Alasan BSI Rights Issue Jumbo hingga Rp 5 Triliun

Alih-alih untuk pengembangan infrastruktur digital, BSI berencana alokasikan dana hasil rights issue untuk penyaluran pembiayaan dalam mendukung pertumbuhan bisnis perseroan.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 25 Agu 2022, 20:52 WIB
Pekerja melayani nasabah di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). Dirut BSI Hery Gunardi menjelaskan bahwa integrasi tiga bank syariah BUMN yakni Bank BRI Syariah, BNI Syariah, dan Bank Syariah Mandiri telah dilaksanakan sejak Maret 2020. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau BSI berencana gelar penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue. Dalam aksi tersebut, perseroan akan menerbitkan maksimal 6 miliar saham seri B dengan nilai nominal Rp 500 per saham atau maksimum senilai Rp 5 triliun.

Alih-alih untuk pengembangan infrastruktur digital, BSI berencana alokasikan dana hasil rights issue untuk penyaluran pembiayaan dalam mendukung pertumbuhan bisnis perseroan. Direktur Finance & Strategy BSI Ade Cahyo Nugroho mengatakan, rencana itu sejalan dengan pertumbuhan pembiayaan perseroan yang terus meningkat.

"Sampai dengan Juni 2022, pertumbuhan pembiayaan sangat positif. Hampir 19 persen. Bahkan di Juli sudah lebih dari 20 persen. Pertumbuhan ini harus disupport dengan permodalan yang memadai," kata dia dalam paparan kinerja perseroan, Kamis (25/8/2022).

Pembiayaan BSI secara keseluruhan tercatat sebesar Rp 191,29 triliun per Juni 2022, tumbuh 18,55 persen yoy. Segmen pembiayaan terbesar yang menyokong capaian tersebut di antaranya pembiayaan mikro yang tumbuh 31,13 persen, pembiayaan konsumer tumbuh 21,66 persen, pembiayaan wholesale tumbuh 20,34 persen, pembiayaan kartu tumbuh 22,87 persen dan gadai emas tumbuh 20,07 persen.

"Kami menyadari bahwa merger kemarin tidak terjadi penambahan modal sama sekali, sehingga kita lihat ini momentum yang tepat untuk melakukan penambahan modal,” imbuh Cahyo.

Dengan pelaksanaan rights issue tersebut, perseroan akan memiliki kecukupan modal yang baik dengan CAR lebih dari 20 persen dan penambahan profitability yang optimal bagi pemegang saham dengan proyeksi dan return on equity (ROE) lebih dari 20 persen.

Untuk melaksanakan aksi korporasi ini, Bank Syariah Indonesia akan meminta persetujuan pemegang saham melalui RUPS pada 23 September 2022.

 

2 dari 5 halaman

Rights Issue, Bank Syariah Indonesia Terbitkan 6 Miliar Saham

Aktivitas pekerja di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) resmi beroperasi dengan nama baru mulai 1 Februari 2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) akan menambah modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue.

Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (16/8/2022), PT Bank Syariah Indonesia Tbk menerbitkan maksimal 6 miliar saham seri B dengan nilai nominal Rp 500 per saham. Perseroan akan memakai dana hasil rights issue untuk penyaluran pembiayaan dalam mendukung pertumbuhan bisnis perseroan. PT Bank Syariah Indonesia Tbk mengharapkan proses rights issue selesai pada kuartal IV 2022.

Adapun bagi pemegang saham yang tidak melaksanakan HMETD-nya, persentase kepemilikannya atas perseroan akan terdilusi hingga sebanyak-banyaknya 12,73 persen.

Untuk melaksanakan aksi korporasi ini, Bank Syariah Indonesia akan meminta persetujuan pemegang saham pada 23 September 2022.

Dengan pelaksanaan rights issue tersebut, perseroan akan memiliki kecukupan modal yang baik dengan CAR lebih dari 20 persen dan penambahan profitability yang optimal bagi pemegang saham dengan proyeksi dan return on equity (ROE) lebih dari 20 persen.

Aset Perseroan saat ini berada di peringkat tujuh secara nasional sekaligus menjadi bank syariah terbesar di Indonesia.

Seluruh indikator keuangan Perseroan memiliki kinerja yang cukup optimal. Perseroan memiliki visi untuk menjadi top 10 Global Sharia Bank dengan aspirasi aset Rp500 triliun pada 2025 dengan Return On Equity (ROE)  lebih dari 18 persen.

Untuk mencapai aspirasi visi tersebut, Perseroan melakukan ekspansi pertumbuhan baik secara organik maupun anorganik. Perseroan memproyeksikan pertumbuhan pembiayaan dengan Compound Annual Growth Rate (CAGR)  lebih dari 15 persen hingga 2025.

3 dari 5 halaman

CAR Perseroan

Nasabah menunggu di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) resmi beroperasi dengan nama baru mulai 1 Februari 2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Dengan pelaksanaan rights issue tersebut, perseroan akan memiliki kecukupan modal yang baik dengan CAR lebih dari 20 persen dan penambahan profitability yang optimal bagi pemegang saham dengan proyeksi dan return on equity (ROE) lebih dari 20 persen.

Aset Perseroan saat ini berada di peringkat tujuh secara nasional sekaligus menjadi bank syariah terbesar di Indonesia.

Seluruh indikator keuangan Perseroan memiliki kinerja yang cukup optimal. Perseroan memiliki visi untuk menjadi top 10 Global Sharia Bank dengan aspirasi aset Rp500 triliun pada 2025 dengan Return On Equity (ROE)  lebih dari 18 persen.

Untuk mencapai aspirasi visi tersebut, Perseroan melakukan ekspansi pertumbuhan baik secara organik maupun anorganik. Perseroan memproyeksikan pertumbuhan pembiayaan dengan Compound Annual Growth Rate (CAGR)  lebih dari 15 persen hingga 2025.

 

4 dari 5 halaman

Kinerja Semester I 2022

Konferensi pers PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS), Kamis (25/8/2022) (Foto: tangkapan layar/Pipit I.R)

Sebelumnya, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau BSI berhasil mencatatkan pertumbuhan kinerja yang signifikan sepanjang paruh pertama tahun ini.

Pada periode tersebut, perseroan berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 2,13 triliun, tumbuh 41,31 persen year on year (yoy). Direktur Utama BSI, Hery Gunardi mengatakan, kinerja BSI yang solid pada pertengahan tahun ini dipengaruhi oleh kemampuan perseroan menjaga keseimbangan seluruh rasio keuangan, sehingga bertumbuh sehat dan intermediasi yang terus membaik.

"BSI semakin optimistis bahwa dengan dukungan berbagai pihak kepada BSI akan semakin memperkokoh kinerja perseroan sehingga pada akhir tahun nanti capaian perseroan akan dapat memenuhi target yang diharapkan,” kata Hery dalam keterangan resmi, Kamis (25/8/2022).

Kinerja positif BSI pada semester I 2022 juga didukung oleh kepercayaan masyarakat melalui penempatan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mencapai Rp 244,66 triliun, tumbuh 13,07 persen dengan proporsi DPK didominasi oleh tabungan wadiah, giro dan deposito.

Tabungan wadiah menjadi salah satu produk yang diminati masyarakat karena bebas biaya administrasi bulanan dengan fasilitas e-banking yang modern dan mudah diakses, sedangkan dari sisi bank menjadi salah satu strategi untuk meningkatkan efisiensi bagi hasil. Dari sisi pembiayaan BSI secara keseluruhan pada semester I 022 tercatat sebesar Rp 191,29 triliun atau tumbuh 18,55 persen yoy.

Segmen pembiayaan terbesar yang menyokong capaian tersebut di antaranya pembiayaan mikro dengan pertumbuhan 31,13 persen, pembiayaan konsumer tumbuh 21,66 persen, pembiayaan wholesale tumbuh 20,34 persen, pembiayaan kartu tumbuh 22,87 persen dan gadai emas tumbuh 20,07 persen.

Raihan ini juga didukung NPF Nett sebesar 0,74 persen. Adapun cash coverage BSI meningkat signifikan menjadi 157,93 persen.

5 dari 5 halaman

CAR Perseroan

Nasabah menunggu di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). Dirut BSI Hery Gunardi menjelaskan bahwa integrasi tiga bank syariah BUMN yakni Bank BRI Syariah, BNI Syariah, dan Bank Syariah Mandiri telah dilaksanakan sejak Maret 2020. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sejalan dengan itu, aset perseroan naik 12,46 persen yoy menjadi Rp 277,34 triliun per Juni 2022. Selain itu, BSI juga terus meningkatkan efektifitas dan efisiensi biaya dengan membaiknya biaya operasional (BOPO) menjadi 74,50 persen.

"Ke depannya, BSI akan fokus pada investasi berkelanjutan serta pengembangan islamic ecosystem sesuai dengan semangat ekonomi hijau berlandaskan ESG (Environmental, Social, and Governance) yang saat ini sedang diperkuat oleh pemerintah dan mengoptimalkan pemanfaatan teknologi digital sejalan semangat transformasi di tubuh BSI,” lanjut Hery.

BSI mencatat pembiayaan terkait ESG terus mengalami peningkatan dan ke depannya akan diakselerasi sehingga perseroan mampu menghadirkan value yang lebih baik kepada para stakeholder. Per Juni 2022, pembiayaan keuangan berkelanjutan BSI mencapai Rp 50,05 triliun atau 26 persen dari total pembiayaan BSI. 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya