Jokowi Targetkan Inflasi 3 Persen di 2023, Apa Bisa?

Presiden Joko Widodo (Jokowi) membeberkan sejumlah target untuk tahun depan. Ekonom mengatakan, salah satu target yang menarik untuk diurai yakni terkait inflasi.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 16 Agu 2022, 18:00 WIB
Ada banyak warna yang bisa dipilih namun RI-1 jatuh hati pada hijau. “Dan warna hijau dipilih karena mengandung filosofi kesejukan, harapan, dan pertumbuhan,” ia beralasan. Penampilan Jokowi diapresiasi warganet. “The best banget Pak, OOTD-nya,” cuit akun @nie**** di kolom komentar. “Suka bgt sama semua motif tradisional di Indonesia. Banyak nilai nilai luhur yg bisa dipelajari. Pesan-pesan dari pendahulu untuk anak cucunya,” @alo**** menambahkan. Setuju! (Foto: Dok. Instagram @jokowi)

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) membeberkan sejumlah target untuk tahun depan. Ekonom mengatakan, salah satu target yang menarik untuk diurai yakni terkait inflasi.

Inflasi akan tetap dijaga pada kisaran 3,3 persen. Kebijakan APBN akan tetap diarahkan untuk mengantisipasi tekanan inflasi dari eksternal, terutama inflasi energi dan pangan,” ungkap Jokowi dalam pidato Nota Keuangan RAPBN 2023, Selasa (16/8/2022).

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan risiko inflasi tetap tinggi pada tahun depan. Perkiraan itu merujuk pada situasi geopolitik global yang masih memanas. Di saat bersamaan, terjadi gangguan logistik yang berimbas pada kenaikan harga sejumlah komoditas.

“Apabila ketidakpastian geopolitik baik dari Rusia-Ukraina dan China-Taiwan masih memanas. Sehingga masih akan mendorong potensi kenaikan harga energi dan pangan global serta berlanjutnya gangguan rantai pasokan global,” kata Josua kepada Liputan6.com.

Senada, Ekonom CORE Indonesia, Piter Abdullah menilai tekanan inflasi global, khususnya dari energi diperkirakan masih besar pada tahun depan. Dengan asumsi, keteganagn geopolitic utamanya dari Rusia—Ukraina belum akan mereda.

“Saya kira itu masih akan menjadi faktor penentu di tahun depan,” kata dia kepada Liputan6.com.

 

2 dari 3 halaman

Beban APBN Dikurangi

Ilustrasi APBN

Di sisi lain, Piter mengatakan, apabila pemerintah bertekad menjaga inflasi di kisaran 3 persen, tidak mungkin dilakukan melalui beban APBN yang ditekan seminimal mungkin.

Untuk tahun ini, subsidi energi dialokasikan sebesar Rp 502 triliun. Sementara subsidi energi tahun depan dipangkas menjadi Rp 210 triliun.

“Dengan begitu, bisa diasumsikan pemerintah sudah mempertimbangkan menaikkan harga BBM pada tahun ini. Yang artinya lonjakan inflasi direncanakan terjadi hanya pada tahun ini,” imbuh Piter.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 3 halaman

Tekan Inflasi di Level 3 Persen, Jokowi Utamakan Sektor Energi dan Pangan

Presiden Joko Widodo menyampaikan pidatonya dalam Sidang Paripurna di Gedung DPR, Jakarta, Jumat (16/8/2019). Nantinya DPR akan membahas RAPBN 2020 untuk selanjutnya disahkan menjadi UU. (Liputan6.com/JohanTallo)

Presiden Joko Widodo atau Jokowi dalam penyampaian Nota Keuangan menegaskan pemerintah akan menjaga tingkat inflasi di level 3,3 persen. Terutama sektor energi dan pangan.

Jokowi menyebut, bantalan menjaga inflasi ini akan bertumpu pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

"Inflasi akan tetap dijaga pada kisaran 3,3 persen. Kebijakan APBN akan tetap diarahkan untuk mengantisipasi tekanan inflasi dari eksternal, terutama inflasi energi dan pangan," kata dia dalam Pidato Kenegaraan atas RUU APBN 2023, Selasa (16/8/2022).

Jokowi menyebt, anga inflasi di level ini membuktikan adanya pemulihan permintaan di masyarakat. Artinya, pertumbuhan ekonomi nasional tetap bisa dijaga.

"Asumsi inflasi pada level ini juga menggambarkan keberlanjutan pemulihansisi permintaan, terutama akibat perbaikan daya beli masyarakat," ungkapnya.

Di sisi lain, rata-rata nilai tukar Rupiah diperkirakan bergerak di sekitar Rp14.750 per US Dollar. Kemudian, rata-rata suku bunga Surat Utang Negara 10 tahun diprediksi pada level 7,85 persen.

"Selanjutnya, harga minyak mentah Indonesia (ICP) diperkirakan akan berkisar pada 90 US Dollar per barel. Di sisi lain, lifting minyak dan gas bumi diperkirakan masing-masing mencapai 660 ribu barel per hari dan 1,05 juta barel setara minyak per hari," bebernya.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya