Xi Jinping Ingin Ketahanan Energi Jadi Prioritas China

Presiden Xi Jinping mengklaim China, sebagai salah satu produsen gas rumah kaca terbesar di dunia, ditekan untuk "meningkatkan ambisi” mengurangi emisi.

Oleh DW.com diperbarui 27 Jan 2022, 07:01 WIB
Xi Jinping menyampaikan pidato penting dalam upacara peringatan 100 tahun berdirinya Partai Komunis China (Communist Party of China/CPC) di Beijing, ibu kota China, pada 1 Juli 2021. (Xinhua/Ju Peng).

, Beijing - Menyusul pemadaman paksa akibat pembatasan konsumsi batu bara akhir tahun lalu, Presiden China Xi Jinping mengimbau aparatnya "melupakan hasrat cepat sukses" dalam mencapai target iklim dan mendahulukan "stabilitas".

Dalam pidatonya di hadapan Partai Komunis yang dirilis Senin (24/1) malam, Presiden Xi Jinping mengklaim China, sebagai salah satu produsen gas rumah kaca terbesar di dunia, ditekan untuk "meningkatkan ambisi” mengurangi emisi.

Namun pandemi dan resesi mengaburkan rencana tersebut. Dia mengkhawatirkan pertumbuhan ekonomi akan terhambat jika pemerintah nekat menerapkan aturan emisi yang lebih ketat, terlebih jelang kongres nasional yang bakal memperpanjang masa kekuasaan Xi.

Sikapnya soal pembatasan emisi melunak sejak mendeklarasikan target iklim ambisius pada Sidang Umum PBB, September 2021 lalu. Saat itu Xi menekankan pentingnya mempercepat transisi menuju ekonomi niremisi, demikian dikutip dari DW Indonesia, Kamis (26/1/2022).

Namun pada saat yang sama, kuota energi yang ditetapkan pemerintah memaksa pabrik-pabrik tutup berkala agar tidak melampaui batas konsumsi listrik. Akibatnya pasokan listrik untuk pabrik dan rumah tangga sempat terhenti, terutama di timur China yang berpenduduk padat.

Beijing juga mewajibkan semua fasilitas manufaktur agar terhubung dengan sistem pemantauan emisi terpusat. Sistem tersebut mencakup pembangkit-pembangkit batu bara, pabrik logam atau instalasi pengolahan minyak dan gas.

Hingga akhir Desember silam, semua perusahaan diwajibkan melaporkan rencana pemantauan gas rumah kaca yang lebih terperinci kepada pemerintah. Hal ini diharapkan bisa memberikan gambaran utuh tentang jumlah emisi CO2 untuk menopang perdagangan karbon di dalam negeri.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Komitmen Mengendur

Dalam lawatannya ke Indonesia pada 2-3 Oktober 2013, Presiden Xi Jinping mengusulkan konsep Jalur Sutra Maritim Abad ke-21 atau 21st Century Maritime Silk Road

Namun kini, Xi mengimbau aparat pemerintah dan pelaku ekonomi agar "melupakan hasrat untuk cepat sukses,” dan sebaliknya melaju secara perlahan.

"Mengurangi emisi adalah bukan tentang mengurangi produktivitas, dan juga bukan tentang tidak menghasilkan emisi sama sekali,” katanya seperti dikutip kantor berita Xinhua, Rabu (26/1).

"Kita harus patuh pada rencana umum dan memastikan ketahanan energi, rantai pasokan industri dan ketahanan pangan, pada saat yang sama dengan mengurangi emisi karbondioksida.”

Sejak kongres ekonomi nasional pada akhir tahun lalu, pejabat-pejabat pemerintah China berulangkali menegaskan bakal "memprioritaskan stabilitas” pada tahun 2022.

Awal pekan ini, Kementerian Ekologi dan Lingkungan, mengindikasikan tidak akan memaksakan standar kualitas air yang ketat terhadap pemerintah daerah, dan sebaliknya akan mendorong mereka untuk "mengkonsolidasikan” pencapaian yang sudah ada, kata Zhang Bo, seorang pejabat di kementerian, dalam sebuah jumpa pers di Beijing.

Menyusul pemadaman paksa yang melumpuhkan sebagian industri pada tahun lalu, Beijing sudah mengumumkan akan melonggarkan kuota energi bagi industri demi menjamin pertumbuhan ekonomi.

Kepada petinggi partai, Xi Senin lalu mengatakan bahwa "pengurangan energi fosil secara berkala harus diimbangi dengan sumber alternatif yang aman dan bisa diandalkan.”

Berdasarkan komitmennya, China baru akan mulai mengurangi konsumsi batu bara pada 2025.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya