terjadinya kelumpuhan dan mulut terbuka.

"Tidak mau menelan, lumpuh, mulut terbuka, kemudian air liurnya keluar terus karena dia tidak bisa menutup mulutnya," kata Imran.

3. Fobia pada Tempat Terang

Selanjutnya yang ketiga, Imran mengungkapkan bahwa hewan bisa mengalami fobia pada tempat terang. Hal tersebut lantaran rabies bisa menyebabkan hewan mengalami fotofobia.

"Dia juga fotofobia, makanya dia bersembunyi di tempat gelap," ujar Imran.

2 dari 4 halaman

4. Ekor yang Terus Dilengkungkan

Petugas menyuntikkan vaksin rabies pada seekor anjing peliharaan warga di kantor kelurahan Petukangan Selatan, Jakarta, Rabu (15/9/2021). Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian memberikan vaksinasi rabies bagi hewan peliharaan milik warga untuk mengantisipasi penyakit rabies. (Liputan6.com/Faizal Fana

Lebih lanjut Imran mengungkapkan bahwa gejala rabies yang keempat dapat dilihat dari sisi ekornya. Ekor hewan yang terkena rabies biasanya akan terus melengkung.

"Ekornya dilengkungkan ke bawah perut," kata Imran.

5. Muncul Kejang yang Berujung Mati

Kelima, hewan yang terkena rabies juga bisa mengalami kejang-kejang. Kejang itu kemudian bisa berujung pada kematian.

6. Tidak Sakit dan Tiba-Tiba Mati

Selain itu, yang keenam, Imran mengungkapkan bahwa hewan yang terkena rabies pun bisa mengalami asymptomatic atau tidak mengalami gejala apapun. Namun, tiba-tiba hewan tersebut mati begitu saja.

"Kalau di suatu daerah gigitan hewannya (tiba-tiba) meningkat berarti bisa jadi ada sesuatu di daerah itu. Memang yang paling dekat adalah tadi, dia menjadi ganas berarti hewan di sana sudah terjangkit oleh rabies," ujar Imran.

3 dari 4 halaman

Rabies Juga Bisa Menular ke Manusia

Warga memegang anjing peliharaannya saat disuntik vaksin rabies di kantor kelurahan Petukangan Selatan, Jakarta, Rabu (15/9/2021). Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian memberikan vaksinasi rabies bagi hewan peliharaan milik warga untuk mengantisipasi penyakit rabies. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Rabies disebut-sebut dapat menjadi tantangan besar untuk Indonesia. Sebab, rabies tak hanya dapat memengaruhi kesehatan hewan, melainkan bisa ikut menular ke manusia lewat gigitan anjing.

Imran mengungkapkan bahwa ada beberapa gejala rabies yang bisa muncul usai seseorang terkena gigitan anjing liar.

"Pada tahapan awal itu timbul demam, lemas, lesu, insomnia, sakit kepala hebat. Kemudian sering ditemukan nyeri (karena sakit tenggorokan), ini yang akhirnya membuat kaku sehingga dia tidak bisa menelan," ujar Imran.

"Setelah itu akan lanjut ke rasa kesemutan, panas di lokasi gigitan, kemudian timbul fobia yaitu hidrofobia, dia takut air. Kemudian aerofobia, dan fotofobia. Jadi dia takut dengan cahaya. Akhirnya bisa meninggal dunia," sambungnya

4 dari 4 halaman

Harus Apa Kalau Telanjur Kena Gigit Anjing?

Petugas menyuntikkan vaksin rabies pada seekor anjing peliharaan warga di kelurahan Bukit Duri, Jakarta, Selasa (24/8/2021). Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP) memberikan vaksinasi rabies bagi hewan peliharaan warga untuk mengantisipasi penyakit rabies. (merdeka.com/Imam Buhori)

Imran menambahkan, tatalaksana penyakit rabies pada manusia tergantung pada kategori risikonya. Pada kategori risiko rendah, pasien tidak perlu mendapatkan VAR (vaksin anti rabies) atau SAR (serum anti rabies).

"Kalau di manusia itu nanti akan kita lihat dia masuk kategori satu (rendah), atau kategori dua dan tiga (tinggi). Kategori satu itu pada orang-orang yang terjadi kontak terjilat. Itu terjilat oleh hewan yang kita duga rabies tapi tidak ada luka. Kategori satu tidak perlu diberikan vaksin dan serum," kata Imran.

"Kategori dua itu adalah tercakar tapi tidak sampai berdarah, kalau kategori tiga sudah berdarah ada luka terbuka. Maka dia harus diberikan VAR dan SAR."

Imran menambahkan bahwasanya usai terkena gigitan anjing, pasien sebaiknya langsung memeriksakan kondisi ke fasilitas kesehatan (faskes). Dengan begitu, area yang terkena gigitan bisa langsung dicuci bersih dengan prosedur yang sesuai.

Infografis Ragam Tanggapan Pengendalian PMK dan Vaksinasi Hewan Ternak. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya