Kampung Batik Tin Gundih Surabaya Banjir Order Seragam Pegawai

Konsep yang diusung Kampung Ceria adalah kegotong-royongan dan swadaya masyarakat. Bagaimana masyarakat bergotong-royong dalam menciptakan lingkungan yang nyaman dan sehat bagi seluruh warga, tidak terkecuali anak-anak.

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Jun 2022, 08:00 WIB
PT Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya menggelar peragaan busana berbahan batik dan mencanting batik pada Hari Batik Nasional. (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Surabaya - Produk batik dengan berbagai motif yang dikerjakan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) di Kampung Ceria dan Batik Tin Gundih di Jalan Sumber Mulyo IV, Gundih, Bubutan, Kota Surabaya, Jatim, menerima banyak pesanan.

"Sekarang ini pesanan senilai Rp23 juta. Kami juga kerja sama dengan hotel untuk seragam pegawai pesan di kami. Ke depan kami berharap batik ini bisa dipamerkan di tempat-tempat yang lebih menjangkau kelas atas," kata Camat Bubutan Kota Surabaya Kartika Indrayana di Surabaya, dilansir dari Antara, Minggu (25/6/2022).

Kartika mengatakan Kampung Ceria dan Batik Tin Gundih merupakan wujud keberhasilan program cangkruan yang digagas Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi. Berawal dari diskusi bersama saat cangkruan, akhirnya terbentuk dua konsep kampung tersebut.

"Saat cangkrukan itu, kami diskusi dengan Bu Lurah, Pak RW dan warga untuk membentuk kampung seperti ini," kata Kartika.

Menurut dia, konsep yang diusung Kampung Ceria adalah kegotong-royongan dan swadaya masyarakat. Bagaimana masyarakat bergotong-royong dalam menciptakan lingkungan yang nyaman dan sehat bagi seluruh warga, tidak terkecuali anak-anak.

"Kami melestarikan permainan tradisional anak. Ada juga tanaman toga, musik dan batik utamanya," ujar dia.

Dia menjelaskan Kampung Batik Tin Gundih telah menjadi ikon baru batik di RW IV Kelurahan Gundih. Maskot Batik Tin Gundih yang diusung berawal dari penanaman Pohon Tin atau Ara yang dilakukan warga setelah diskusi bersama dalam program cangkrukan pada November 2021.

"Jadi, diawali sekitar November kami cangkrukan, lalu dilakukan penanaman Pohon Tin atau Ara bersama warga dan komunitas. Kemudian dijadikan maskot untuk Batik Tin. Makanya kami memberikan brand Kampung Batik Tin Gundih," kata dia.

Sekarang ini, lanjut dia, ada 25 warga yang terlibat dalam produksi pembuatan Batik Tin Gundih. Mereka terdiri atas 16 MBR dan 9 warga non-MBR. Sebelumnya mereka juga telah mendapatkan sejumlah pelatihan keterampilan membatik dari Kelurahan Gundih.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan. 

 

2 dari 2 halaman

Pesan Wali Kota

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi sebelumnya mengatakan saat menggagas program cangkrukan pada tahun 2021, pihaknya meminta kepada camat dan lurah agar dapat menghidupkan wilayah masing-masing. Segala persoalan pun dirembuk saat cangkrukan, tak terkecuali konsep pengembangan kampung.

Eri mengaku bangga ketika melihat penataan Kampung Ceria dan Batik Tin Gundih di RW IV Kelurahan Gundih yang membuat nyaman masyarakatnya. Bahkan, di kampung itu ada gazebo untuk cangkrukan yang dilengkapi sejumlah fasilitas permainan tradisional anak.

"Ini yang membuat saya bangga. Anak-anak di Surabaya sebagai penerus bangsa harus bisa bersosialisasi, bertemu satu dengan lainnya untuk berkomunikasi. Tapi, kalau kebiasaan bermain gadget, itu orang akan menjadi individualistis dan kapitalis," kata dia.

Infografis motif-motif batik (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya