500 warga di Jember Terancam Bencana Longsor Akibat Penurunan Tanah

Badan Penanggulangan Becana Daerah (BPBD) Jember mendata, terjadi retakan tanah di Desa Sucopangepok, Jember. Akibatanya sekitar 500 jiwa dari 150 kepala keluarga di desa tersebut terancam tanah longsor.

oleh Hermawan Arifianto diperbarui 12 Mar 2023, 10:00 WIB
Ilustrasi retakan tanah (Istimewa)

Liputan6.com, Jember - Badan Penanggulangan Becana Daerah (BPBD) Kabupaten Jember mendata, terjadi retakan tanah di Desa Sucopangepok, Jember. Akibatanya sekitar 500 jiwa dari 150 kepala keluarga di desa tersebut terancam tanah longsor.

“Hasil pemantauan kami bahwa dampak dari keretakan tanah itu menyebebabkan lahan persawahan milik warga mengalami penurunan tanah sekitar 30 cm dan mengalami keretakan tanah dengan lebar 20 cm,” ujar Kepa BPBD Jember Sigit Akbari, Sabtu (11/3/2023).

Selain itu, kata dia, jalan desa juga terdampak retakan tanah, dan retakan tanah pada lahan atau sawah warga terlihat penjagnya sekitar 100 meter persegi.

“Kami memberikan rekomendasi agar dilakukan penanaman cetiver atau sejenisnya di beberapa lokasi agar mencegah terjadinya longsor di kawasan itu,” tambahnya.

Menurut Sigit, perlu dilakukan pemasangan rambu rawan longsor di daerah setempat. Pihak BPBD Jember meneruskan laporan kejadian itu dengan mendatangkan Badan Geologi Kementerian ESDM terkait retakan tanah untuk pendalaman dan pengkajian.

“Kami imbau masyarakat di Dusun Karanganyar, Desa Sucopangepok meningkatkan kewaspadaannya terhadap ancaman tanah longsor akibat retakan tanah tersebut,” paparnya.

Untuk mencegah retakan tanah semakin lebar lanjut dia, retakan itu segera ditutup kembali supaya tidak terjadi resapan air yang langsung dan memperparah retakan itu.

“Ke depan, setelah musim hujan ini segera dilakukan penghijauan di lereng Gunung Argopuro, karena memang sedikit pohon yang dapat mengikat air Sehinga ini mengakibatkan tanah lonsgor maupun banjir bandang,” tambahnya.

2 dari 2 halaman

Optimalkan Fungsi EWS

Kepala Stasiun Geofisika kelas III BMKG Nganjuk, Sumber Harto bahwa adanya air yang merambat sampai ke bawah oitu menjadi bidang gelincir yang paling utama bisa menyebabkan tanah retak, bahkan longsor.

Sebelumnya Kepala Stasiun Geofisika Kelas III BMKG Nganjuk Sumber Harto yang ikut memantau retakan tanah di Desa Sucopangepok mengatakan bahwa.

“Untuk itu, early warning system (EWS) yang ada dioptimalkan fungsinya, bila ada pergerakan tanah bisa meminimalisasi korban yang terdampak oleh tanah Longsor. “ ujarnya.

Infografis Pesawat Susi Air Dibakar di Nduga Papua Diduga Ulah KKB. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya