Ukraina Sebut Vladimir Putin Berjuang untuk Hidupnya Sendiri Usai Kalah di Kherson

Seorang pejabat tinggi Ukraina menyebut Vladimir Putin kini tengah "berjuang untuk hidupnya" setelah mengalami kemunduran dan kalah dalam perang.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 24 Nov 2022, 14:01 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara bersama Pemimpin Republik Rakyat Luhansk Leonid Pasechnik (kiri), dan Pemimpin Republik Rakyat Donetsk Denis Pushilin (kanan) saat perayaan menandai penggabungan wilayah Ukraina dengan Rusia di Lapangan Merah, Moskow, Rusia, 30 September 2022. (Sergei Karpukhin, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP)

Liputan6.com, Kyiv - Seorang pejabat tinggi Ukraina menyebut Vladimir Putin kini tengah "berjuang untuk hidupnya" setelah mengalami kemunduran dan kalah dalam perang.

Presiden Rusia melancarkan invasi ke negara tetangganya sembilan bulan lalu, tetapi pasukan garis depannya telah berjuang untuk mengatasi pasukan Ukraina yang juga memberikan perlawanan kuat dalam beberapa pekan terakhir.

Dilaporkan, Rusia mengalami kerugian besar atas penarikan diri dari kota terakhir yang dikuasainya.

Dikutip dari laman Sky News, Kamis (24/11/2022), tentara Rusia dilaporkan harus mundur dari kota selatan Kherson untuk menyelamatkan tentaranya yang semakin menipis dan kesulitan menjaga jalur pasokan tetap terbuka.

Oleksiy Arestovich, penasihat Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, mengatakan bahwa pembebasan Kherson menunjukkan kemenangan semakin menjauh dari Rusia.

"Dia berjuang untuk hidupnya sekarang," kata Oleksiy Arestovich.

Pernyataan terbaru muncul setelah Presiden Zelensky menyarankan agar pemimpin Rusia memikirkan satu hal, yaitu nyawanya.

Dia berargumen bahwa kehidupan diktator bergantung pada apakah dia akan diancam oleh penduduknya.

Sebab, ia mengklaim beberapa orang yang semakin lelah dengan perang yang sedang berlangsung, yang telah menyebabkan oligarki dan tokoh-tokoh terkenal Rusia lainnya dikenai sanksi berat oleh negara lain.

"Orang ini tidak memiliki rasa takut lain selain rasa takut akan nyawanya," kata pemimpin Ukraina itu.

Tentara Rusia kini kembali ke taktik mematikannya dengan membom kota dan infrastruktur sipil Ukraina. Seperti pembangkit listrik agar bisa melumpuhkan Kiev.

2 dari 4 halaman

Uni Eropa: Rusia Adalah Negara Sponsor Terorisme

Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan pidatonya pada konser perayaan delapan tahun referendum tentang status negara bagian Krimea dan Sevastopol serta penyatuannya kembali dengan Rusia, di Moskow, Rusia (18/3/2022). (Ramil Sitdikov/Sputnik Pool Photo via AP)

Federasi Rusia kini telah ditetapkan sebagai negara sponsor terorisme oleh Uni Eropa. Ini akibat serangan militer Rusia terhadap Ukraina. 

Berdasarkan laporan VOA Indonesia, Kamis (24/11/2022), langkah ini lebih bersifat simbolis karena Uni Eropa tidak memliki kerangka hukum untuk mendukungnya. Pada saat yang sama, blok itu memberlakukan sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Rusia, atas invasinya ke Ukraina.

Rusia menanggapi keputusan Parlemen Eropa itu dengan penuh kemarahan. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menulis di Telegram, “saya mengusulkan menunjuk Parlemen Eropa sebagai sponsor kebodohan.”

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy telah mendesak Amerika dan negara-negara lain untuk menyatakan Rusia sebagai negara sponsor terorisme, menuduh pasukannya menarget warga sipil. Hal ini telah berulangkali dibantah Rusia.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken sejauh ini menolak menyatakan Rusia sebagai negara sponsor terorisme meskipun resolusi di kedua majelis di Kongres telah mendesaknya untuk mengambi langkah ini.

Departemen Luar Negeri Amerika sebelumnya telah menyebut empat negara – yaitu Kuba, Korea Utara, Iran dan Suriah – sebagai negara-negara sponsor terorisme, yang berarti mereka dapat dijatuhi pembatasan keuangan dan dikenai larangan ekspor pertahanan.

Menurut European Parliamentary Research Service, di Uni Eropa, sejauh ini ada empat parlemen negara yang telah menyatakan Rusia sebagai negara sponsor terorisme, yaitu Lithuania, Latvia, Estonia dan Polandia.

3 dari 4 halaman

Bangsal Bersalin Ukraina Diserang Roket Rusia

Seorang rekrutan menembakkan senapan mesin saat pelatihan militer di lapangan tembak di wilayah Krasnodar, Rusia, 21 Oktober 2022. Presiden Rusia Vladimir Putin beberapa waktu lalu mengumumkan mobilisasi militer parsial. Akan ada 300.000 tentara cadangan dikirim berperang ke Ukraina. (AP Photo)

Seorang bayi yang baru lahir tewas setelah serangan Rusia yang menghantam bangsal bersalin di wilayah Zaporizhzhia selatan, Ukraina.

Wilayah ini merupakan area yang diklaim Moskow lewat aturan aneksasinya, kata layanan darurat Ukraina, dikutip dari laman Straits Times, Rabu (23/11). 

Serangan roket di wilayah yang terdapat rumah sakit setempat ini berisi gedung bangsal berlantai dua.

Mereka menambahkan bahwa ada "seorang wanita yang sedang melahirkan dengan bayi yang baru lahir, serta seorang dokter" di dalam gedung tersebut.

"Akibat penyerangan, seorang bayi yang lahir pada tahun 2022 meninggal, wanita dan dokter tersebut berhasil diselamatkan dari reruntuhan,” kata tim penyelamat, menambahkan bahwa menurut informasi awal, tidak ada orang lain yang terperangkap di bawah reruntuhan.

Layanan darurat mengunggah video penyelamat yang bekerja untuk membebaskan seorang pria di reruntuhan bangsal bersalin yang tampaknya hancur.

Presiden Volodymyr Zelensky pada hari Rabu menuduh Rusia membawa "teror dan pembunuhan" ke Ukraina setelah serangan tersebut.

4 dari 4 halaman

Sekjen NATO: Membela Ukraina Sama dengan Mempertahankan Demokrasi

Presiden Rusia, Vladimir Putin memberi isyarat selama upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022, di Stadion Nasional, yang dikenal sebagai Stadion Bird's Nest, di Beijing, pada 4 Februari 2022. (AFP/Wang Zhao)

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg meminta anggota NATO meningkatkan dukungan militer ke Ukraina. Hal tersebut, kata Stoltenberg, untuk memastikan hasil terbaik bagi negara itu sebagai "negara yang berdaulat, independen, dan demokratis di Eropa."

“Kita perlu menyadari bahwa perang ini kemungkinan besar akan berakhir pada tahap tertentu – di meja perundingan. Tetapi kita juga tahu bahwa hasil dari negosiasi itu sepenuhnya bergantung pada kekuatan di medan perang,” kata Stoltenberg, pada Senin (21/11), dalam pertemuan Majelis Parlemen NATO di Madrid. Aliansi ini, imbuhnya, harus menginvestasikan lebih banyak uang untuk membela Ukraina.

Ia mencatat bahwa membela Ukraina adalah mempertahankan demokrasi. “Jika kita membiarkan Presiden Rusia Vladimir Putin menang, kita semua harus menanggung risiko yang jauh lebih tinggi. Rezim otoriter di seluruh dunia akan belajar bahwa mereka bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan dengan kekerasan.”

Stoltenberg menambahkan bahwa pada akhir tahun, NATO akan mengeluarkan lebih dari $350 miliar ekstra untuk sektor pertahanan sejak 2014, dikutip dari VOA Indonesia.

NATO, katanya, harus meningkatkan infrastruktur militer di Eropa dan menuntaskan proses masuknya Finlandia dan Swedia ke dalam aliansi itu.

Stoltenberg memuji kemajuan militer Ukraina melawan Rusia. Tetapi, ia memperingatkan bahwa adalah kesalahan jika sejumlah pihak saat ini mulai meremehkan kekuatan militer Federasi Rusia.

Infografis Reaksi Global terhadap Serbuan Rusia ke Ukraina. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya