UNESCO Tetapkan Baguette Prancis Sebagai Warisan Budaya TakBenda

Franch Baguette, roti dengan bagian luarnya yang keras dan bagian tengahnya yang lembut, tetap menjadi bagian klasik dari kehidupan Prancis.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 01 Des 2022, 18:52 WIB
Baguette dalam keranjang digambarkan di sebuah toko roti, di Versailles, sebelah barat Paris, Selasa, 29 November 2022. Baguette, roti yang lembut dan memanjang dengan kerak yang renyah, adalah simbol Prancis di seluruh dunia dan telah menjadi bagian utama dari makanan Prancis setidaknya selama 100 tahun. (AP Photo/Michel Euler)

Liputan6.com, Paris - Franch Baguette, roti dengan bagian luarnya yang keras dan bagian tengahnya yang lembut, tetap menjadi bagian klasik dari kehidupan Prancis.

Lebih dari enam miliar buah roti dipanggang setiap tahun di Prancis, menurut Federasi Nasional Toko Roti Prancis, dan "status warisan budaya takbenda" badan PBB akan diberikan untuk menghormati tradisi tersebut.

"Ini merayakan seluruh budaya: ritual harian, elemen struktural dari makanan, identik dengan berbagi dan keramahtamahan," kata direktur jenderal UNESCO Audrey Azoulay, dikutip dari NST.com, Kamis (1/12/2022).

Berbicara dari Washington selama kunjungan ke Amerika Serikat, Macron memuji pengakuan UNESCO atas "pengetahuan" Prancis.

"Ini adalah sesuatu yang tak ada bandingannya," katanya.

Prancis telah kehilangan sekitar 400 toko roti artisanal per tahun sejak 1970, dari 55.000 (satu per 790 penduduk) menjadi 35.000 saat ini (satu per 2.000).

Penurunan ini disebabkan oleh penyebaran toko roti industri dan supermarket luar kota di daerah pedesaan, sementara penduduk kota semakin memilih menukar baguette ham mereka dengan burger.

Meskipun baguette tampaknya abadi dalam kehidupan Prancis, baguette baru secara resmi mendapatkan namanya kembali pada tahun 1920, ketika undang-undang baru menetapkan berat minimum (80 gram) dan panjang maksimum (40 sentimeter).

"Awalnya, baguette dianggap sebagai produk mewah. Kelas pekerja memakan roti biasa saja," kata Loic Bienassis, dari Institut Sejarah dan Budaya Pangan Eropa, yang membantu menyiapkan dokumen UNESCO.

"Kemudian konsumsi meluas, dan warga pedesaan bisa menikmati baguette pada 1960-an dan 70-an," katanya.

Sejarah Awalnya Agak Tidak Pasti

Ada yang bilang roti panjang ini sudah umum di abad ke-18.

Salah satu kisah populer adalah bahwa Napoleon memerintahkan roti itu dibuat dalam tongkat tipis yang bisa lebih mudah dibawa oleh tentara.

Tautan lain menyebut baguette ada kaitannya dengan pembangunan metro Paris pada akhir abad ke-19, dan gagasan bahwa baguette lebih mudah dirobek dan dibagikan, menghindari pertengkaran antara pekerja.

Prancis mengajukan permintaannya ke UNESCO pada awal 2021, dan baguette dipilih.

2 dari 4 halaman

Pencak Silat Masuk Daftar 10 Warisan Tak Benda Indonesia yang Ditetapkan UNESCO

Praktisi pencak silat, seni beladiri yang berasal dari Asia Tenggara, melakukan sesi latihan di Jakarta, Sabtu (14/12/2019). Badan PBB, UNESCO menetapkan pencak silat sebagai warisan budaya tak benda dalam sidang ke-14 Komite Warisan Budaya Tak Benda UNESCO di Bogota, Kolombia. (BAY ISMOYO/AFP)

Sementara itu Indonesia patut berbangga, sebab salah satu tradisi di Tanah Air kembali ditetapkan UNESCO sebagai warisan dunia.

Sidang ke-14 Komite Warisan Budaya Tak Benda UNESCO di Bogota, Kolombia, pada Kamis, 12 Desember 2019, menetapkan Pencak Silat ke dalam UNESCO Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity.

Komite Warisan Budaya Tak Benda UNESCO memandang pelestarian Tradisi Pencak Silat telah menunjukkan aspek yang mendorong penghormatan dan persaudaraan serta mendorong kohesi sosial, tidak hanya di satu wilayah, tetapi juga secara nasional bahkan di dunia internasional.

Penetapan Tradisi Pencak Silat dalam Warisan Budaya Tak Benda UNESCO merupakan bentuk pengakuan dunia internasional, terhadap arti penting tradisi seni bela diri yang dimiliki nenek moyang bangsa Indonesia. Di mana diturunkan dari generasi ke generasi dan yang masih berkembang sampai hari ini.

"Indonesia memiliki komitmen kuat untuk senantiasa menjaga kelestarian pencak silat, antara lain melalui pendidikan pencak silat yang tidak hanya fokus pada aspek olahraga dan seni bela diri, namun juga sebagai bagian dari seni dan budaya", ungkap Direktur Sosial Budaya dan Organisasi Internasional Negara Berkembang (OINB), Kama Pradipta dalam keterangan tertulisnya yang Liputan6.com terima Jumat (13/12/2019).

3 dari 4 halaman

Indonesia Punya 12 Warisan Budaya Tak Benda

Sidang ke-14 Komite Warisan Budaya Takbenda UNESCO di Bogota, Kolombia, pada Kamis, 12 Desember 2019, menetapkan Pencak Silat ke dalam UNESCO Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity. (Dokumentasi Kemlu RI)

Dengan ditetapkan Pencak Silat sebagai UNESCO Intangible Cultural Heritage, maka Indonesia memiliki 12 Warisan Budaya Tak Benda yang masuk dalam daftar UNESCO. Berikut di antaranya:

Wayang

Keris 

Batik 

Angklung 

Tari Saman 

Noken 

Tiga Genre Tari Tradisi Bali 

Kapal Pinisi 

Pelatihan Batik

Pencak Silat

Pantun

Gamelan

4 dari 4 halaman

Awal Penetapan

Sidang ke-14 Komite Warisan Budaya Takbenda UNESCO di Bogota, Kolombia, pada Kamis, 12 Desember 2019, menetapkan Pencak Silat ke dalam UNESCO Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity. (Dokumentasi Kemlu RI)

Mengutip dari Antara News, Komite Warisan Budaya Tak Benda UNESCO mengadakan sidang pada tanggal 9-14 Desember 2019 di Bogota, Kolombia dan diikuti oleh Duta Besar/Deputi Wakil Tetap RI untuk UNESCO Surya Rosa Putra, Duta Besar Indonesia untuk Kolombia Priyo Iswanto, Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya Nadjamuddin Ramly, Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno, beserta tim delegasi Indonesia lainnya.

Dalam sidang tersebut, 24 negara Anggota Komite membahas enam nominasi In Need of Urgent Safeguarding, 42 nominasi Representative List dan tiga proposal register of Good Safeguarding Practices.

Sekretariat UNESCO menggarisbawahi tentang pentingnya basis data kebudayaan serta proses inventori kekayaan budaya, termasuk pencak silat. Hal ini dapat dilaksanakan dengan kerja sama yang baik di antara semua pihak, baik pemerintah, komunitas maupun akademisi yang berkaitan dengan bela diri tradisional itu.

Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nadjamuddin Ramly mengatakan, pengusulan Pencak Silat ke UNESCO dilakukan oleh pemerintah melalui Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan. Sebelum diusulkan ke dalam daftar Intergovernmental Committee UNESCO (ICH), sebuah warisan budaya terlebih dahulu melalui tahapan Pencatatan dan Penetapan.

Pencatatan dapat diakses pada laman https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/ dan dapat dilakukan oleh semua orang dengan mengisi formulir serta mengunggah foto dan video warisan budaya yang akan dicatatkan. Warisan budaya yang telah masuk ke dalam data Pencatatan akan digunakan sebagai data usulan Penetapan.

Proses Penetapan diawali dengan usulan Dinas Kebudayaan Provinsi kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Usulan kemudian dibahas oleh tim ahli WBTB dan akan disidangkan untuk kemudian ditetapkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia. Hingga 2019 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menetapkan sebanyak 1.086 WBTB Indonesia.

Pencak silat dari berbagai provinsi telah ditetapkan menjadi WBTB Indonesia, di antaranya Penca’ dari Jawa Barat, Silek Minang dari Sumatra Barat, Silek Tigo Bulan dari Riau, Pencak Silat Bandrong dari Banten, Silat Beksi dan Silat Cingkrik dari DKI Jakarta.

Naskah Pencak Silat dengan judul The Tradition of Pencak Silat telah diterima oleh Sekretariat ICH UNESCO pada bulan Maret 2017 dengan nomor referensi IDN-01391.

Naskah yang diterima lengkap dengan formulir Persetujuan Atas Dasar Informasi di Awal Tanpa Paksaan (Padiatapa/FPIC) oleh Komunitas Pencak Silat, daftar penetapan WBTB, dokumentasi foto dan video serta kajian akademis sebagai data dukung. 

Infografis Tahap Pengajuan Kebaya Jadi Warisan Budaya Takbenda UNESCO. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya