Ekonomi Eropa Diramal Kompak Merosot di 2022

Ekonomi Eropa turun di tengah invasi Rusia ke Ukraina.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 18 Des 2022, 08:00 WIB
Petugas pemadam kebakaran bekerja setelah sebuah serangan pesawat tak berawak di gedung-gedung di Kyiv, Ukraina, Senin (17/10/2022). Pesawat tak berawak menghantam sejumlah gedung ibu kota Ukraina pada Senin pagi ledakan tesebut menggema di seluruh Kyiv dan menimbulkan kepanikan sehingga orang-orang berlarian ke lokasi yang aman. (AP Photo/Roman Hrytsyna)

Liputan6.com, Moskow - Dampak dari invasi Rusia ke Ukraina mulai terlihat di pertumbuhan ekonomi Rusia dan Eropa. Bank sentral Rusia memprediksi GDP negara itu hanya akan tumbuh tiga persen saja di 2022. 

Angka tiga persen itu lebih rendah dari pertumbuhan tahun 2021 yang 4,8 persen. Gubernur Bank Rusia bahkan menyorot potensi pertumbuhan yang turun di bawah 3 persen. 

"Forecast terbaru kita, yang kita berikan pada Oktober, adalah 3 - 3,5 persen. Berdasarkan ekspektasi kami, penurunan GDP akan sekitar 3 persen. Tetapi tentunya segalanya akan tergantung dinamika-dinamika ekonomi November-Desember. GDP mungkin bisa jatuh kurang dari 3 persen tahun ini," ujar Gubernur Bank Rusia Elvira Nabiullina, dilansir TASS, Sabtu (17/12/2022).

Pertumbuhan ekonomi Rusia dikhawatirkan tetap negatif pada 2023, bahkan  minus 4 persen hingga minus 1 persen di akhir 2023. 

Negara Eropa lain juga merasakan penurunan ekonomi. Situs OECD menyebut ekonomi Prancis hanya tumbuh 2,6 persen pada 2022, meski belum sampai minus pada 2023. Invasi Ukraina, gangguan rantai pasokan dan naiknya harga energi disebut berdampak ke ekonomi. Pada 2021, GDP Prancis sempat naik hingga 6,8 persen.

Situs pemerintah Uni Eropa menyebut pertumbuhan ekonomi Jerman juga menurun dari 2,6 persen di 2021 menjadi 1,6 persen pada 2022. Pada 2023, ekonomi Jerman diramal tumbuh 0,6 persen.

Untuk Uni Eropa, ekonomi kawasan tersebut tumbuh 5,4 persen di 2021, namun tahun ini diramal hanya tumbuh 3,3 persen.

Meski demikian, Prancis, Jerman, bersama Uni Eropa mengaku masih akan terus memberikan bantuan finansial ke Ukraina yang tengah melawan invasi.

Untuk 2023, Uni Eropa telah menyiapkan paket pinjaman 18 miliar euro (Rp 297 triliun) ke Ukraina. Dana itu akan mengalir ke fasilitas-fasilitas publik esensial, membantu makroekonomi, dan memperbaiki infrastruktur yang dihancurkan Rusia.

 

1 euro: Rp 16.542


Target RI Ekonomi Tumbuh 5,3 Persen

Mengunjungi Sulawesi Tenggara, Jokowi meresmikan perusahaan pemurnian bijih nikel di Morowali Utara, Sulawesi Tengah.(Liputan6.com/istimewa)

Perekonomian Indonesia tetap solid di tengah ketidakpastian global dan penurunan pertumbuhan ekonomi dunia. Pada Triwulan III-2022, perekonomian Indonesia mampu mencatatkan pertumbuhan 5,72% (yoy).

Pertumbuhan tersebut didukung dengan tingginya kinerja ekspor serta berlanjutnya perbaikan permintaan domestik yang tercermin dari peningkatan konsumsi. 

Sejumlah leading indicator riil konsumsi dan investasi juga masih berada di level optimis. Demikian pula indikator sektor eksternal yang relatif terkendali, tercermin dari neraca perdagangan dan transaksi berjalan yang masih surplus, cadangan devisa yang tetap tinggi, dan rasio utang masih berada pada level yang aman.

“Dengan pertimbangan berbagai risiko global dan domestik, kami optimis dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,2% tahun 2022 dan sebesar 5,3% di tahun 2023,” ungkap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto secara virtual pada acara Bisnis Indonesia Business Challenge 2023, Kamis (15/12).

Untuk tahun 2023, Pemerintah telah menetapkan arah kebijakan pembangunan yang dituangkan dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2023 dengan tema “Peningkatan Produktivitas untuk Transformasi Ekonomi yang Inklusif dan Berkelanjutan” mulai dari percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem, peningkatan kualitas SDM di bidang kesehatan dan pendidikan, hingga pembangunan Ibu Kota Nusantara.

Pemerintah juga akan menindaklanjuti beberapa komitmen investasi yang telah dibuat untuk Indonesia sebagai hasil dari KTT G20 Bali.

Beberapa komitmen di antaranya seperti komitmen Just Energy Transition Partnership (JETP) sebesar USD20 miliar untuk energi bersih, komitmen Asia Zero Emission Community (AZEC) dengan dana sebesar USD500 juta, serta Partnership for Global Infrastructure and Investment (PGII) berupa pendanaan USD600 miliar dari Negara G7 dalam bentuk pinjaman dan hibah untuk proyek infrastruktur berkelanjutan bagi negara berkembang.


Ekonomi Global Melambat, UMKM Diprediksi Tetap Bertahan

Booth UMKM yang berada di Media Center, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang terletak di Bali International Convention Center (BICC). Foto: Humas Kemenko Marves

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan terkait tantangan ekonomi ke depan dan bagaimana mengoptimalkan potensi yang dimiliki agar mampu bertahan di tengah situasi yang menantang. 

Deputi Komisioner Pengawas Perbankan I OJK Teguh Supangkat menuturkan, banyak analis mengatakan ke depan diprediksi menghadapi suatu ketidakpastian yang antara lain ditandai dengan pertumbuhan ekonomi global yang masih mengalami perlambatan. 

"Tren perlambatan ini terjadi di tengah tingginya ketidakpastian dan ekskalasi berbagai risiko global serta beberapa faktor domestik di setiap negara yang ada," kata Teguh Supangkat dalam acara Bank BTPN Daya Fest 2022, Jumat (16/12).

Ia menyebutkan, di dalam laporan the World Economic Outlook Oktober 2022, IMF mengoreksi negatif prospek pertumbuhan ekonomi global pada 2022 sebesar 0,4 poin atau presentasi dari 3,6 persen menjadi 3,2 persen yang di antaranya disebabkan oleh beberapa hal terkait dengan perang Rusia-Ukraina dan juga beberapa masalah ekonomi lainnya.

"Tapi kalau kita lihat di sini kita harus terus positif untuk mengatasi hal ini karena dengan optimistiS dan juga positif thinking kita akan selalu bisa mengatasi hal-hal yang ada," kata dia.

 


Asia Tenggara Diprediksi Masih Cukup Kuat

Presiden Joe Biden, kiri, dan PM Kamboja Hun Sen menonton pertunjukan tarian budaya pada gala dinner KTT ASEAN, Sabtu, 12 November 2022, di Phnom Penh, Kamboja. Ia positif COVID-19 pada KTT G20 di Bali. (Foto AP/Alex Brandon, File)

Meski di dunia berada di ambang beberapa hal terkait dengan ketidakpastian ini, tetapi beberapa negara memiliki pondasi perekonomian yang baik dan terus menunjukkan tren pertumbuhan yang positif. 

Secara umum di benua Asia, terutama Asia Tenggara diprediksi masih cukup kuat menghadapi kondisi ketidakpastian pada tahun depan.

"Di Asia Tenggara melihat rata-rata pertumbuhan ekonomi di proyeksi berada di kisaran 5 persen pada 2022. Kedepannya IMF juga menyebutkan pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan sebesar 5 persen pada 2023," ujar Teguh.

Ia menambahkan, angka tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN secara keseluruhan yang diproyeksikan berada di angka 4,9 persen pada 2023.

"Refleksi dari pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin menguat pada triwulan III 2022 di mana PDB ini nasional tumbuh sebesar 5,72 persen melampaui ekspektasi pasarnya," katanya.

Pencapaian ini juga semakin memperkuat level perekonomian yang terus melaju melampaui pra pandemi yang pada kuartal II 2022, telah berada pada 5,45 persen di atas rata-rata level PDB triwulanan 2019.

Di sisi lain, sektor UMKM memiliki peran yang besar dalam perekonomian ini. UMKM adalah salah satu penggerak ekonomi negeri di mana jumlah UMKM mencapai 64,2 juta dengan share terhadap PDB mencapai 61,07 persen.

Infografis Rusia Didepak dari Dewan HAM PBB (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya