Covid-19 Varian Omicron Redupkan Pemulihan Ekonomi Eropa

Penyebaran COVID-19 varian Omicron menggangu upaya pemulihan ekonomi di Eropa. Simak selengkapnya.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 11 Jan 2022, 19:18 WIB
Orang-orang yang memakai masker berjalan melewati Menara Eiffel di Paris, Selasa (21/12/2021). Negara-negara di seluruh Eropa mempertimbangkan pembatasan yang lebih ketat guna membendung gelombang baru infeksi COVID-19 yang didorong oleh varian omicron yang sangat menular. (AP Photo/Michel Euler)

Liputan6.com, Jakarta - Lonjakan baru kasus COVID-19 di seluruh Eropa dalam beberapa hari terakhir, membuat beberapa negara di kawasan itu terpaksa memberlakukan kembali pembatasan.

Sebagian besar lonjakan kasus dikaitkan dengan varian Omicron, yang telah ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai variant of concern.

Masalah itu menimbulkan kekhawatiran terhadap pemulihan ekonomi di Eropa.

Dikutip dari Deutsche Welle (DW), Selasa (11/1/2022) Inggris telah melihat peningkatan dramatis infeksi yang disebabkan oleh COVID-19 Omicron pekan lalu, dengan kasus harian melonjak menjadi lebih dari 19,4 juta.

Lonjakan itu menandai bahwa Omicron menyebar dengan cepat di Inggris, meskipun faktanya 82,6 persen dari populasi negara itu yang berusia 12 tahun ke atas telah menerima dua dosis vaksin COVID-19.

Di Belanda, lockdown telah diberlakukan. Warga di Belanda juga telah diperintahkan untuk tetap berada di rumah dan keluar bila hanya untuk keperluan mendesak.

Sementara di Prancis, warga diwajibkan untuk bekerja dari rumah selama tiga hari dalam seminggu. Jerman juga telah memperketat pembatasan sejak akhir 2021, menutup klub dan bar dan membatasi kontak.

Komisi Eropa (EC) mencatat bahwa kebangkitan pandemi, ditambah dengan kekurangan tenaga kerja, telah memperparah gangguan rantai pasokan industri manufaktur di kawasan tersebut.

Jika kemacetan pasokan berlanjut atau memburuk, negara-negara Eropa yang sangat bergantung pada industri manufaktur akan terus rentan terhadap dampaknya.

Situasi di industri otomotif di Jerman, juga menunjukkan sedikit tanda pelonggaran.

Lembaga penelitian Jerman, yaitu Ifo, mengungkapkan dalam siaran persnya pekan lalu bahwa hambatan pasokan untuk produk terus berlanjut dan produsen telah melaporkan bisnis internasional yang goyah.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Omicron Disebut Bakal Hambat Rencana Eropa Kendalikan Defisit Utang

Pembeli mengenakan masker berjalan di sepanjang pasar Natal di taman Tuilerie di Paris, 20 Desember 2021. Negara-negara di Eropa mempertimbangkan pembatasan yang lebih ketat guna membendung gelombang baru infeksi COVID-19 yang didorong oleh varian omicron yang sangat menular. (AP Photo/Michel Euler)

Gelombang infeksi baru yang dipicu oleh varian Omicron juga disebut akan berdampak pada rencana Eropa mengendalikan defisit utang dan anggarannya.

Diketahui, Uni Eropa untuk sementara waktu menangguhkan aturan pagu utang hingga 60 persen dari produk domestik bruto (PDB) dan defisit anggaran di bawah 3 persen untuk memerangi pandemi virus corona.

Defisit pemerintah di negara kawasan euro berkisar 7,2 persen dari PDB dan utang pemerintah mencapai 97,3 persen dari PDB pada 2020, menurut kantor statistik Uni Eropa pada Oktober tahun lalu.

Diperkirakan juga, utang publik mencapai puncaknya pada 100 persen dari PDB untuk kawasan euro pada tahun 2021.

Selain itu, pandemi yang berkepanjangan juga memungkinkan Uni Eropa memperpanjang penangguhan aturan fiskal di tahun 2022 dan membiarkan negara-negara anggotanya membelanjakan lebih banyak dari yang seharusnya diizinkan demi mempertahan bisnis mereka.

Komisi Eropa sebelumnya mengesampingkan kebangkitan pandemi, dan prakiraannya optimistis tentang pemulihan ekonomi pada November 2021.

Menurut prakiraan EC pada saat itu, PDB di kawasan Eropa akan naik lima persen di 2021 dan 4,3 persen di 2022.

Komisi Eropa juga menambahkan bahwa, utang dan defisit publik akan turun.

Namun, optimisme terhadap pemulihan ekonomi di Eropa didukung oleh perbaikan beberapa indikator.

Terdapat tanda-tanda penurunan biaya pengiriman pada Desember 2021 yang mengindikasikan gangguan pada sektor logistik semakin membaik.

Hasil terbaru survei Purchasing Manager Index secara global oleh perusahaan peneliti pasar IHS Markit, menunjukkan kekurangan semikonduktor telah berkurang sejak Januari tahun lalu, beber Chris Williamson, ketua ekonom bisnis IHS Markit.

Indikator secara real time menyarankan bahwa aktivitas manufaktur kembali dimulai di kawasan Eropa di kuartal keempat dan akan ada pemulihan yang lebih kuat di Februari atau Maret 2022, menurut laporan S&P Global Ratings pada November.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya