Mengintip Perkampungan Tradisional Rumah Tuo Jambi yang Berusia Ratusan Tahun

Bersamaan dengan berdirinya rumah tuo, maka dibuat pula perkampungan rumah tuo.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 21 Jan 2023, 10:00 WIB
Peserta Bujang Gadis Kabupaten Merangin 2017 berfoto di gerbang komplek Rumah Tuo. (Foto: Dok Disbudparpora Kabupaten Merangin/B Santoso)

Liputan6.com, Jambi - Terdapat sebuah perkampungan yang berusia sangat tua di Jambi, tepatnya di Rantau Panjang, Tabir, Kabupaten Merangin, Jambi. Bahkan, rumah-rumah di perkampungan tersebut sudah berusia 300-400 tahun.

Mengutip dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, perkampungan tersebut memang masih mempertahankan bangunan-bangunan tua dan lama. Julukan Perkampungan Rumah Tuo diberikan karena di lokasi tersebut terdapat sebuah rumah yang telah didirikan sejak 1330.

Meski sudah berusia ratusan tahun, rumah tersebut tetap bertahan. Saat ini, bangunan tersebut dihuni oleh Bapak Iskandar sebagai generasi ke-14 penerus rumah tuo tersebut.

Bersamaan dengan berdirinya rumah tuo, maka dibuat pula perkampungan rumah tuo. Masyakat setempat biasanya menyebut dirinya sebagai Orang Batin Limo.

Saat ini, masih terdapat sekitar 40 hingga 50 rumah yang masih berdiri kokoh dan telah berumur ratusan tahun. Namun, ada juga masyarakat yang mendirikan bangunan baru karena kayu yang telah lama digunakan sudah lapuk atau rusak.

Meski ada yang mengalami beberapa kali renovasi, tetapi bentuk bangunan aslinya masih dipertahankan. Adapun bangunan-bangunan atau bentuk rumah di perkampungan ini biasanya dikenal dengan sebutan rumah tinggi.

Hingga kini, masyarakat masih mempertahankan keberadaan rumah dan beberapa tradisi warisan budayanya. Selain mempertahankan rumah-rumah tinggalan warisan budaya masa lalu, masyarakat di Perkampungan Rumah Tuo Rantau Panjang, juga menjalankan aktifitas tradisinya, seperti upacara bantaian adat, silek penyudon, dan budaya beselang.

Upacara bantaian adat merupakan salah satu upacara sedekah dengan memotong kerbau untuk dibagikan kepada masyarakat. Tradisi ini dilaksanakan satu minggu menjelang dilaksanakannya puasa Ramadan.

Sementara itu, silek penyudon merupakan silek turun menurun dari leluhur ratusan tahun yang ditampilkan setahun sekali. Tradisi ini menjadi penutup hari raya Idulfitri bagi masyarakat Rantau Panjang.

(Resla Aknaita Chak)

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya