BPS Bakal Survei Biaya Hidup Masyarakat mulai 2022

Tahun depan Badan Pusat Statistik (BPS) akan melakukan survei biaya hidup.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Nov 2021, 13:15 WIB
Sejumlah pekerja berjalan melintas pelican cross di kawasan Jalan Sudirman, Jakarta, Selasa (2/11/2021). Sektor non-esensial kini boleh mempekerjakan hingga 75 persen karyawannya dari kantor. Sebelumnya, angka ini dibatasi hingga 50 persen. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Tahun depan Badan Pusat Statistik (BPS) akan melakukan survei biaya hidup. Survei ini dilakukan untuk memperbaharui asumsi konsumsi tahun dasar 2018 yang selama ini dilakukan.

"Tahun depan ada survei biaya hidup karena pola konsumsi saat ini sudah berbeda dengan pola dasar," kata Kepala BPS Margo Yuwono dalam Workshop Membingkai Data, Mengungkap Makna, Jakarta, Kamis (25/11/2021).

Lebih lanjut dia menjelaskan pola konsumsi dasar yang saat ini digunakan sangat berbeda dengan kondisi saat ini. Terlebih adanya pandemi Covid-19, gaya hidup masyarakat juga ikut berubah.

"Jadi pada inflasi ini bisa tergambarkan lebih baik dari yang sekarang," kata dia.

Survei ini akan dilakukan setiap 2 mingguan, atau 4 mingguan untuk menghasilkan data dari pola konsumsi masyarakat. Adanya pembaharuan ini bisa lebih rinci melihat pergerakan harga.

"BPS bisa melihat perkembangan harga seperti apa," katanya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Pola Konsumsi

Sejumlah pekerja berjalan saat jam pulang kerja di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (3/11/2021). Salah satu aturan kerja pada sektor non esensial diizinkan bekerja dari kantor atau 'work from office' (WFO) 75 persen dan sektor esensial 100 persen. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Diputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa, BPS Setyanto menjelaskan survei biaya hidup dilakukan dalam rangka memotret pola konsumsi masyarakat setelah dilanda pandemi Covid-19. Salah satunya karena saat ini banyak masyarakat yang sudah mulai menggunakan platform digital untuk berbelanja,

"Banyak orang kan sekarang belanjanya lewat Shopee, Gojek dan yang lainnya, artinya banyak masyarakat yang melakukan konsumsi dengan memanfaatkan e-commerce," kata dia.

Saat ini Asep menyebut ada 800 komoditas yang diamati BPS untuk diamati. Dari berbagai komoditas tersebut akan melahirkan pergerakan inflasi yang setiap bulannya dirilis.

Survei ini juga akan dilakukan selama 1 tahun penuh. Namun pengambilan data dilakukan secara berkala, mulai dari per 2 pekan atau setiap bulan dan seterusnya.

"Jadi kita dapat gambaran pola konsumsi yang seperti di masyarakat," kata dia mengakhiri.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya