Pertemuan G20 di Indonesia Cetak Sejarah, Afrika Hadir untuk Pertama Kali

Indonesia memulai Presidensi G20 dengan agenda Sherpa Meeting I pada Selasa, 7 Desember 2021

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 07 Des 2021, 14:10 WIB
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kiri) bersama sejumlah pejabat tinggi negara dan Chair Business 20 Shinta Widjaja Kamdani dan Co Chair Youth 20 Michael Victor Sianipar saat Opening Ceremony Presidensi G20 Indonesia 2022 di Jakarta, Rabu (1/12/2021). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta Indonesia memulai Presidensi G20 dengan agenda Sherpa Meeting I pada Selasa, 7 Desember 2021. Pertemuan kali ini tidak hanya dihadiri negara anggota G20 saja, tapi juga ada asosiasi negara perwakilan Afrika yang terkumpul dalam African Union.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan, ini merupakan pertama kalinya negara afrika ikut serta dalam pertemuan G20, yang kali ini diketuai oleh Indonesia.

"Untuk pertama kali African Union terwakili dalam pertemuan G20. Ketuanya diwakili oleh Republik Demokratik Kongo. Kehadirannya merepresentasikan lebih dari 1,3 miliar suara penduduk di benua Afrika," ujar Airlangga dalam sesi teleconference, Selasa (7/12/2021).

Di sisi lain, Menko Airlangga juga mewaspadai ancaman varian Covid-19 omicron yang berawal dari Afrika. Menurut dia, penyebaran omicron ini menunjukan adanya ketimpangan vaksin antara negara maju dan negara berkembang.

"Kita ketahui, omicron muncul dari benua Afrika atau Afrika Selatan, yang vaksinasi rate-nya baru 24 persen. Seluruh Afrika baru rata-rata 7 persen," terang dia.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam acara Power Lunch CNBC Indonesia bertema “Mau Dibawa Ke Mana G20 di Era Presidensi Indonesia?” secara virtual, di Jakarta Jumat (19/11/2021). (Dok Kemenko Perekonomian)
2 dari 2 halaman

Ganggu Pemulihan Ekonomi

Airlangga mengatakan, penyebaran pandemi yang belum selesai ini jelas akan mengganggu kehidupan masyarakat dan juga mengganggu proses pemulihan ekonomi.

"Kita melihat, pembukaan ekonomi masih sangat tergantung bagaimana kita menangani pandemi, termasuk varian baru, dan bagaimana tidak panik menghadapi varian baru tersebut," ungkapnya.

Kolaborasi global diperlukan, bagaimana melalui Presidensi G20 Indonesia diharapkan bisa membuat langkah-langkah terobosa yang lebih kuat dan konkret. Airlangga menilai, selama ini penanganan Covid-19 cenderung masih secara individual di masing-masing negara.

"Presidensi juga memberikan kesempatan untuk menunjukan Indonesia leadership atau kepemimpinan di hlobal dan menhawab berbagai tantangan yang ada. Perhatian pemerintah, tentu melihat bahwa pemulihan ekonomi ini harus diselenggarakan dan sifatnya inklusif, berdaya tahan dan berkesinambungan," tuturnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya