Begini Gambaran Target Produksi Pangan di 2023

Target produksi pangan tersebut meliputi pangan padi, jagung, kedelai, bawang merah dan lainnya.

oleh Arief Rahman Hakim diperbarui 02 Jun 2022, 13:50 WIB
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo saat RDP dengan Komisi IV DPR, Kamis (2/6/2022).

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pertanian (Kementan) menetapkan target produksi pangan atau komoditi utama nasional untuk tahun 2023. Target tersebut meliputi pangan padi, jagung, kedelai, bawang merah dan lainnya.

Ini diungkapkan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo saat RDP dengan Komisi IV DPR, Kamis (2/6/2022).

Mentan menuturkan jika pertumbuhan sektor pertanian pada 2023 ditargetkan sebesar 4 persen - 4,2 persen.

"Selain bertumpu pada berbagai program atau kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya dan sebagai kelanjutan program atau kegiatan tahun 2022," jelas Mentan. 

Adapun target produksi komoditi yaitu:

  • Padi sebesar 55,39 juta ton
  • Jagung 23,2 juta ton
  • Kedelai 0,55 juta ton
  • Bawang merah 1,71 juta ton
  • Cabai 2,93 juta ton
  • Tebu 37,15 juta ton atau setara gula Kristal Putih (GKP) 2,6 juta ton
  • Daging sapi atau kerbau 0,46 juta ton
  • kelapa 2,99 juta ton
  • Kopi 819,95 ribu ton
  • Kakao 782,01 ribu ton

Dia menuturkan jika pihaknya akan melaksanakan program K3 yaitu peningkatan ketersediaan akses dan kualitas konsumsi pangan dan program prioritas 6 yaitu meningkatkan nilai tambah lapangan kerja dan investasi sektor riil dan industrialisasi.

Ini dalam rangka mengimplementasikan rencana Program pada tahun 2023 dan tetap fokus untuk menyediakan pangan utamanya bagi 273 juta penduduk Indonesia.Serta meningkatkan nilai tambah dan daya saing produksi pertanian yang berorientasi ekspor.

Untuk mewujudkan upaya tersebut telah dirancang kegiatan utama yang meliputi, menjaga keberlanjutan peningkatan produksi komoditas pertanian.

Kemudian penyediaan benih dan bibit. Serta pengembangan diversifikasi pangan lokal dan penguatan rantai pasok dan logistik pangan.

Selain itu, penguatan dan korporasi petani terhadap pengembangan Smart farming dan digitalisasi pertanian dan peningkatan nilai tambah daya saing dan ekspor pertanian untuk menyukseskan pelaksanaan kegiatan utama 2023.

"Tumpuan pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh rektorat Jenderal teknis yang membidangi tanaman pangan hortikultura perkebunan dan peternakan dan Jenderal lainnya," jelas Syahrul.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

Wilayah Indonesia yang Sudah Masuk Musim Kemarau

Ilustrasi - Sawah di musim kemarau. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menyebutkan beberapa daerah sudah memasuki musim kemarau. Pihaknya mempersiapkan kegiatan antisipasi menghadapi fenomena perubahan iklim.

"Berdasarkan laporan BMKG terbaru sebanyak 24,56 persen wilayah Indonesia sudah masuk musim kemarau," kata Mentan saat RDP dengan Komisi IV DPR, Kamis (2/6/2022).

Dia merinci, wilayah yang mengalami musim kemarau meliputi Aceh bagian utara dan timur pesisir Utara Banten pesisir utara Jawa Barat.

Kemudian sebagian Jawa Tengah, sebagian Jawa timur sebagian Bali, sebagian besar NTB dan sebagian besar NTT.

Selain itu, sebagian Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat bagian Timur, Sulawesi tengah bagian barat termasuk Sulawesi Utara bagian Selatan dan Papua Barat bagian utara.

Mentan menuturkan jika musim kemarau menjadi perhatian Kementarian pertanian mengambil beberapa langkah mengantisipasi dampak perubahan iklim hingga akhir tahun. Serta upaya mengamankan produksi pangan.

"Kementerian Pertanian telah mempersiapkan kegiatan adaptif adaptasi dan mitigasi kegiatan adaptasi," jelas dia.

 

3 dari 3 halaman

Langkah Mitigasi

Petani memanen padi dari Sawah Abadi di kawasan Ujung Menteng, Jakarta, Rabu (23/2/2022). Padi hasil panen tersebut tidak dijadikan beras, tapi dijadikan benih untuk dibagikan kepada kelompok tani yang ada di wilayah Jakarta. (merdeka.com/Imam Buhori)

Langkah dimaksud meliputi, pertama adalah perkembangan sumber air alternatif atau embun dan Parit dan lain-lain.

Kedua, pengembangan irigasi hemat air. Ketiga, pemanfaatan asuransi serta keempat memperbanyak beli secara masif terutama varietas toleran kekeringan dan kebanjiran.

Kelima, pengembangan unit pengolahan pupuk organik atau pupuk. Dan keenam diversifikasi pangan lokal secara bersamaan.

"Juga telah disiapkan kegiatan mitigasi yang terdiri dari satu pengembangan kawasan perkebunan dalam rangka mengurangi pemanasan global, yang kedua rehabilitasi lahan kritis melalui penanaman pohon buah-buahan dan tanaman perkebunan yang ketiga mengurangi food losses dan yang melaksanakan bimbingan teknis atau bintek adaptasi dan mitigasi," tegas Mentan.

 

 

 

Infografis Kemarau Panjang, Indonesia Terancam Kekeringan. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya