WHO Waspadai Lonjakan Kasus di Eropa di Tengah Tingkat Vaksinasi yang Tinggi

Kasus COVID-19 melonjak di negara dengan tingkat vaksinasi yang rendah di Eropa Timur, dan juga negara di Eropa Barat yang memiliki vaksinasi tertinggi di dunia.

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Nov 2021, 12:00 WIB
Orang-orang berjalan melewati zona pejalan kaki utama di Frankfurt, Jerman, Senin (14/12/2020). Mengurangi sebaran virus corona COVID-19, Jerman akan kembali menutup wilayahnya atau lockdown mulai 16 Desember 2020 mendatang. (AP Photo/Michael Probst)

Liputan6.com, New York - Kasus COVID-19 melonjak di negara-negara dengan tingkat vaksinasi COVID-19 yang lebih rendah di Eropa Timur, dan juga negara-negara di Eropa Barat yang memiliki tingkat vaksinasi tertinggi di dunia.

Vaksin mengurangi risiko rawat inap, penularan yang parah, dan kematian. Namun vaksin tidak sepenuhnya mencegah penularan. Demikian dikatakan Direktur WHO, Dokter Tedros Adhanom Ghebreyesus sebagaimana dikutip dari VOA Indonesia, Minggu (14/11/2021).

Ia menambahkan, "Kami terus menyarankan tes COVID-19, pemakaian masker, menjaga jarak fisik, langkah-langkah untuk mencegah kerumunan, meningkatkan ventilasi, dan banyak lagi."

"Dan dapatkan vaksinasi sesuai giliran Anda. Setiap negara harus secara tetap menilai situasinya dan menyesuaikan pendekatannya dengan tepat. Dengan gabungan langkah-langkah yang tepat, negara-negara bisa mendapatkan keseimbangan antara menjaga penularan tetap rendah dan masyarakat dan bisnis tetap dibuka."

 

2 dari 2 halaman

WHO Imbau Vaksin Booster untuk Populasi Rentan

Pekerja seks memprotes perlakuan dan stigmatisasi yang tidak setara dalam demonstrasi di Den Haag, Belanda, Selasa (2/3/2021). Mereka berdemonstrasi di luar parlemen dalam protes terhadap penguncian keras virus corona oleh pemerintah. (AP Photo/Patrick Post)

Menurut Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, tidak ada negara yang bisa begitu saja memvaksinasi dan terhindar dari pandemi. Menurutnya, ini bukan hanya tentang berapa banyak orang yang divaksinasi, ini tentang siapa yang divaksinasi.

Ia juga menegaskan bahwa tidak masuk akal untuk memberi vaksinasi penguat kepada orang dewasa yang sehat, atau memvaksinasi anak-anak, ketika petugas kesehatan, orang tua dan kelompok berisiko tinggi lainnya di seluruh dunia masih menunggu vaksinasi pertama mereka.

"Pengecualian, seperti yang kami katakan, adalah individu dengan gangguan kekebalan. Negara-negara dengan cakupan vaksin tertinggi terus menimbun vaksin lebih banyak, sementara negara-negara berpenghasilan rendah terus menunggu. Skandal ini harus dihentikan sekarang." katanya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya