Survei Indikator: Masih Ada 32,2 Persen Masyarakat Tidak Setuju Vaksinasi Booster

Mayoritas masyarakat setuju dengan program vaksinasi Covid-19 dosis ketiga atau booster. Namun jumlah masyarakat yang tidak setuju juga masih tinggi, yakni 32,2 persen, berdasarkan survei Indikator Politik Indonesia.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 20 Feb 2022, 16:02 WIB
Tenaga kesehatan memeriksa kesehatan warga calon penerima vaksin COVID-19 dosis ketiga di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati, Jakarta, Rabu (12/1/2022). Pemerintah memulai program vaksinasi lanjutan (booster) COVID-19 secara gratis kepada masyarakat umum. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Lembaga survei Indikator Politik Indonesia menyampaikan bahwa masih banyak masyarakat yang tidak setuju dengan vaksinasi Covid-19 dosis ketiga atau booster di tengah lonjakan virus corona akibat varian Omicron.

Kendati, jumlah responden survei Indikator Politik Indonesia yang setuju dengan program vaksinasi booster lebih tinggi.

"Mayoritas setuju/sangat setuju dengan rencana pemberian vaksin ke-3 sebagai booster, 61,5 persen," ujar Peneliti Senior Indikator Politik Indonesia Rizka Halida dalam siaran virtual, Minggu (20/2/2022).

Adapun angka itu merupakan gabungan dari 50,7 persen responden yang setuju dan 10,8 persen sangat setuju. Sedangkan, 25,8 persen responden mengaku tidak setuju dengan vaksinasi booster.

Kemudian, 6,4 persen responden menyatakan sangat tidak setuju dengan kebijakan pemberian vaksin booster. Jika dijumlah, maka total ada 32,2 persen responden yang tak setuju dengan vaksinasi penguat tersebut.

Berdasarkan data sosio demografi, responden survei Indikator yang tak setuju dengan vaksinasi  booster ini kebanyakan adalah buruh kasar, sopir/ojek, keamanan, pedagang warung/Pedagang Kaki Lima (PKL), hingga pengangguran dengan jumlah 40,8 persen.

Kendati, jumlah kategori yang sama yang menyatakan setuju lebih banyak yakni, 57,4 persen. "Mayoritas setuju/sangat setuju di hamper semua basis sosio-demografi," ujar Rizka.

2 dari 3 halaman

45 Persen Responden Tak Setuju Vaksinasi Anak

Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin COVID-19 Sinovac kepada anak di Pospol Polsek Pamulang, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (6/1/2022). Vaksinasi dilakukan guna mendukung tercapainya target nasional vaksinasi anak sebanyak 26 juta di seluruh Indonesia. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Di sisi lain, ada 42,4 persen responden yang setuju dengan pemberian vaksin Covid-19 untuk anak usia 3 sampai 12 tahun. Sementara itu, 34,6 persen responden menjawab tidak setuju dengan rencana ini.

"Vaksin bagi anak usia 3-12 tahun, persepsi warga terbelah sangat besar, sekitar 45 persen tidak/sangat tidak setuju versus 48,6 persen setuju/sangat setuju," jelas Rizka.

Dari hasil survei, kebanyakan yang menjawab tidak setuju atau sangat tidak setuju adalah wiraswasta dan pengusaha dengan jumlah 57,6 persen dari total responden. Di sisi lain, responden yang berprofesi petani, peternak, dan nelayan mayoritas menjawab setuju.

3 dari 3 halaman

Tentang Survei

Lembaga survei Indikator Politik Indonesia merilis hasil elektabilitas pasangan capres-cawapres jelang Pemilu 17 April 2019. (Merdeka.com)

Sebagai informasi, survei dilakukan 15 sampai 17 Februari 2022. Target populasi survei ini adalah warga negara Indonesia yang berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah dan memiliki akses internet lewat smartphone, sekitar 69 persen dari total populasi nasional.

Dari populasi tersebut, diperoleh sampel secara acak sebanyak 626 respondenyang mengisi kuesioner secara online (computer assisted web interviewing).

Dengan asumsi metode simple random sampling, ukuran sampel 626 respondenmemiliki toleransi kesalahan (margin of error--MoE) sekitar ±4.0 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Proses survei online ini terdiri dari empat tahapan utama yakni. Mulai dari, random recruitment, pemberian kode akses yang unik, screening, dan web interviewing.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya