BPOM Usulkan Vaksin Merah Putih Ganti Nama untuk Ekspor

Penny memastikan, BPOM akan terus mendampingi proses pengembangan Vaksin Merah Putih Unair.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 28 Jun 2022, 15:00 WIB
Kepala BPOM Penny K Lukito menyampaikan keterangan terkait vaksin COVID-19 di Gedung BPOM, Jakarta, Kamis (19/11/2020). Penny mengatakan Emergency Use of Authorization (EUA) vaksin COVID-19 Sinovac diharapkan bisa keluar pada minggu ketiga/keempat Januari 2021. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Surabaya - Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny Kusumastuti Lukito berharap, uji klinis fase tiga vaksin Merah Putih Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, berjalan lancar dan hasilnya bisa segera diperoleh.

Penny memastikan, BPOM akan terus mendampingi proses pengembangan Vaksin Merah Putih Unair. Dia juga berharap Vaksin Merah Putih Unair nantinya bisa didaftarkan ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sehingga bisa diekspor.

"Harapan kami vaksin ini didaftarkan ke WHO dan ke depan tidak hanya menjadi alternatif pilihan dalam negeri, tapi juga menjadi produk ekspor," ujarnya di acara Kick Off Uji Klinik Fase 3 Vaksin Merah Putih di Kampus A Unair, Surabaya, Senin (27/6/2022).

Penny mengungkapkan, jika nantinya vaksin Merah Putih Unair bisa didaftarkan ke WHO dan diekspor, bukan tidak mungkin namanya akan diganti menjadi lebih universal.

Penny siap memintakan nama kepada Presiden Joko Widodo jika nantinya vaksin Merah Putih Unair bisa diekspor. Dia kembali meminta agar hasil dari uji klinis fase tiga vaksin Merah Putih segera didapatkan, agar bisa segera diproduksi massal.

"Nanti mungkin dengan nama yang kita mintakan kepada Bapak Presiden, dengan nama yang universal kalau nanti benar-benar diekspor," ucapnya.

2 dari 2 halaman

Kebanggaan Bangsa

Penny mengatakan, keberhasilan pengembangan vaksin Merah Putih Unair menjadi kebanggaan bangsa. Mengingat vaksin Merah Putih Unair merupakan vaksin pertama karya anak bangsa, yang betul-betul dimulai dari awal di dalam negeri.

"Jadi dari benih vaksinnya ya virusnya dari Indonesia, dari pasien kita di Indonesia. Jadi betul-betul membanggakan," ujarnya.

 

Infografis yang menyebut bahwa delirium merupakan gejala baru dari COVID-19, penyakit yang disebabkan Virus Corona SARS-CoV-2, tersebar di media sosial dan grup WhatsApp. (Sumber: Istimewa)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya