Kata Pakar Unair soal Paham Apokaliptik di Balik Kematian Satu Keluarga di Kalideres

Prawitra menyebut, pemahaman ini muncul akibat kesalahpahaman ajaran spiritual yang berakibat fatal pada keyakinan proses kematian.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 24 Nov 2022, 19:03 WIB
Penyidik dari Polsek Kalideres bersama tim yang mengenakan baju Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri datang ke lokasi rumah tempat penemuan empat jenazah satu keluarga di Kalideres, Jakarta Barat,Rabu (16/11/2022). Hingga sampai saat ini Polisi belum mengungkapkan penyebab kematian korban melainkan berdasarkan hasil pemeriksaan, tidak ditemukan tanda kekerasan dan ditemukan fakta keempat jasad itu sudah lama tidak mendapat asuman makanan maupun minuman. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Surabaya - Koordinator Prodi S2 Kajian Ilmu Kepolisian Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Prawitra Thalib angkat bicara terkait dugaan pengaruh paham apokaliptik terhadap kematian satu keluarga di Perumahan Citra Garden Satu Extension Kalideres Jakarta.

"Paham apokaliptik ada di berbagai negara, baik dari golongan berpendidikan maupun tidak. Intinya, mereka berdedikasi untuk melakukan tindakan mengakhiri hidup," ujarnya, Rabu (23/11/2022).

Prawitra menyebut, pemahaman ini muncul akibat kesalahpahaman ajaran spiritual yang berakibat fatal pada keyakinan proses kematian.

"Seseorang perlu waspada jika ada pemahaman yang mengajarkan mengakhiri hidup sebagai cara untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta," ucapnya.

Menurut Prawitra, lazimnya dalam kebanyakan pengikut sekte proses kematian tidak dilakukan secara sembarangan. Dalam kasus Kalideres ini, pihak kepolisian juga perlu melihat adanya hubungan keluarga dengan jaringan komunitas pengikut sekte lainnya, atau memang keluarga tersebut yang memulai menciptakan sekte baru. Sehingga dapat ditemukan dengan jelas penyebab kematian yang diduga kuat pengikut apokaliptik.

“Dengan adanya bukti baru, bahwa ditemukannya berbagai buku bacaan berbagai agama bisa menjadi fase dimana mereka sedang mencari tahu dengan berikhtiar lewat membaca buku tersebut dan mereka tidak menemukan agama yang sempurna. Keputusasaan tersebut bisa mempengaruhi kuat mereka untuk menganut apokaliptik,” tutur Prawitra.

Kasus ini juga menimbulkan banyak tanda tanya karena tidak ditemukan tanda kejahatan, kekerasan, perusakan barang, ataupun kehilangan barang. Sehingga belum ada alasan kuat yang mengarah ke dugaan pembunuhan.

"Perlu penyelidikan yang kuat untuk mengetahui akar dari kematian satu keluarga di Kalideres tersebut," ujar Prawitra.

2 dari 2 halaman

Pencegahan

Polisi menggelar olah TKP kasus sekeluarga tewas di Kalideres, Jakarta Barat. (Merdeka.com)

Menurut Prawitra, agar seseorang terhindar dari pemahaman yang menyimpang diperlukan penanaman keyakinan bahwa ajaran agama yang baik pasti tidak mengajarkan untuk menyakiti dan atau menghilangkan nyawa diri sendiri atau orang lain.

“Jika menemukan hal tersebut dalam sebuah ajaran agama, maka kita harus meninggalkan hal tersebut karena berpotensi mengandung pemahaman ekstrimisme dan radikalisme,” ucap Prawitra.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya