3 Desa Wisata Wakili Indonesia di Best Tourism Village UNWTO

Ketiga desa wisata yang mewakili Tanah Air di program Best Tourism Villages oleh UNWTO adalah Desa Nglanggeran, Desa Tete Batu, dan Desa Wae Rebo.

oleh Putu Elmira diperbarui 01 Nov 2021, 09:33 WIB
Selama wabah virus Corona pariwisata di DIY seperti mati. Namun di sudut Gunungkidul seolah tidak mau tenggelam karena corona dan membuka Wisata Virtual Nglanggeran. (Sugeng Handoko / Yanuar H)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mengumumkan tiga desa wisata yang akan mewakili Indonesia di kancah dunia. Ketiga desa wisata ini akan mengikuti program Best Tourism Villages yang diselenggarakan oleh World Tourism Organization (UNWTO).

Organisasi ini menawarkan negara-negara anggotanya untuk berpartisipasi dan mengirimkan aplikasi maksimal tiga desa wisata di 2021. Program Best Tourism Villages diperuntukkan bagi desa wisata yang berkomitmen terhadap visi pariwisata inklusif dan berkelanjutan, perlindungan terhadap alam dan budaya, inovasi dan kewirausahaan, pemberdayaan masyarakat, kesejahteraan masyarakat dan pengunjung, hingga nilai kelokalan seperti gastronomi dan kerajinan lokal.

Desa wisata yang terpilih akan diumumkan saat UNWTO General Assembly ke-24 yang berlangsung pada 30 November--2 Desember 2021. Bagi desa wisata yang lolos seleksi dan evaluasi UNWTO akan memperoleh UNWTO Best Tourism Villages Label.

Raihan tersebut berarti desa wisata yang lolos mendapat pengakuan internasional sebagai suatu contoh praktik terbaik destinasi wisata pedesaan. Lantas, mana saja ketiga desa wisata yang mewakili Tanah Air? Simak rangkuman seperti dikutip dari Instagram Kemenparekraf berikut ini.

1. Desa Wisata Nglanggeran

Desa yang berada di Gunung Kidul, Yogyakarta tersebut memiliki sederet kekayaan budaya dan alam yang memesona. Desa wisata ini juga menjadi rumah bagi Gunung Api Purba.

Produk cokelat jadi komoditi unggulan desa ini, selain homestay kuliner hingga spa. Selain itu, pengelola menerapkan segmentasi pasar memastikan aktivitas wisata yang berkualitas serta membatasi jumlah pengunjung untuk mengurangi kerusakan lingkungan.

Desa Wisata Nglanggeran telah tersertifikasi sebagai Desa Wisata Berkelanjutan pada 2020 dari Kemenparekraf. Desa ini juga meraih penghargaan di tingkat internasional, yakni ASEAN Sustainable Tourism Awards 2018, ASEAN Tourism Village terbaik pada 2017 dengan konsep Community Based Tourism. Bahkan, atraksi Gunung Air Purba Nglanggeran mendapat pengakuan dari UNESCO sebagai Geosite Gunung Sewu.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

2. Desa Wisata Wae Rebo

Wae Rebo kampung indah di atas awan (Liputan6.com / Harun Mahbub)

Desa Wisata Wae Rebi adalah kampung adat yang berada di Desa Satar Lenda, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT). Daya tarik utama desa ini adalah Mbaru Niang, bangunan rumah adat dengan arsitektur khas.

Desa ini memiliki tujuh Mbaru Niang dan masih terjaga hingga kini. Nama setiap Mbaru Niang mengacu pada nama leluhur mereka. Desa ini berhasil meraih penghargaan dari UNESCO untuk Cultural Heritage Conservation pada 2012.

Masyarakat Wae Rebo paham akan nilai konservasi hutan dan menggunakan sistem intensifikasi dan tidak membuka hutan untuk perkebunan. Hal tersebut guna menjaga sumber daya alam dan budaya sebagai aset pariwisata.

Community-based Tourism diterapkan di desa ini. Masyarakat ambil bagian dalam aktivitas pariwisata seperti membuat suvenir, kuliner, hingga pemandu wisata. Para pemandu ini sangat dibutuhkan wisatawan karena untuk menuju Wae Rebo harus mendaki dataran penggunungan setinggi 1.200 mdpl.

3 dari 4 halaman

3. Desa Wisata Tete Batu

Seniman menampilkan kesenian Gendang Beleq dalam Parade Budaya Lombok Sumbawa 2016 di kawasan Thamrin, Jakarta, Minggu (17/7). Parade ini memperkenalkan seni dan budaya NTB menyambut kegiatan Visit Lombok Sumbawa tahun 2016. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Desa Wisata Tete Batu berada di lereng Gunung Rinjani, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB). Desa yang dihuni suku Sasak ini tetap melestarikan tradisi dan budaya mereka, seperti tarian dan musik tradisional yang disebut Gendang Beleq.

Dari sisi ekonomi, pariwisata terbukti meningkatkan usaha lokal masyarakat desa, mulai dari homestay, kerajinan, camping ground hingga makanan dan minuman tradisional. Community-based Tourism juga diterapkan di desa ini dengan mengintegrasikan alam dan budaya dalam pengembangan pariwisata.

4 dari 4 halaman

Infografis 8 Tips Liburan Akhir Tahun Minim Risiko Penularan Covid-19

Infografis 8 Tips Liburan Akhir Tahun Minim Risiko Penularan Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya