Dalang Jemblung, Seni Teater Asal Banyumas

Menurut sejarahnya, dalang jemblung berasal dari riwayat cerita babad Kerajaan Majapahit dan kerajaan di Pulau Jawa

oleh Switzy Sabandar diperbarui 04 Mar 2023, 03:00 WIB
Ilustrasi drama, teater. (Image by storyset on Freepik)

Liputan6.com, Banyumas - Dalang jemblung merupakan salah satu bentuk kesenian khas dari daerah Banyumas, Jawa Tengah. Berbentuk seni teatrikal, dalang jemblung merupakan sebuah kesenian yang memuat seni peran dengan membacakan sastra lisan berbentuk prosa atau cerita.

Mengutip dari petabudaya.belajar.kemdikbud.go.id, nama 'jemblung' berasal dari kata 'gemblung'. Nama tersebut muncul karena dalam pertunjukkannya, sang dalang seolah berbicara seorang diri, sehingga kerap disebut gemblung atau gila.

Kesenian dalang jemblung tak hanya berfungsi sebagai hiburan bagi masyarakat, tetapi juga sebagai sarana untuk menyampaikan pesan moral melalui sindiran dan candaan.

Menurut sejarahnya, dalang jemblung berasal dari riwayat cerita babad Kerajaan Majapahit dan kerajaan di Pulau Jawa. Konon, kesenian ini berasal dari Dalang Mocokondo yang berasal dari daerah Sukaraja, Desa Jumpoh, Purbalingga.

Sementara itu, sebutan 'jemblung' konon digunakan pertama kali pada zaman pemerintahan Raja Amangkurat Arum dari Kerajaan Plered. Saat itu, seorang dalang aristokrat bernama Ki Lebdojiwo mulai memperkenalkan bentuk kesenian ini.

Adapun pertunjukan dalang jemblung umumnya dilaksanakan berdasarkan pesanan atau dalam bahasa setempat disebut 'ditanggap'. Masyarakat yang sedang mengadakan acara biasanya akan memesan dalang jemblung sebagai hiburan untuk para tamu.

Pertunjukan ini banyak dipilih karena dianggap lebih sederhana dibanding wayang. Adapun pementasan dalang jemblung biasanya dilakukan oleh 2-4 orang pemain.

Seorang dalang bertugas membawakan cerita, sementara yang lain akan memerankan cerita dan dialognya. Pertunjukan ini umumnya menggunakan properti berupa sebuah meja kecil berukuran pendek.

Selain itu, ada juga kudhi atau pisau khas Banyumas yang digunakan sebagai properti saat adegan perang. Kudhi ini digunakan sebagai 'cempala' pada pementasan wayang kulit serta sebagai 'keprak'.

Adapun pakaian yang dikenakan para pemain dalang jemblung berupa busana khas Banyumas. Para pemain teater akan mengenakan blangkon atau iket, jas atau surjan, kain batik, dan selop.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya