Fenomena Baru, Warga AS Lebih Pilih Jadi Pengangguran daripada Bekerja

Masyarakat AS lebih memilih menjadi pengangguran daripada bekerja.

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Okt 2021, 19:29 WIB
Capitol AS terlihat di antara bendera-bendera yang ditempatkan di National Mall menjelang pelantikan Presiden terpilih Joe Biden di Washington, Senin (18/1/2021). Acara pengambilan sumpah Joe Biden akan berada dalam situasi berbeda dari pelantikan-pelantikan sebelumnya. (AP Photo/Alex Brandon)

Liputan6.com, Jakarta Pandemi Virus Corona membuat seluruh negara mengalokasikan banyak bantuan untuk menopang kehidupan masyarakat. Hal ini kemudian membuat sebagian besar masyarakat berhenti bekerja dan mengandalkan bantuan dari pemerintah.

Direktur Equator Swarna Investama Hans Kwee mengatakan, fenomena seperti ini terjadi di Amerika Serikat. Masyarakat lebih memilih menjadi pengangguran daripada bekerja. Hal ini membuat lapangan pekerjaan membludak.

"Job openings and Labor Turnover Survey Departemen Tenaga Kerja menyebut lowongan pekerjaan melampaui jumlah pengangguran. Lebih dari 2 juta pada Juli," ujarnya dalam diskusi online, Jakarta, Jumat (29/10/2021).

Hans mengatakan, saat ini restoran di Amerika Serikat banyak kekurangan tenaga kerja. Kondisi itu berdampak pada antrian yang cukup lama, sebab pelayan tidak ada.

"Terjadi disfungsi pasar tenaga kerja Amerika Serikat di tengah pandemi. Ada teman cerita yang balik dari Amerika Serikat, kalau makan di restoran tempat ada tapi lama kita nunggu. Kenapa? yang melayani nggak ada," katanya.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Kebijakan Bantuan

Bendera Amerika di atap Gedung Putih berkibar setengah tiang di Washington, Kamis (26/8/2021). Semua gedung federal dan fasilitas militer milik AS akan mengibarkan bendera AS setengah tiang untuk menghormati anggota marinir AS dan lainnya yang tewas dalam serangan bom di Kabul, Afghanistan. (AP Phot

Dia menambahkan, salah satu penyebab minimnya kemauan bekerja adalah kebijakan pemberian bantuan negara Paman Sam tersebut. Di mana, sejak pandemi pemerintah menggenjot pemberian bantuan untuk menopang kehidupan masyarakat.

"Artinya orang di Amerika nggak mau kerja. Jadi dia lebih baik dirumah terima jobless, banyak terima bantuan. Awal pandemi USD1.200 lalu USD600 zaman Trump. Lalu Biden USD1.400 jadi terima uang terima terus. Jadi tidak perlu kerja," katanya.

Saat ini, kata Hans, pekerja dan pemberi kerja sedang bernegosiasi agar upah yang diterima tidak lebih kecil dibanding bantuan yang diberikan pemerintah.

"Mereka lagi bernegosiasi gaji lebih tinggi baru mau kerja. Ini yang menyebabkan pasar tenaga kerja, lapangan kerja banyak, yang kerja nggak ada," tandasnya.

 

Reporter: Anggun P Situmorang

Sumber: Merdeka.com

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya